Adab-Adab bagi Salik

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
5 min read

Berikut ini adab² bagi penuntut ilmu (salik) yg disarikan dari kitab Al Mu’lim fi Adabil Mu’allim wal Muta’allim karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdil Lathif Alu Asy Syaikh rahimahullah.

1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu. Semata-mata hanya mengharap wajah Allah Ta’ala, bukan tujuan duniawi. Seorang yg menuntut ilmu dengan tujuan duniawi diancam dengan adzab neraka Jahannam.

2. Hendaknya memiliki percaya diri yg kuat. Senantiasa menjaga syiar² Islam dan hukum² Islam yg zahir. Seperti sholat berjama’ah di masjid, menebarkan salam kepada yg dikenal maupun tidak dikenal, amar ma’ruf nahi munkar, dan bersabar ketika mendapatkan gangguan dalam dakwah. Berakhlak dengan akhlak yg mulia sebagaimana yg dianjurkan dalam nash² syari’at.

3. Hendaknya penuntut ilmu itu bersifat zuhud terhadap dunia, dermawan, berwajah cerah (tidak masam), bisa menahan marah, bisa menahan gangguan dari masyarakat, sabar, menjaga muru’ah, senantiasa wara’, khusyuk, tenang, berwibawa, tawadhu’, sering memberikan makanan, itsar (mendahulukan orang lain dalam perkara dunia) namun tidak minta didahulukan, bersikap adil, banyak bersyukur, mudah membantu hajat orang lain, mudah memanfaatkan kedudukannya dalam kebaikan, lemah lembut terhadap orang miskin, akrab dengan tetangga.

4. Senantiasa menunjukkan pengaruh rasa takut kepada Allah dalam gerak-geriknya, pakaiannya dan seluruh cara hidupnya.

5. Senantiasa merutinkan adab² Islam dalam perkataan dan perbuatan, baik yg nampak maupun tersembunyi. Seperti tilawah Al Qur’an, berdzikir, doa pagi dan petang, ibadah² sunnah, dan senantiasa memperbanyak sholawat kepada Nabi Saw.

6. Membersihkan dirinya dari akhlak² tercela, seperti: hasad (dengki), riya’, ujub (kagum pada diri sendiri), meremehkan orang lain, dendam dan benci, marah bukan karena Allah, berbuat curang, sum’ah (ingin didengar kebaikannya), pelit, bicaranya kotor, sombong enggan menerima kebenaran, tamak, angkuh, merasa tinggi, berlomba-lomba dalam perkara duniawi, mudahanah (diam dan ridha terhadap kemunkaran demi maslahat dunia), menampakkan diri seolah-olah baik di hadapan orang², cinta pujian, buta terhadap aib diri, sibuk mengurusi aib orang lain, fanatik golongan, takut dan harap selain kepada Allah, ghibah, namimah (adu domba), memfitnah orang, berdusta, berkata jorok. Menjauhkan diri dari segala hal yg rawan mendatangkan tuduhan serta tidak melakukan hal² yg menjatuhkan muru’ah/marwah.

7. Zuhud terhadap dunia dan menganggap dunia itu kecil, tidak terlalu bersedih dengan yg luput dari dunia, sederhana dalam makanannya, pakaiannya, perabotannya, kendaraan dan rumahnya.

8. Menjaga jarak dengan para penguasa dan hamba² dunia, dalam rangka menjaga kemuliaan ilmu. Sebagaimana dilakukan para ulama salaf terdahulu. Jika memang ada kebutuhan untuk itu maka hendaknya ketika ada maslahat yg besar disertai niat yg lurus.

9. Sangat² menjauhkan diri dari perkara² bid’ah, walaupun sudah menjadi kebiasaan mayoritas orang. Perhatian dan fokus utamanya adalah mendapatkan ilmu yg bermanfaat untuk akhiratnya. Menjauhkan diri dari ilmu yg tidak bermanfaat.

10. Mempelajari apa saja yg bisa merusak amalan, kemudian menjauhinya.

11. Makan makanan dengan kadar yg sedikit saja, dari makanan yg halal dan jauh dari syubhat. Ini sangat membantu seseorang untuk memahami agama dengan baik. Banyaknya makan menyebabkan kantuk, lemah akal, tubuh loyo, dan malas.

12. Mempersedikit waktu tidurnya, selama tidak membahayakan tubuhnya. Hendaknya tidur sehari tidak lebih dari 8 jam.

13. Tidak mengapa penuntut ilmu merelaksasikan jiwa, hati, pikiran dan pandangannya jika merasa lelah (dalam aktifitas belajar) atau merasa lemah untuk melanjutkan. Dengan melakukan refreshing dan rekreasi sehingga ia bisa kembali fit dalam menjalankan aktifitasnya lagi. Namun tidak boleh membuang-buang waktunya untuk itu (liburan). Senantiasa bersungguh-sungguh untuk menyibukkan diri dengan ilmu, baik dengan membaca, menelaah, menghafal, mengulang pelajaran dan aktifitas lainnya.

14. Aktifitas² yg lain dan juga sakit yg ringan, hendaknya tidak membuat seorang penuntut ilmu bolos menghadiri kajian atau lalai dari membaca dan mengulang pelajaran.

15. Bersungguh-sungguh untuk bersuci dari hadats dan najis ketika menghadiri kajian, badan dan pakaiannya dalam keadaan bersih serta wangi. Menggunakan pakaiannya yg terbaik, dalam rangka untuk mengagungkan ilmu.

16. Bersungguh-sungguh untuk menjauhkan diri dari sikap minta² kepada orang lain walaupun dalam kondisi sulit.

17. Mempersiapkan diri, memikirkan dan merenungkan hal yg ingin disampaikan sebelum diucapkan agar tidak terjatuh dalam kesalahan. Terlebih jika ada orang yg hasad kepadanya atau orang yg memusuhinya yg akan menjadikan ketergelincirannya sebagai senjata.

18. Tidak bersikap sombong dengan enggan mengambil ilmu dan faedah dari orang yg lebih rendah kedudukannya atau lebih muda usianya atau lebih rendah nasabnya atau kurang populer atau lebih rendah ilmunya dari kita.

19. Tidak malu bertanya tentang masalah yg belum diketahuinya.

20. Taat kepada kebenaran dan rujuk kepada kebenaran ketika keliru, walaupun yg mengoreksi kita adalah penuntut ilmu pemula.

21. Meninggalkan debat kusir dan adu argumen yg dapat mengotori hatinya dari kotoran² hati, agar hatinya bisa menerima ilmu dengan baik.

22. Memanfaatkan dengan baik waktu² senggang dan waktu² ketika badan fit. Juga memanfaatkan dengan baik waktu muda dan otak masih cemerlang.

23. Memutuskan dan menghilangkan hal² yg menyibukkan sehingga lalai dari menuntut ilmu, atau penghalang² yg membuat menuntut ilmu tidak maksimal.

24. Senantiasa mengedepankan sikap wara’ (meninggalkan yg haram, makruh dan syubhat) dalam semua hal. Memilih makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yg dipastikan halalnya.

25. Mengurangi sikap terlalu banyak bergaul, terutama dengan orang² yg banyak main²nya dan sedikit seriusnya.

26. Hendaknya ia tidak bergaul kecuali dengan orang² yg bisa ia berikan manfaat atau bisa mendapatkan manfaat dari mereka. Bersikap hilm (tenang) dan anah (hati² dalam bersikap) serta senantiasa sabar. Hendaknya senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu dan menjadikan aktifitas menuntut ilmu sebagai rutinitasnya di setiap waktunya.

27. Hendaknya memiliki cita² yg tinggi untuk akhirat. Tidak hanya puas dengan sesuatu yg sedikit jika masih mampu menggapai yg lebih. Dan tidak menunda-nunda dalam belajar, bersemangat mencari faedah ilmu walaupun sedikit.

28. Tidak berpindah ke kitab yg lain sebelum menyelesaikan dan menguasai kitab yg sedang dipelajari.

29. Tidak mempelajari pelajaran yg belum dimampui. Belajar dari yg sesuai dengan kadar kemampuannya.

30. Selektif dalam memilih guru. Carilah guru yg benar² mursyid yg mapan ilmunya, ringan dunianya, dikenal keistiqamahannya, baik akhlaknya dan silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw.

31. Hendaklah memandang gurunya dengan penuh pemuliaan dan penghormatan.

32. Memahami hak² gurunya, senantiasa ingat akan keutamaan gurunya, dan bersikap tawadhu’ di hadapan gurunya.

33. Senantiasa mencari keridhoan gurunya, merendahkan diri ketika dihadapan gurunya, tidak mendahului gurunya dalam berpendapat, mengkonsultasikan semua masalah dengan gurunya, dan tidak keluar dari arahan²nya.

34. Memuji ceramah dan jawaban² gurunya baik ketika ada gurunya atau ketika sedang tidak ada.

35. Menghormati gurunya dengan penuh pengagungan, senantiasa mengikuti arahannya, baik ketika Beliau masih hidup ataupun ketika Beliau sudah wafat.

36. Senantiasa mendoakan Beliau. Dan membantah orang yg meng-ghibah Beliau.

37. Selalu berterima kasih kepada gurunya atas ilmu dan arahannya, karena berkah gurunya lah dia mendapatkan jalan untuk mengenal Tuhannya.

38. Bersabar dengan sikap keras dari gurunya atau terhadap akhlak buruknya. Dan hal² ini hendaknya tidak membuatnya berpaling dari belajar ilmu dan akidah yg lurus dari gurunya tersebut.

39. Bersegera untuk menghadiri majelis ilmu sebelum gurunya hadir.

40. Jangan ikut menghadiri majelis sang guru ketika guru mengajar di luar ilmu yg dimilikinya kecuali atas seizin Beliau.

41. Hendaknya menemui gurunya dalam keadaan penampilan yg sempurna, hatinya tidak sibuk dengan hal² lain, jiwanya lapang, pikiran juga jernih. Bukan ketika sedang mengantuk, sedang marah, sedang lapar, haus atau semisalnya.

42. Tidak meminta gurunya untuk mengajarkan ilmu di waktu² yg menyulitkan Beliau.

43. Tidak belajar kepada guru di waktu² sang guru sedang sibuk, bosan, sedang kantuk, atau semisalnya yg membuat Beliau kesulitan memberikan syarah (penjelasan) yg sempurna.

44. Jika menghadiri majelis ilmu, namun gurunya belum datang, maka tunggulah. Duduk di majelis ilmu dengan penuh hikmat, penuh tawadhu, dan khusyuk.

45. Apabila duduk di majelis ilmu, berusahalah dalam keadaan tidak bersandar pada tembok atau pada tiang.

46. Memfokuskan dirinya untuk memandang gurunya dan mendengarkan perkataan gurunya, memikirkannya benar² sehingga gurunya tidak perlu mengulangnya lagi.

47. Tidak melihat ke arah lain kecuali darurat, dan tidak menghiraukan suara² lain kecuali darurat.

48. Tidak meluruskan kakinya di hadapan gurunya, tidak memangku dagunya. Tidak terlalu banyak menguap. Tidak banyak bergerak-gerak, hendaknya berusaha tenang.

49. Jika bersin hendaknya merendahkan suaranya atau menutupnya dengan sapu tangan, dan tidak meninggikan suaranya tanpa kebutuhan dan tidak berbicara kecuali darurat.

50. Tidak tertawa-tawa kecuali ketika kagum jika tidak kuat menahan tawa hendaknya tersenyum saja.

51. Ketika berbicara kepada gurunya hendaknya menghindarkan diri dari gaya bicara yg biasa digunakan kepada orang secara umum.

52. Jika gurunya terpeleset lisannya, atau gurunya menjelaskan perkara yg agak vulgar, jangan menertawakannya atau mencelanya.

53. Tidak mendahului gurunya dalam menjelaskan suatu masalah atau dalam menjawab pertanyaan.

54. Tidak memotong perkataan gurunya atau mendahuluinya dalam berbicara, dalam pembicaraan apapun.

55. Jika ia mendengar gurunya menjelaskan suatu faedah atau suatu pelajaran yg sudah ia ketahui, maka dengarkanlah dengan penuh gembira, seperti belum pernah mengetahuinya sebelumnya.

56. Hendaknya tidak bertanya yg di luar konteks bahasan.

57. Tidak malu untuk bertanya kepada gurunya atau meminta penjelasan tentang hal yg belum ia pahami.

Demikian paparan singkat mengenai adab menuntut ilmu. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah untuk mengamalkannya.

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Rasa Percaya Memang Tidak Bisa Dipaksakan

Ritual dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah

Syaikh Baha’uddin Naqsyabandi: Sang Imam Khwajagan

Plato: Wali Qutub di Zamannya

Menjemput Rahmat Allah Agar Selamat

Keagungan Rasulullah: Milik-Mu, Wahai Rabb-ku

Malam Bersama Mawlana Rumi

Wali Allah dan Tanda-tandanya

Jaminan Malaikat kepada Mereka yang Gemar Bersholawat

Sumber Aroma Harum Para Wali

Tebusan

Membelah Lautan: Pentingnya Ber-Thariqah (Transkrip)

Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi

Pentingnya Adab dalam Beribadah

Cara Mudah untuk Masuk Surga

Sejarah Tarekat Shiddiqiyyah

Mengapa Kita Melakukan Dzikir Setiap Minggu?

Sejarah Tarekat Qadiriyah

Adab-Adab bagi Salik