Oleh: Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya
Dalam menikmati musik, setiap orang pasti mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Perubahan minat seseorang terhadap genre atau warna musik, tak bisa dilepaskan dari bertambahnya usia manusia.
Saya sendiri juga mengalami pergeseran minat dengan musik, senang dengan musik sejak kecil, dan waktu masih muda, musik kegemaran saya adalah yang bernuansa keras, tetapi sekarang saya suka musik yang santai, seperti musik pop, jaz, keroncong, dan musik klasik, yang bisa menjadi teman dalam mengisi hidup sehari-hari.
Apa manfaat musik? Musik menjadikan hidup terasa penuh warna. Ia bisa menjadi sarana memaknai hidup agar lebih bermakna. Hingga pada gilirannya, mendorong kita untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah Swt. Contoh kecil, barangkali, pada saat istri kita menyiapkan makanan di meja makan, sembari menunggu makanan tersaji di meja makan, kita bisa memutar dan mendengarkan musik. Kita meresapi alunan musik yang ada. Maka suasana di meja makan pun akan lebih terasa mengesankan. Makan pun menjadi lebih nikmat.
Tak hanya suka musik. Di rumah, saya memiliki studio (musik) sendiri. Di studio itulah, apabila sedang tak ada kesibukan, saya bermain musik dengan anggota keluarga atau teman-teman untuk menghilangkan kejenuhan. Di bulan maulud, saya dan keluarga biasa memainkan musik untuk menghibur tamu-tamu yang menginap di rumah. Kita suguhkan musik-musik yang membawa nafas kesejukan dan kedamaian.
Selain musik, waktu kecil, saya suka berziarah, mengantarkan (membantu) orang susah, seperti mengantarkan jenazah ke pemakaman, walaupun pada saat itu, belum tahu dapat pahala atau tidak.
Prinsip Universal Musik
Berbicara musik, harus dilihat sebagai pemahaman secara global. Ketergantungan terhadap alat (musik) atau tidak?. Karena seni itu menyangkut banyak hal. Seni juga banyak macamnya. Selain seni musik ada seni rupa, seni tari, dan lain sebagainya. Nah, seni musik sendiri, ada koridor-koridornya. Dan tidak mungkin untuk membikin syair yang berlebihan.
Dalam Islam, yang tidak diperbolehkan itu, musik yang bisa mendorong orang untuk melakukan hal-hal atau tindakan yang negatif. Contohnya, membuat syair yang bisa merangsang kepada perempuan dan atau sebaliknya. Sebenarnya, yang menjadikan sesuatu itu tidak diperbolehkan, termasuk musik adalah, jika membuat lalai dan melupakan Allah Swt. Tidak hanya musik. Apapun itu.
Tidak usah jauh-jauh ke persoalan musik. Makanan yang halal, uangnya didapat dengan cara yang halal pula, tetapi kalau terlalu berlebihan membuat perut kekenyangan hingga sampai muntah, itu juga tidak diperbolehkan.
Kembali ke persoalan musik. Terbang dan gendang itu termasuk alat musik. Dalam Islam, terbang itu diperbolehkan. Tetapi kalau itu menjadikan terjadinya sesuatu akibat yang tidak baik, dan bisa melalaikan, mengingat kepada Allah Swt, maka tidak diperbolehkan juga. Tetapi yang harus dipahami dan menjadi catatan di sini adalah, bahwa Islam tidak sempit memahami persoalan musik. Jalaluddin Rumi, menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Allah Sw. Lewat musik, Rumi sampai pada hulul ila Allah.
Persoalannya adalah, bagaimana kita bisa menempatkan dan membuat orang memerlukan musik, yang pada akhirnya, orang bisa merasa perlu dengan musik, dan menjadikan musik sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Musik itu universal. Tidak sekedar yang bergantung dengan alat. Kita mendengarkan gemericik air sungai, kita dengarkan dengan seksama dan kita hayati, maka akan terdengar sebuah alunan musik yang sangat menawan. Musik alami ciptaan Sang Pencipta, Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Inilah sebuah catatan penting yang harus dipahami. Musik itu bisa kita gapai tanpa alat musik. Lebih dari itu, musik adalah bagian dari seni. Dan hidup itu sendiri adalah seni. Ada banyak hal yang harus kita pahami dalam memaknai musik. Karena pada dasarnya, prinsip universal musik adalah menghibur dan membahagiakan si pendengar. Tidak untuk mengajak berantem. Tidak mengajak untuk bermabuk-mabukan. Apa hubungannya musik dengan minuman keras? Apa hubungannya musik dengan tawuran? Musik tidak ada hubungan dengan keduanya itu.
Jadi, tergantung siapa yang menggunakan dan memaknai musik. Bagi yang bisa menghayati dan memaknainya, musik akan menghantarkannya kepada rasa syukur kepada Allah. Dan pada gilirannya, akan berpengaruh dalam sikap hidup yang bersahaja, baik di keluarga maupun di lingkungan sosialnya.
Hal berbeda akan muncul jika musik diperdengarkan di hadapan orang-orang yang tidak bisa menghayati dan memaknainya. Apalagi, jika musik menjadi ajang pelampiasan emosi. Sebuah pemandangan yang sangat ironis dan tidak diinginkan seperti tawuran dan mabuk-mabukan, bisa saja terjadi. Akhirnya, musik yang seharusnya bisa disuguhkan dengan baik, menjadi tidak bisa dinikmati.
Meski begitu, kita tidak bisa mengkambing-hitamkan musik. Karena prinsip musik itu sendiri sebenarnya adalah menghibur. Tidak ada orang menciptakan musik supaya berantem. Itu tidak ada. Orang yang tahu seni, tahu musik, tidak akan merusak. Musik tidak ada kaitannya dengan minuman keras, narkoba, tidak ada kaitannya dengan berantem.
Sumber: Buku Kyai, Musik dan Kitab Kuning