Ketika Ulama Terdahulu Menguji Muridnya

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
2 min read

(Habib Ali Bin Abdullah Assegaf dan Ujian yg Diberikan Ulama Terdahulu)

Beliau Habib Ali Bin Abdullah Assegaf ketika ‘jauh²’ datang dari Hadhramaut ke Malibar India untuk berguru kepada Habib Ali Bin Abdullah Alaydrus.

Sesampainya ia di depan rumah Gurunya dan mengucapkan salam, Sang Guru waktu itu sedang makan di lantai dua. Sang Guru menyuruh khadamnya untuk melihat siapa yg ada di depan pintu.

“Seorang pencari ilmu dari Seiwun Hadhramaut Habib, namanya Ali Assegaf.” jawab khadamnya.

Mendengar itu Habib Ali Alaydrus mengambil air bekas cuci tangannya dan memberikannya kepada khadamnya.

“Ambil air ini…. Dan siramkan air ini kepadanya.”

Dengan segera si khadam mengambil air kobokan itu dan menyiramkannya ke tubuh Habib Ali Assegaf dari lantai dua.

Setengah jam kemudian Habib Ali Alaydrus memanggil khadamnya lagi.

“Coba lihat, apakah orang itu masih ada di bawah?”

Khadamnya melihat ke bawah dan ternyata pemuda itu masih berdiri mematung di depan pintu. Malahan ia masih menunduk penuh ta’dhim.

“Masih Ya Habib.. Dia masih ada di bawah.” jawab khadamnya.

“Sekarang bukakan pintu untuknya.” ujar Habib Ali Alaydrus.

Berkat ketulusan dan keteguhannya itu, maka Habib Ali Assegaf menjadi salah satu murid kesayangan Habib Ali Alaydrus.

“Imam Abdullah al-Haddad berkata, “Orang yg mencari ilmu itu ibaratkan orang yg membawa wadah untuk meminta madu. Jika ia membawa wadah yg kotor, apakah sang pemilik madu akan menuangkan madunya untuknya? Tentunya ia akan menyuruhnya utuk membersihkan wadahnya terlebih dahulu.”

Ilmu itu layaknya madu, sedangkan hati kita adalah wadah untuk menerimanya. Semakin besar rasa ta’dhim dan keyakinan kita terhadap Guru kita, maka semakin besar pula wadah yg kita miliki. Dan tentunya ‘barokah’ yg kita dapatkan akan lebih banyak dan melimpah. Seringkali para Masyayikh mengulang-ulangi ucapan itu:

“Al Madad ‘Ala Qadril Masyhad”

Pemberian dan pertolongan Allah yg akan kita peroleh lewat Guru kita itu tergantung rasa ta’dhim, keyakinan dan cara pandang kita terhadapnya.

Sungguh keridhoan Guru adalah segala-galanya bagi seorang murid. Mengagungkan dan memuliakan Guru adalah adab yg harus dimiliki oleh setiap murid.

لَوْلا مُـرَ بِّي ما عَرفْتُ ربِّي

“Jika bukan karena Guruku. Maka aku tidak akan mengenal Tuhanku”

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Pangeran Diponegoro

Anjuran untuk Tidak Langsung Minum Air Setelah Dzikir

Kisah YM Ayahanda Guru

Ketika Allah Menghendaki Hamba-Nya Menjadi Wali

Aneka Kunci di Kehidupan Dunia dan Akhirat

Tarekat Chisytiyyah – Citarasa Spiritual Khas India

Filsafat Seruling dalam 3 Pertanyaan Retorik

Mengapa Depresi? Depresi & Cara Mengatasinya

Tugas Menaklukkan Gunung Galunggung dari YM Ayahanda Guru

Kiamat

Menjadi Ahli Taat Beribadah: Makna Ridha Allah dalam Ketaatan menurut Sayyidi Syaikh Ibnu Atha’illah As-Sakandari

11 Prinsip Dzikir

Merdeka dari Teori dalam Suluk

Kemenyan, Tradisi Yang Dilupakan

Sumber Aroma Harum Para Wali

Ilmu Dirasah dan Ilmu Wiratsah

Problem Umum bagi Murid Thariqat

Permintaan Orang-Orang Quraisy

Ketika Ulama Terdahulu Menguji Muridnya