Ngobrolin Gusti Allah

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
2 min read

Intermezo, mbah.

Keutamaan majelis dzikir itu sudah cetho welo-welo sekali disebut Kanjeng Nabi Muhammad SAW

ما جلس قوم مجلسا، يذكرون الله عز وجل، إلا حفت بهم الملائكة، وغشيتهم الرحمة، وذكرهم الله تعالى فيمن عنده

“Tidaklah berkumpul sekelompok orang membentuk majelis untuk berdzikir kepada Gusti Allah kecuali mereka akan diselubungi oleh malaikat, dilimpahi rahmat, dianugerahi ketenteraman, dan disebut oleh Gusti Allah di hadapan siapa saja (para malaikat dan auliya’) yang ada di sisi-Nya.”

Ada pula riwayat lain, Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh

ما جلس قوم مجلسا لم يذكروا الله فيه ولم يصلوا على نبيهم إلا كان عليهم ترة، فإن شاء عذبهم وإن شاء غفر لهم

“Tidaklah satu kaum berkumpul di satu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Gusti Allah padanya dan tidak juga bershalawat kepada Nabi mereka, melainkan akan jadi penyesalan bagi mereka. Jika Gusti Allah berkehendak, Dia akan menyiksa mereka, dan jika berkehendak, Dia akan mengampuni mereka”

Dan kita yang sering tahlilan, maulidan, manaqiban dan majelis dzikir lainnya, patut gembira. Insya Allah masuk ke dalam hadits tersebut. Selain dapat berkat, juga dapat berkah. Ada kampung kok warganya sering rutinan majelis dzikir di rumah-rumah, minimal orang sungkan mau mabuk-mabuk di pinggir jalan. Kalo ada yang bilang majelis dzikir bid’ah, berarti yang bilang itu ikutan mabuk, mbah.

Saya ada teman yang kalo datang ke warung saya, obrolannya itu gak biasa. Dia selalu ngobrolin Gusti Allah. Tingkat tinggi sekali. Dia gak pernah nyantri, orang biasa, tapi senang belajar. Tiap cangkruk sama saya, dia selalu bisa mencari alasan untuk bisa memuji Gusti Allah. Ngobrol apa, tembusnya memuji Gusti Allah. Walau sepahit apapun obrolannya. Seakan dia bangga dan akrab sekali punya Tuhan Gusti Allah. Bayangin aja, di warung kopi ngobrolin Gusti Allah.

Saya gak tau bagaimana keadaan batinnya saat berbicara itu semua. Tapi saya anggap, dia adalah role model seorang hamba Gusti Allah beneran. Seorang hamba ya harus bangga pada Juragannya. Dan secara tidak langsung dan otomatis, setiap cangkruk bersamanya, saya seperti diajak berdzikir. Lha wong selalu obrolannya tentang bagaimana memuji Gusti Allah. Saya senang2 aja, berharap cangkrukan kami selalu mengundang berkah.

Nah, kalo kita punya teman cangkruk yang seperti itu, jangan ragu untuk terus menjaganya dan jangan mencederai perasaannya, mbah. Kalo perlu traktir kopi. Orang mulia itu jika mengingatnya atau memandangnya, kita jadi iingat Gusti Allah.

Mugi manfaat.

******

Sumber: link

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Petunjuk Bagi Murid Dalam Memilih Guru

Syaikh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al-Jilli

Sufisme

22 Jumadil Akhir: Haul Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (ra)

Kunci Kebahagiaan: Mengenal Tuhan dan Hukum Al-Qur’an

Baiat Thariqah di Stasiun

Memasuki Singgasana Tauhid Harus Meninggalkan Asbab

Qadha dan Qadar

Rasa Percaya Memang Tidak Bisa Dipaksakan

Tingkatan Wali Allah

Memperbanyak Dzikir

Adab Memakai ‘Imamah (Surban)

Merdeka dari Teori dalam Suluk

Adab Murid Pada Guru Mursyid

Mahabbah (Mencintai Allah)

Tidak Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

Kisah Sayyidi Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani (qs) Ketika Menghidupkan Orang yang Telah Mati

Sejarah Tarekat Sammaniyah

Ngobrolin Gusti Allah