Suatu ketika pada tahun 1970–tahun 70an, barangkali 1971, saya sedang dalam khalwat, tetapi tidak 100% khalwat, itu adalah setengah khalwat. Saya sedang duduk dan menulis catatan dan merapikan catatan Grandsyekh, Syekhnya Mawlana Syekh Nazim (q). Pada saat itu saya mengenal beliau dengan baik, dan saya selalu mencatat perkataan beliau dalam shuhbahnya. Orang-orang datang ke ruangan beliau dan beliau berbicara selama berjam-jam tanpa henti, dan apa yang beliau katakan sekarang, beliau tidak akan mengulanginya lagi. Selalu ada yang baru, seperti mata air. Dari mana beliau mendapatkan ilmu-ilmu tersebut? Beliau tidak mempunyai buku di rumahnya. Beliau adalah seorang yang buta huruf (illiterate)–bukannya illiterate, tetapi ada istilah yang lebih baik lagi dalam bahasa Inggris. Mereka mengatakan kepada saya, “Jangan lagi mengatakan illiterate, tetapi unlettered.” Illiterate maknanya tidak berpendidikan, tetapi unlettered maknanya tidak menulis atau membaca. Hatinya selalu terhubung dengan hati Nabi (saw).
Pembawa acara: ilmu dengan kehadiran?
MSH: Ya, ilmu dengan kehadiran, hudhur. Saya sedang merapikan catatannya kemudian saya berhenti dan mulai berdzikir. Pada saat itu Grandsyekh muncul dan berkata, “Kami akan membawamu untuk berbay’at dengan Mahdi (as).” Dan itu terjadi pada diri saya pada tahun 1971.
Pembawa acara: beliau muncul?
MSH: Ya! Dan beliau mengatakan, “Pejamkan matamu, karena engkau tidak dapat melihat. Jika engkau melihat engkau tidak bisa melanjutkannya.” Jadi saya terus memejamkan mata saya. Kemudian beliau mengatakan, “Ulurkan tanganmu!” Dan ketika saya mengulurkan tangan saya, beliau mengatakan, “Sekarang tanganmu ada di tanganku. Sekarang ada 7007 Syekh Naqsybandi”–yang pada saat yang sama memberi bay’at kepada beliau. Kemudian saya merasakan seolah-olah tangan-tangan mereka ada di atas tangan saya. Kemudian beliau mengatakan, “124.000 tangan para Nabi,” dan tangan-tangan dari 124.000 Nabi di atas tangan saya. Kemudian beliau berkata, “Sekarang tangan Mahdi (as).” Saya merasakan tangan Sayyidina Mahdi (as), dan kemudian beliau mengatakan, “Sekarang tangan Nabi (saw),” dan mereka memberi talqiin tersebut, memberi bay’at tersebut. Itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya sehingga setelah kejadian itu saya tidak sadar selama beberapa hari. Pikiran saya seperti gila dalam keadaan haal tersebut.
Sebelum kejadian itu, saya melihat, mereka mengundang saya. Ada perkenalan untuk itu, di mana Mahdi (as), Sayyidina Isa (as) dan Grandsyekh kita, mereka bertiga muncul dan membawa saya ke sebuah tempat di mana mereka bergerak seperti pada jalanan, tetapi tidak ada jalanan di sana, mereka bergerak tanpa berjalan, seperti bergerak di udara.
MSH: itu bukan terbang, tetapi seolah-olah mereka berjalan, tetapi dalam pergerakan rohaniah. Di kedua sisi terdapat pasukan Mahdi (as). Mereka membawa saya dan mengatakan bahwa waktunya sudah sangat dekat! Pada saat itu Grandsyekh, semoga Allah mensucikan ruhnya, beliau mengatakan bahwa, “Waktunya bagi Mahdi (as) sudah sangat dekat dan aku memberikan namamu di antara Khulafa Mahdi (as),” dan beliau memberi saya satu di antara 40 nama-nama tersebut. Sayyidina Mahdi (as) mempunyai 40 Khalifah dan 59 Wakil, totalnya 99. Setiap orang berada di bawah tajali Shifat Allah (swt). Dan beliau mengatakan, “Itu adalah dirimu!” Beliau memberi saya gambar dan nama tersebut.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
Sumber: Naqshbandi Haqqani