Memperbaiki Diri Melalui Mursyid Sejati Thariqah

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
3 min read

Shuhbah Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Pekalongan, 16 Oktober 2000

Para Sahabat pada masa Rasulullah Saw., mendapat bimbingan dan pengajaran dari Rasulullah Saw. Setiap sahabat diberinya suatu rahasia, yg dengan rahasia itu mereka akan membimbing umat. Selanjutnya para sahabat yg mengemban rahasia tersebut mewariskannya kepada Para Wali Allah pada setiap tahap kehidupan hingga saat ini. Pada saat menerima limpahan rahasia ini, Rasulullah Saw. memberikan kepada Awliya’ sebuah karakteristik sehingga mereka dapat mengenali segala sesuatu tentang murid²nya. Jadi hindarkanlah dari hati dan pemikiranmu bahwa seorang Syaikh akan terluput dari apa yg engkau sembunyikan. Seorang Syaikh memiliki pandangan yg dimiliki Rasulullah Saw, sehingga mengetahui apa yg tersembunyi di dalam hati/qolbu muridnya.

Para Awliya’ bisa mendengar suara gemuruh dalam batinmu, sebagaimana suara gemuruh petir. Jadi janganlah mencoba untuk menyembunyikan dalam hatimu sesuatu yg tidak baik, karena Syaikh dapat mendeteksinya dan engkau akan mendapat hukuman karenanya. Thariqat Naqsyabandiyah sangatlah keras dalam menjalankan kewajiban dan keras dalam hal membuat perbaikan terhadap disiplin pengikutnya. Meskipun terlihat lembut dari pandangan luar, namun melalui pengaruh Syaikh terhadap kalbu setiap murid, sangatlah keras disiplinnya. Karena Syaikh bertanggung jawab terhadap pengikutnya setelah mereka di bai’at. Hal ini untuk menjaga hati murid tetap bersih dan membawa mereka kepada jalan yg benar. Bila seorang murid/pengikut melakukan hal yg salah, bahkan hanya sekedar niat dalam hati, mereka serta merta akan mengirim kesukaran kepada pengikutnya, dengan maksud untuk membersihkannya dan membawanya kembali ke jalan yg benar.

Dengan cinta Syaikh kepada muridnya, biarkan dia menghukummu dengan menempatkan dirimu dalam kesukaran. Hukuman dan kesukaran itu adalah wujud kasih sayang Syaikh kepadamu, dengan harapan engkau bertaubat dan kembali kepada jalan Allah. Dihadapan seorang Mursyid jadikan dirimu seakan tidak ada, sebagaimana Awliya’ dihadap Rasulullah Saw., mereka non exist, kehendak Nabi-lah yg terpenting. Begitupula murid, jadikanlah dirimu non exist. Kehendak Syaikh adalah kehendak yg datang dari Rasulullah Saw., buatlah kalbumu terbuka kepada Syaikh, jangan biarkan ia kecewa atas kelakuanmu. Bila Syaikh kecewa oleh ulahmu, kesedihannya akan membuat Allah Ta’ala tak suka atasmu, yg menimbulkan kesedihan Syaikhmu.

Janganlah menempatkan kehendakmu di depan kehendak Syaikhmu. Jadilah engkau bayangan Syaikhmu. Janganlah menunjukkan bahwa dirimu mengetahui segala sesuatu dan bahwa engkau menolong Syaikhmu. Syaikh mengetahui lebih dari pada pengetahuanmu. Berserah dirilah, berdiam dirilah, dan lakukan sebagaimana seharusnya engkau lakukan. Bila engkau berbuat kesalahan, jangan mengira bahwa Syaikh tidak tahu. Bila Syaikh tersenyum padamu, itu adalah belaian kasih sayangnya, karena dia tahu bahwa engkau masih lemah dan imanmu belum cukup kuat. Jadi dia mengusap-usap punggungmu untuk membuat engkau berbesar hati, namun sesungguhnya ia tidak senang atas apa yg sedang terjadi. Dia sekedar membuat situasi lebih mudah dengan cara menyembunyikannya, namun dia tahu segala perbuatanmu. Janganlah engkau mengambil keuntungan dari situasi ini, karena itu akan menghancurkanmu.

Bila engkau melakukan layanan atau kebaikan bagi Syaikhmu, janganlah mengira layanan itu diperlukannya. Dia tak membutuhkan apa² darimu. Bila dia mengambil dan menerima persembahanmu, itu adalah untuk mengangkat dirimu sendiri ketingkat yg lebih tinggi. Dia tak membutuhkanmu, dia hanya membutuhkan Allah Ta’ala. Janganlah mengira bahwa yg engkau berikan pada Syaikh adalah hadiah. Engkau memang wajib mempersembahkannya, namun sekali² janganlah mengatakannya,”Saya telah memberi”. Karena dia mengambil sesuatu darimu adalah untuk kebaikanmu sendiri, bukan untuk kebaikan Syaikhmu.

Janganlah mengira bila engkau membuka pintu rumahmu untuk Syaikh, engkau melakukan perbuatan baik untuknya. Jangan pula mengira bahwa jika engkau menyediakan hidangan bagi Syaikhmu, engkau telah melakukan perbuatan terpuji. Sekali lagi janganlah mengira bila engkau melakukan kebaikan dan layanan baginya adalah suatu kebaikan untuknya. Bahkan jika Syaikh tidur di jalanan pun, Allah Ta’ala akan menjadikan pandangan matanya jalan bagai suatu Istana. Dan dalam pandanganmu jalanan itu tetap suatu tempat yg kotor. Dalam pandangan kalian mungkin kalian berpikir kasihan Syaikh sedang bersedih tidur di jalan. Itu semua saya ceritakan untuk memberitahu kepada kalian, bahwa Syaikh tidak memerlukan apa² darimu. Apapun yg dilakukan semata-mata dilakukannya untuk Allah Ta’ala, untuk Nabi Muhammad Saw. Itu semua untuk kebaikan kalian, bukan untuk kebaikan Syaikhmu.

Dengan thariqat, kita berusaha untuk menyempurnakan akhlak dan adab kita. Janganlah engkau mengecewakan Syaikh dengan menimbulkan kesukaran dalam hatinya, ketika dia melihat apa² yg engkau mencoba lakukan di belakang punggungnya. Bila yg kau lakukan adalah perbuatan baik dia akan bahagia, bila itu perbuatan buruk dia akan sedih. Dia tak akan marah, dia hanya sedih, karena dia tidak ingin merasa malu di hadapan Awliya’, di hadapan Nabi Muhammad Saw., dan di hadapan Allah Ta’ala atas segala perbuatan buruk kita. Bagi mukmin dan muslim buatlah hatimu bersih, buatlah hatimu hanya untuk Allah Ta’ala, setelah itu untuk Nabi Muhammad Saw., lalu untuk para Sahabat, lalu untuk Syaikhmu. Dan janganlah membiarkan syaithan memperdayamu agar memanfaatkan Syaikhmu untuk kepentingan hawa nafsumu.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita semua taufiq dan hidayah, memberkhi kita hari ini, memberikan kepada kita barakah Nabi Muhammad Saw., serta syafa’atnya dan membimbing kita kepada jalan Awliya’ dan memberikan kita barakah Syaikh kita.

Wa min Allah at Tawfiq

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Semua Indah pada Waktunya

Prinsip-Prinsip Thariqat

Definisi Mursyid

Syaikh Abu Hasan as-Syadzili: Sufi Agung Syadziliyah

Kepedulian Terhadap Semua Makhluk

Syari’ah, Thariqah, Haqiqah dan Ma’rifah

Para Wali Allah

Kisah Sayyidina Abu Bakar (ra) & Siti Aisyah (ra) Tentang Berterima Kasih

Adab Memakai ‘Imamah (Surban)

Wali Allah dan Tanda-tandanya

Tauhid dan Makrifatullah

Sufisme

Mahabbah Dalam Bermujahadah

Sulthanul Awliya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Insan Kamil

Yunus Emre: Satu-Satunya Saat Ketika Kau Tak Berdosa

Tidak Ada Tasawuf Tanpa Syariah

Husain bin Manshur al-Hallaj

Memperbaiki Diri Melalui Mursyid Sejati Thariqah