Rumah Bau Melati

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
3 min read

Waktu maghrib yg menegangkan.
Orang² bergerak menuju rumah kosong setelah pencuri kotak amal lari ke dalam bangunan angker untuk bersembunyi.

Tidak ada adzan maghrib hari itu, sebab seluruhnya pergi mengejar pencuri laknat yg lancang mencemari rumah suci dengan perbuatannya yg keji.

Pencuri sialan!!!

Dia harus ditangkap dan diadili!

Rombongan masa itu saling sahut-menyahut, menumpahkan sumpah serapah. Sesekali salah satu di antara mereka meneriakkan takbir.

Mereka makin dekat. Semerbak melati dibawa angin dari arah rerimbunan pepohonan di halaman rumah angker.

Rumah bau melati itu konon sering ada penampakan wanita yg melayang-layang mengitari rumah. Ia terbang sambil tertawa cekikikan.

Namun, kali ini siapa yg perduli bau melati? Siapa yg peduli penampakan hantu wanita? Orang beramai-ramai mengejar maling kotak amal.

Bahkan di dalam rombongan itu ada Pak Haji, mana mungkin wanita itu berani menampakkan diri?

Bau melati makin kental. Kian menusuk hidung, wangi sekaligus mendatangkan ketenangan yg mengerikan.

Tak berapa lama kemudian orang² telah sampai di halaman rumah.

“Allahu Akbar!” Pak Haji mengucap takbir. Pandangannya menatap tajam ke awang². Sementara warga yg lainya senyap. Beberapa gemetaran, ada juga yg mulutnya sampai menganga.

Perempuan itu muncul, melambung-lambung di antara dua pepohonan rimbun.

Mengapa tak ke masjid?
Mengapa tak mengumandangkan adzan? Bangsaku sudah bersiap menutup telinga. Beberapa sudah bersembunyi di tempat pembuangan yg kedap dan bau.” sergah wanita yg wajahnya tertutup rambut panjang.

“Kami mau menangkap pencuri kotak amal!” jawab Pak Haji sedikit gemetar.

“Tidak bisa! Dia mencari perlindungan di rumah kami!
Wajib bagi kami untuk melindunginya!”

“Setan terkutuk! Sudah terkutuk, sukanya membela bandit yg kelakuannya terkutuk!”

“Kamu lebih terkutuk! Kalian semua terkutuk!” Lecutan kata itu diiringi tawa cekikikan. Bau melati bertebaran…..

“Biar aku bacakan kamu ayat² Allah!
Lekas²lah terbakar dan enyah kamu ke neraka!”

Pak Haji membaca ayat kursi. Warga berdzikir bersama-sama. Dengung suara dzikir terdengar bagai segerombolan lebah.

Tak memberi efek berarti. Hantu wanita itu malah menirukan bacaan ayat kursi lebih fasih. Sembari menyeringai ia berkata, “Bagaimana bisa ayat suci itu menghiasi lisanmu? Bahkan tiap hari kamu membaca berjuz-juz Qur’an, tapi tak satu pun yg terselip di hati?”

“Apa maksudmu, setan busuk?”

“Aku tahu siapa si pencuri kotak amal. Dia cuma anak-anak. Dia yatim, kini bertambah jadi piatu. Simboknya baru saja meninggal seminggu yg lalu.

Tanah kuburannya masih basah lalu kini kalian mau menghabisinya?
Setan kalian!
Bajumu putih hati kalian busuk!
Bagaimana bisa penderitaan anak ini luput dari jangkauan kalian?

Semua terdiam…..
Pak Haji makin jengkel.
“Tapi, bukan berarti dia boleh mencuri!”

“Kamu mengumumkan kas masjid yg puluhan juta itu melalui pengeras suara. Sementara anak ini kelaparan.
Hidupnya kini sebatang kara!
Lalu ke mana saja kas yg puluhan juta itu? Mengapa yg kalian pentingkan hanya pembangunan masjid saja?”

“Kalau masjidnya bagus dan nyaman, ibadah jadi tenang.” Pak Haji masih membela diri meski nada bicaranya makin melunak.

“Masjid kalian makin megah, makin nyaman, tapi, Allah yg kalian sembah itu kelaparan, kehausan, sedang kalian tak mau menggubrisnya.”

“Kurang ajar! Beraninya kamu merendahkan Allah. Mana mungkin Allah lapar dan kehausan!” Pak Haji kembali menaikkan suara. Telunjuknya mengacung ke atas, tasbihnya terlihat melilit di pergelangan tangan.

Ketahuilah…..
“Dalam setiap jiwa yg kelaparan dan kehausan, Allah begitu dekat. Apa kalian tak pernah mengasah hati nurani?” Wanita itu kembali cekikikan.

Perkataan terakhir wanita itu membuat hati Pak Haji melunak. Dulu, di pondok pesantren, ia kerap mendengar hadits qudsi tersebut. Mengapa kini ia malah melupakannya?

Tertunduk Pak Haji dalam². Betapa menyesalnya ia kini.

Bau melati semakin tidak wajar. Makin membuat pusing dan mual. Beberapa yg tidak kuat menghirup aroma kental itu akhirnya lemas dan pingsan. Pak Haji pingsan paling akhir.

“Pak, bangun! Sudah maghrib. Ayo ke masjid.” Bu Haji membangunkan suaminya yg tertidur selepas ashar.

Buru² Pak Haji ke masjid dan mengecek kotak amal. Masih pada tempatnya. Pucat muka pria sepuh itu karena mimpi yg terus berkelebat di benaknya.

Maka janganlah merasa diri lebih baik dan suci. Dengarlah nasihat dari siapapun. Meski dari hantu dan setan busuk.

~ Tamat ~

 

Hadits Qudsi riwayat Imam Muslim:

Bersumber dari sahabat Abu Hurairah ia berkata bahwa Nabi saw pernah bersabda: “Pada hari kiamat kelak, Allah, mengatakan: ‘Wahai anak Adam, Aku sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku’. Hamba bertanya: ‘Bagaimana aku harus menjengukMu, sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?’. Allah menjawab: ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Seandainya kamu menjenguknya pasti kamu temui Aku di sisinya.’

“Allah bertanya lagi: ‘Hai anak Adam, Aku lapar, tetapi kamu tidak beri Aku makan’. Hamba menjawab: ‘Wahai Tuhan, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau adalah Tuhan alam semesta?’. Dia mengatakan: ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak berikan dia makan? Seandainya kamu beri makan si Fulan, niscaya kamu dapati Aku berada di sisinya’.

“Allah bertanya lagi: ‘Hai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tapi kamu tidak beri Aku minum’. Hamba menjawab: ‘Bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau Tuhan bagi alam semesta?’ Allah mengatakan: ‘Hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu tapi kamu tidak memberinya minum. Seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu akan mendapati dan menemui Aku di sisinya’”. (Hadits Qudsi, Sahih Muslim).

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Istiqamah-lah Sampai Engkau ke Tahap Cinta

Karamah Wali Allah

Tingkatan Wali Allah

Sejarah Tarekat Shiddiqiyyah

Al-‘Arsy, Al-Kursi, Al-Lauh Al-Mahfuzh dan Al-Qalam

Pembicaraan Rasulullah SAW Selalu Singkat & Padat

Fatwa Yang Mulia Ayahanda Guru: Pelajari Syari’at (Fiqh, Tauhid, Tasawuf)

Shalawat Fatih

Yunus Emre: Satu-Satunya Saat Ketika Kau Tak Berdosa

Surga

Sulthanul Awliya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Syaikh Fariduddin Attar: Penyair Sufi Yang Melegenda

Hadits Jibril

Syaikh Muhammad Ali as-Sanusi

Syaikh Ahmad bin Muhammad Abu al-Husain an-Nuri

Wali Abdal dalam Kajian Tasawuf

Kisah Sayyidi Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani (qs) Ketika Menghidupkan Orang yang Telah Mati

Kemenyan, Tradisi Yang Dilupakan

Rumah Bau Melati