KIAMAT
Kita wajib meyakini akan terjadinya as-sa’ah, yakni al-qiyamah (kiamat). Kiamat pasti terjadi setelah habisnya alam dunia. Kepastian akan terjadinya kiamat tidak perlu diragukan, dengan alasan firman Allah Ta’ala, ”Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” [QS. al-Hajj 22:7]. Allah Ta’ala juga berfirman, ”Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat.” [QS. al-Furqan 25:11]
Kiamat terjadi diawali dengan an-nafkhah ats-tsaniyah (tiupan sangkala yang kedua) sampai manusia berada di dua tempat, surga dan neraka. Tidak ada yang mengetahui kapan kiamat akan terjadi selain Allah Ta’ala. Tetapi kiamat itu ada tanda-tandanya, tanda-tanda yang kecil (ash-shughra) dan tanda-tanda besar (al-kubra).
Ada banyak tanda-tanda kecil akan kedatangan kiamat. Di antaranya adalah kebangkitan Nabi Muhammad saw. dan umatnya, orang yang khianat dipercaya dan orang yang dipercaya khianat, bermegah-megahan dalam membangun rumah dan gedung, menghias masjid-masjid dengan kemewahan, semakin banyaknya kebodohan, sedikit ilmu, ramainya anak-anak, banyaknya perempuan dan sedikitnya laki-laki hingga lima puluh berbanding satu, maraknya perzinaan, minuman keras, riba, banyaknya pertentangan antara kaum muslimin karena provokasi musuh dan terjadinya paceklik. Itu semua diterangkan oleh banyak hadis Nabi Muhammad saw.
Tanda-tanda besar akan terjadinya kiamat ada sepuluh:
Satu, keluarnya Imam Mahdi. Dia adalah seorang lelaki agung keturunan Fathimah binti Rasulullah saw. Dia datang memenuhi bumi dengan kebaikan dan keadilan menggantikan kezaliman dan kemaksiatan yang sebelumnya memenuhi bumi.
Ar-Rauyani dan Abu Na’im meriwayatkan dari Khudzaifah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Al-Mahdi adalah seorang lelaki dari keturunanku. Warna kulitnya warna kulit seorang Arab. Badannya seperti badan seorang keturunan Isra’il. Di pipi sebelah kanannya ada tahi lalat laksana bintang yang terang. Dia datang memenuhi bumi dengan keadilan menggantikan kemaksiatan yang telah memenuhinya. Penduduk bumi dan langit ridha akan kekhalifahannya, bahkan burung di udara pun demikian.”
Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dunia tidak akan lenyap, tidak pula akan berakhir sebelum diperintah oleh seorang lelaki dari ahli bait-ku, yang menjelajah bumi dan namanya adalah namaku.” Di dalam riwayat lain ditambahkan, “dan rupa lahirnya adalah rupa lahirku.”
Dua, kemunculan Dajjal di akhir zaman. Dengan kehadirannya Allah hendak menguji hamba-hamba-Nya. Allah memberi dia kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan berbagai hal yang menakjubkan serta mengagumkan hati, sehingga banyak hamba yang terperdaya olehnya, kecuali hamba-hamba Allah yang telah ditetapkan akan beroleh kebahagian.
Tanda-tanda telah dekatnya masa kemunculan Dajjal adalah sedikitnya amar makruf nahi mungkar, terjadinya banyak pembunuhan, ulama condong kepada kezaliman dan mendekati penguasa. Dajjal muncul dari arah timur, dari salah satu dusun di wilayah Ishfahan. Bila dia berkata kepada awan, “Turunkan hujan!” dengan serta hujan akan turun. Saat dia memerintahkan agar hujan berhenti, hujan langsung berhenti. Dia tinggal di muka bumi selama empat puluh hari.
Di dalam hadis disebutkan, “Ya Rasulullah, berapa lama dia tinggal di muka bumi?” Rasulullah saw. menjawab, “Empat puluh hari. Satu hari pertamanya setara dengan satu tahun. Satu hari berikutnya setara dengan satu bulan, satu hari berikutnya setara dengan satu Jumat. Sisanya sama seperti hari-hari biasa.” Para sahabat bertanya, “Apakah pada satu hari yang setara dengan satu tahun itu kami cukup melakukan shalat sehari (yakni lima waktu)?” Rasulullah saw. menjawab, “Tidak. Setarakanlah ukurannya.”
Tiga, turunnya Nabi ‘Isa di atas Menara Hijau sebelah timur Damaskus. Saat turun, dia turun sambil meletakkan kedua telapak tangannya di sayap dua malaikat, pada waktu shalat subuh. Kemudian orang-orang mengundangnya untuk shalat mengimami mereka, namun dia tidak mau. Dia berkata, “Imamnya dari kalian.” Lalu al-Mahdi maju dan shalat mengimami Nabi ‘Isa dan mereka. Ini merupakan pemuliaan bagi umat ini dan nabinya (Muhammad saw.).
Pada saat yang bersamaan dengan turunnya Nabi ‘Isa, Dajjal sedang mengepung penghuni Baitul-Maqdis yang pintunya dikunci. Dajjal berkata, “Buka pintunya!” saat mereka membukakan pintu, Dajjal melihat ‘Isa, sehingga dia segera berbalik dan melarikan diri bersama para pengikutnya. Kemudian ‘Isa dan al-Mahdi keluar melakukan pengejaran. Allah mempersempit bumi bagi Daijal sehingga ‘Isa bisa menangkapnya bersama para pengikutnya di tempat yang berjarak sepuluh hasta dari Pintu masuk Ludd, sebuah desa dekat Ramallah. ‘Isa menatapnya seraya berkata, “Dirikanlah shalat!” Daijal menjawab, “Wahai Nabi Allah, shalat sudah dilaksanakan.” ‘Isa berkata, “Hai musuh Allah, engkau mengaku-aku sebagai Tuhan semesta alam. Lalu kepada siapa engkau shalat?” Kemudian ‘Isa menusuk Daijal dengan tombak hingga menembus badannya. Saat ‘Isa mencabutnya, tombak itu berlumur darah Dajjal. ‘Isa berkata, “Wahai kaum muslimin, lihatlah Daijal ini!” ‘Isa menjalankan hukum dengan syari’at Nabi Muhammad saw.
Pada masa kemunculan ‘Isa, alam dunia menjadi aman, subur, menyenangkan dan penuh keberkahan. Keadaan demikian itu berlangsung selama 40 tahun. ‘Isa menikah dan mempunyai dua orang anak. Imam Mahdi kemudian wafat. Nabi ‘Isa mengurusi jenazahnya, menyalatinya dan menguburnya di Baitul-Maqdis. Selanjutnya Nabi ‘Isa wafat dan dikuburkan di Madinah, di samping makam Abu Bakr ash-Shiddiq r.a.
Empat, kemunculan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka adalah anak keturunan Yafits ibn Nuh a.s. Mereka amat banyak dan bermacam-macam. Setelah mereka muncul dan melakukan berbagai kerusakan, Allah mewahyukan kepada ‘Isa, “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba yang tidak seorang pun mampu membinasakan mereka. Karena itu, bawalah hamba-hamba-Ku berlindung di bukit Thur agar selamat.” Maka, ‘Isa pun segera membawa kaum mukmin ke bukit Thur. Lalu Allah Ta’ala mengirimkan Ya’juj dan Ma’juj dari setiap lereng. Mereka turun dan bergerak cepat mengepung ‘Isa dan pengikutnya di bukit Thur. Kemudian mereka mendatangi Baitul-Maqdis dan berkata, “Kita telah membunuh (menguasai) penduduk bumi. Sekarang, perangilah penduduk langit!” Lalu mereka melesatkan anak panah mereka ke atas, dan saat anak panah itu turun lagi ke bumi, warnanya telah memerah darah.
‘Isa dan orang-orang yang bersamanya berdoa sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala hingga Allah mengabulkan doanya. Allah menghujani Ya’juj dan Ma’juj dengan ulat yang sangat banyak, dan ulat-ulat itu menggerogoti leher mereka. Mereka menjerit-jerit kesakitan sebelum akhirnya semua binasa. Setelah itu ‘Isa dan orang-orang yang bersamanya turun dari bukit Thur. Ternyata bumi dipenuhi bangkai Ya’juj dan Ma’juj, sehingga ‘Isa tidak mendapati satu tempat pun yang kosong dari bangkai. Kemudian Allah Ta’ala mengirimkan burung yang lehernya seperti leher unta. Burung itu melemparkan bangkai-bangkai ke tempat yang dikehendaki Allah.
Lima, munculnya hewan yang di dalam satu riwayat disebut-sebut merupakan anak unta Nabi Shalih. Ketika induknya dibunuh oleh kaum Nabi Shalih, anak unta itu kabur dan masuk ke dalam batu yang saat itu tiba-tiba terbuka. Anak unta itu mendekam di sana, dan akan terus di sana sampai masa kemunculannya kelak.
Setelah muncul, hewan itu akan menuliskan kata mukmin di antara kedua mata orang mukmin, sehingga wajah mukmin itu bersinar. Sedangkan di antara kedua mata orang kafir, hewan itu akan menuliskan kata kafir, hingga wajah si kafir itu menghitam pekat. Hewan itu akan memanggil orang muslim dengan sebutan, “Hai Muslim.” Sedangkan terhadap orang kafir ia akan berkata, “Hai Kafir.”
Allah Ta’ala berfirman, “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami” [QS. an-Naml 27:82].
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka (yakni apabila telah dekat saat kejadian yang telah dijanjikan kepada mereka, yaitu masa pembangkitan dan siksa), Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka (tentang kebatilan agama-agama selain Islam, dan binatang itu berkata, “Hai fulan, engkau bagian dari ahli surga. Hai fulan, engkau bagian dari ahli neraka) bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami (Kami keluarkan binatang itu kepada mereka karena mereka tidak meyakini ayat-ayat Kami).
Enam, Kiamat terjadi ditandai dengan terbitnya matahari dari barat. Itu terjadi setelah ‘Ísa a.s. wafat.
Di dalam riwayat disebutkan bahwa sebelum terbit dari barat, pada hari sebelumnya matahari itu tenggelam dan ditahan selama tiga hari tiga malam. Waktu untuk ibadah pada saat itu diukur dengan ijtihad. Manusia kebingungan karena panjangnya malam itu.
Abú Dzarr berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Ketika matahari saat itu tenggelam, apakah engkau tahu ke mana ia pergi?’ Aku menjawab, ‘Tidak. Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Saat itu, matahari pergi sampai bersujud di bawah ‘Arsy. la memohon izin, dan ia tidak diberi izin. Hampir saja sujudnya tidak diterima. la meminta izin lagi, tetapi tidak diberi izin. Lalu dikatakan padanya, ‘Kembalilah ke tempat dari mana engkau datang.’ Maka matahari pun muncul dari tempat dia terbenam. Pada saat itulah pintu tobat ditutup.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
Tujuh, terjadinya kiamat ditandai dengan kemunculan asap yang kemudian menyelimuti bumi. Asap itu keluar dari hidung orang-orang kafir, juga dari mata mereka, dari mulut dan dubur mereka. Kondisi itu berlangsung selama empat puluh hari dan membuat orang-orang yang beriman mengalami demam.
Delapan, tanda-tanda besar lain akan terjadinya kiamat adalah api yang keluar dari dasar ‘Adn. Api itu menggiring manusia menuju Syam. la tidur siang, dan bermalam bersama mereka.
Sembilan, terjadinya kiamat juga ditandai dengan lenyapnya Alqur’an dan ilmu yang bermanfaat dari kitab dan dada manusia, sehingga seluruh manusia di bumi menjadi kafir.
Sepuluh, menjelang terjadinya kiamat, Ka’bah roboh di tangan orang-orang Habasyah.
Hal lain yang wajib kita yakini kejadiannya adalah tiupan sangkakala. Allah Ta’ala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali tagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” [QS. az-Zumar 39:68]
Dan ditiuplah sangkakala [yakni terompet berbentuk tanduk yang ditiup oleh Israfil], maka matilah siapa yang di langit dan di bumi [yakni seketika itu semua yang masih hidup mengalami kematian, sedangkan yang sudah mati mengalami pingsan] kecuali siapa yang dikehendaki Allah [yakni, Jibril, Mika’il, Israfil dan Malaikat Maut. Karena mereka tidak seperti malaikat lainnya yang mati saat tiupan sangkakala yang pertama. Tetapi mereka mati setelah itu dan dihidupkan kembali sebelum tiupan yang kedua. Selain Jibril, Mika’il, Israfil dan ‘Izra’il, yang tidak ikut mati pada saat tiupan pertama adalah para malaikat pemanggul ‘Arsy, penjaga surga dan neraka, para bidadari, wildan (yang mati saat kanak-kanak) dan para syuhada. Sungguh, mereka sedang sibuk dalam kenikmatan mereka hingga tidak mengalami guncangan dahsyat yang muncul dari tiupan itu]*. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi [yakni tiupan yang kedua, yaitu setelah Allah memerintahkan langit menurunkan air hujan], maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) [setelah turun hujan yang menumbuhkan mereka laksana tanaman]. Tenggang waktu antara dua tiupan itu adalah empat puluh tahun.
*Tentang firman Allah Ta’ala, “Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” [QS. al-Qashash 28:88] Apabila yang dimaksud dengan binasa itu adalah mengalami kesirnaan dzat (fisik), memang secara umum segala sesuatu mengalami kesirnaan. Karena semua yang selain Allah Ta’ala mungkin adanya dan bisa tiada. Sedangkan bila yang dimaksud binasa adalah lenyapnya manfaat yang disebabkan oleh kematian atau berpisahnya bagian-bagian, maka dari segala sesuatu itu ada yang dikecualikan, yaitu al-’Arsy, al-Kursi, al-Lauh, al-Qalam, surga, neraka dan ruh-ruh yang ada di dalamnya.