4 Tingkatan Mursyid

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
24 min read

Untuk menambah wawasan: Terjemahan (Inggris ke Indonesia) dari tulisan Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (QS). Silahkan lihat tulisan dalam bahasa Inggrisnya di website Nur Muhammad: http://www.nurmuhammad.com/NaqshbandiSecrets/naqshmurshid.htm

19 Desember 2001
(translasi oleh Eyang Soetono) Sumber

 

4 Tingkatan Mursyid

 

Jika engkau sungguh mencintai Allah SWT, taati aku dan Allah SWT akan mencintaimu [Qur’an]. Para Syuyukh Naqsybandi adalah pembimbing menuju Sayyidina Muhammad SAW dan Allah SWT. Apapun yang diberikan Nabi SAW, ambillah; dan apapun yang dilarangnya, tinggalkanlah. Mereka memelihara disiplin syariat untuk membangun kalian dengan kewajiban harian menuju level iman dan berlanjut menuju level ihsan.

Mursyid Sejati terdiri atas empat tingkatan:

Mursyid Tabarruk: Penunjuk jalan terutama untuk menerima barakah dan biasanya menyelesaikan tugasnya dengan memberi kalian sebuah awrad (wirid) dan praktek harian.

Mursyid Tazkiyya: Penunjuk jalan yang mengangkat (derajat) kalian ke atas dengan mengambil amal buruk dan keinginan buruk kalian.

Mursyid Tasfiyya: Penunjuk jalan yang melenyapkan semua keinginan kalian terhadap dunia.

Mursyid Tarbiyya: Level tertinggi yang akan mengangkat (derajat) kalian dengan disiplin dan membawa kalian kepada maqam kalian di Hadirat Ilahi.

 

MURSYID AT-TABARRUK

Dia berada pada tingkat pertama dan diperkenankan untuk mengajari kalian dan menaruh talqin dzikr pada lidah kalian.  Dia mengajari kalian untuk mengingat dan menyeru Allah SWT, dan bagaimana untuk mengikuti perintah Allah SWT. Dia memberi kalian langkah pertama pada jalan tarekat.  Seperti anak kecil yang kata pertamanya adalah “baba,” kalian menyeru pada siapa yang pertama kali kalian cintai. Jadi dia mengajari kalian bagaimana mengatakan “Allah” dan untuk membangun hubungan itu antara hati kalian dengan Surga. Dengan pembacaan doa, kalian akan mengenali tanda-tanda Allah SWT. Jika kalian tidak melihatnya, berarti kalian mencapai tahap yang coba ditunjukkan oleh Mursyid itu kepada kalian. Dia harus meletakkan  sultan adz-dzikr pada lidah kalian yang digambarkan dalam al- Quran:

Kami mengungkapkan al-Quran dan Kami melindunginya. 

Dia akan meletakkan pembacaan al-Quran dan Asma Allah SWT dan arah menuju Nabi SAW (yaitu, bagaimana membaca selawat) sesuai dengan kebutuhan pribadi kalian untuk mencapai hadirat Sayyidina Muhammad SAW. Pembacaan selawat berbeda-beda antara seseorang dengan orang lainnya.  Mursyid memberi tahu kalian mana Asma Allah SWT yang dibaca dan bagaimana membaca selawat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kalian.

Mursyid at-Tabarruk harus memiliki pengetahuan dan kuasa atas segala pujian terhadap Allah SWT – baik yang terucap maupun dalam hati.  Dia harus mengetahui zikir setiap makhluk yang ada, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.  Dia juga tahu apa yang dibutuhkan oleh tubuh kalian untuk membaca tasbih, karena setiap sel dalam tubuh kalian memiliki tasbih tertentu.  Mursyid ini mengetahui bahasa apa dan tasbih jenis apa yang dibuat setiap makhluk, mendengarkannya secara serentak, tanpa tumpang-tindih atau membingungkan. Dia mengetahui semua tasbih untuk muslim dan nonmuslim, karena tubuh mereka membuat tasbih tanpa memandang apakah tubuh dan pikirannya menerima Islam.  Dia menerima dari Nabi SAW ilmu tentang informasi yang tepat (presisi) tentang apa yang diperbuat oleh setiap makhluk yang hidup dan nonhidup, baik di dunia maupun di alam barzakh.  Dia juga tahu benar tentang jin dan kelebihan yang diberikan kepada mereka dari Allah SWT dan/atau  hukumannya.  Dia mengetahui secara tepat bagaimana setiap insan dan jin dapat memperoleh rida Allah SWT, termasuk amal apa yang membuka pintu untuk mencapai barakah hadirat Sayyidina Muhammad SAW.  Dia akan mengtahui tasbih apa yang diperlukan murid untuk tubuhnya dan untuk jiwanya, secara terpisah.

Mursyid at-Tabarruk mengtahui nama semua manusia sepanjang penciptaan, sebagaimana diajarkan kepada Adam AS, dan dicontohkan dalam ayat-ayat al-Quran, di mana Allah SWT bertanya kepada Malaikat apakah mereka tahu semua nama ciptaan, namun mereka tidak mengetahuinya.  Ketika Dia bertanya kepada Adam AS, dia membaca semua nama ciptaan satu per satu. Ketika dilakukan (pembacaan) itu, setiap bentuk spiritual mereka muncul di depan Adam AS. Mursyid ini tentu telah mewarisi kuasa itu dari Adam AS.

Dia harus tahu para malaikat dari setiap makhluk ciptaan, termasuk mereka yang mencatat amal baik dan amal buruk kalian, demikian pula mereka yang memonitor jumlah makanan yang kalian lahap. Dia harus tahu semua malaikat yang melayani manusia. Dia harus tahu berbagai giliran malaikat yang turun – mereka yang turun sepuluh menit sebelum Fajar, sebelum Maghrib, dan antara Maghrib dan Isya.  (Catatan: pada masa lalu, giliran ganti pada saat Zuhur, namun pada masa Grandsyekh `Abdullah QS, waktu itu diganti menjadi antara Ashar dan Maghrib).  Para malaikat yang datang pada gilirannya ini mengharapkan murid untuk melaksanakan awrad yang diwajibkan dari Mursyidnya ini. Mereka mengharap melihat murid terlibat dalam praktek ini ketika mereka turun (ke dunia), agar dapat meneruskan cahaya dan hubungan surgawi yang mereka miliki.

Jika murid itu tidak melaksanakan kewajiban wiridnya itu dalam kurun waktu khusus ini, malaikat tidak dapat mencerahkan hatinya. Pada dasarnya, murid yang tidak melakukan wiridnya adalah seperti keledai.

Sebagai balasan dari memelihara kewajiban hariannya, murid dapat mengandalkan perlindungan Mursyidnya dan mendapat jaminan sambungannya kepada Sayyidina Muhammad SAW.  Pertalian ini harus ada, agar Mursyid dapat menyerahkan murid itu ke tahap kedua, yaitu kepada Mursyid at-Tazkiyya.

Tahap pertama ini dimulai dengan membaca sehari-hari 5.000 kali “Allah, Allah” dan membaca 500 kali selawat dengan cara yang telah dirumuskan bagi murid.  Tahap berikutnya adalah membaca sehari-hari 24.000 kali “Allah, Allah” dan 5.000 kali selawat.   Ini baru tahap pertama dari tujuh belas tahap yang berbeda dari Mursyid Tabarruk. 

Grandsyekh berhenti sampai di tahap satu ini karena dia berkata bahwa pikiran orang-orang  tidak dapat membawa lebih dari itu.  Setelah semua tujuh belas tahap berikutnya adalah tahap Mursyid at-Tazkiyya.

Dalam mata rantai Tarekat Naqsybandi selain Mata Rantai Emas kita, mungkin terdapat pribadi yang berbeda untuk mengisi masing-masing setiap posisi dari empat tahapan ini. Dalam banyak kasus, seorang Syekh dapat memanggul dua sampai tiga tahapan sebelum Syekh lainnya mengambil alih secara fisik. Namun dalam Mata Rantai Emas, Syekh di zaman ini memiliki otoritas dan kuasa untuk mengatur keempat tahapan bagi setiap murid. Itulah sebabnya sekali seseorang mengambil bay’at dalam tarekat kita, mereka tidak akan pernah membutuhkan Mursyid lainnya.  Di masa ini, Syekh hanya ingin agar kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kemampuan melakukan sesuatu yang berguna.  Makin buruk anggapan kita tentang diri kita, makin bahagia beliau dengan kita. Beliau ingin kita mengetahui bahwa amal kita tak akan pernah membawa kita ke mana-mana, dan bahwa satu-satunya kesempatan yang kita miliki adalah keterlibatan Syekh kita.  Maka kita harus terus-menerus minta ampunan dan kasihnya.

Grandsyekh `Abdullah QS (semoga Allah SWT mensucikan ruhnya) sering mengingatkan kita hal berikut ini:

“Engkau harus selalu terus-menerus menancapkan tiga kukumu ke dahimu (yaitu ingat tiga hukum ini setiap saat jika engkau ingin berhasil dalam tarekat).

“Jika Aku memberimu sebuah sekop patah dan memerintahkan kamu untuk menggali sampai ke dalam tengah bumi untuk mendapatkan berlianmu, kamu harus menggali. Kamu jangan pernah bertanya mengapa atau mengeluh; kamu hanya perlu menggali.”

“Jika Aku memberimu sebuah ember dan berkata ‘kuras samudra itu’, jangan menanyakan bahwa air tidak akan pernah berkurang, atau mendebat bahwa tidaklah mungkin menguras samudra dengan sebuah ember: cukup mulailah mengurasnya! Sesaat pikiran itu muncul pada dirimu bahwa tugas itu adalah tidak mungkin, tidak praktis, atau tidak ada gunanya, kamu gagal dalam ujian itu dan harus memulai lagi dari awal.”

“Jika Aku mengatakan (pada) semut makanannya ada di Barat dan dia berada di Timur, dia akan langsung mulai berjalan. Murid harus seperti semut itu: jangan menggunakan pikiranmu untuk mengetahui bagaimana kamu akan mendapat makananmu, cukup berjalanlah! Jika kamu meninggal dalam upaya, kamu meninggal, dan kamu berserah diri.”

Instruksi paling penting adalah, jika seseorang melaksanakan (menyelesaikan) tiga amalan ini secara tekun, Allah SWT akan mengirim malaikat Riiha Sibah, yang akan membawa murid itu ke Hadirat Ilahi! Dia akan melakukan ini untuk kita karena kita mematuhi Allah SWT dengan mematuhi Syekh kita, dan Rahmat-Nya adalah tak terbatas dan Dia melakukan yang Dia kehendaki. Kita akan mencapai Tahap Ilahiah bukan karena amal, ibadah, atau pengorbanan kita yang manapun, namun karena tahap kepasrahan kita.

Ketika mendengar ini, seorang murid bertanya, “Jadi mengapa bersungguh-sungguh dalam ibadah?” Syekh akan membawa setiap pengikutnya ke Hadirat Ilahi sampai pada satu titik, tetapi hanya mereka yang bersungguh-sungguh di Jalan Allah SWT yang sesungguhnya akan melihat dan mendengar dalam Samudra itu. Untuk seseorang khusus yang memenuhi kewajiban mereka, penampakan dan suara akan terbuka bagi mereka. Kalian jangan pernah mencoba bangga karena telah menyelesaikan kewajiban kalian, jangan. Menyadari itu tidak berharga seperser pun, namun lakukanlah (persembahan) itu dengan taat dan rendah hati, dengan menyadari bahwa tanpa Syekh, kalian adalah seorang pecundang.

 

MURSYID AT-TAZKIYYA 

Sebagaimana telah dikatakan, terdapat empat kategori Mursyid. Pertama adalah Mursyid at-Tabarruk. Mursyid ini membimbingmu untuk melaksanakan beberapa bentuk ibadah seperti zikir dan pembacaan al-Quran, untuk mendapat hadiah dari Allah SWT.

Kategori kedua adalah Mursyid at-Tazkiyya. Dia membimbing kalian dalam proses pencucian yang disebut tazkiyat an-nafs. Bagaimana seseorang mencuci atau menyucikan diri sendiri?  Perjuangan jenis apa yang harus dilewati oleh seseorang agar mencapai kendali atas nafsu/keinginannya? Nabi SAW menggambarkan perjuangan ini, al-jihad an-nafs, sebagai jihad al-akbar dalam hadits berikut ini:

“Kita kembali dari jihad al-asghar kepada jihad al-akbar.”

Para sahabat bertanya, “Apakah jihad al-akbar?” artinya, “Apa yang lebih hebat dari memerangi orang tak-beriman, di jalan Allah SWT dan berharap mati setiap saat?” Beliau menjawab, “Jihad al-nafs.”

Adalah sangat sukar untuk melawan diri sendiri. Adalah mudah untuk memerangi musuh seseorang, karena kalian tahu bahwa dia adalah musuh kalian, namun diri kalian tak akan pernah mengatakan pada kalian bahwa dia adalah musuhmu. Nabi SAW mengatakan, “Barang siapa mengekang apapun di antara kedua rahangnya dan kedua kakinya, Aku menjamin surga baginya.” Nafsu/keinginan adalah apapun yang datang dan berasal dari mulut dan apapun yang berproses dari nafsu seksual, syahwat al-haraamJihad an-nafs memberikan kendali terhadap keinginan seperti itu.

Diri kalian sendiri tak akan membiarkan kalian mengendalikan itu. Itu akan selalu dalam sebuah perlawanan/pertentangan dengan kalian.  Lidah akan selalu menginginkan makanan yang paling enak. Dalam berjuang melawan diri sendiri, pertama adalah keinginan akan makanan. Kalian menginginkan jenis makanan terbaik, kalian selalu mencari berbagai jenis makanan. Jika kalian telah memiliki sepuluh, kalian menginginkan dua belas.  Mata selalu lapar!

Nabi SAW bersama para sahabat, sering sekali memakan sisa kuah daging, tanpa daging sedikit pun. Mereka mencelupkan roti ke dalam saus/kuah, menganggapnya sebagai suatu makanan yang lezat, dan mereka berbahagia, alhamdulillah. Hari ini, oh! Kita menginginkan begitu banyak makanan, diimpor dari negeri lain, untuk membuat berbagai macam makan eksotik!  Jadi, pada tataran ini, melarang lidah kalian untuk makan barang haram dan bahkan kekenyangan, adalah sangat penting. Bergosip, bohong, menyebarkan kekacauan dan merencanakan pemberontakan – semua ini melewati lidah dan harus dihindarkan karena itu berasal dari setan. Seseorang yang menggemari praktek tersebut menjadi seperti seekor burung merak ‑ sombong. Fir’aun menjadi begitu sombong, berkata, “Akulah Pangeran (Rabb) kalian Yang Maha Tinggi.” Dia tidak mau melihat siapapun lebih tinggi darinya.

Bagaimana Mursyid at-Tazkiyya menghancurkan keinginan seperti ini?

Dengan menunjukkan bagaimana mengikuti jejak Nabi SAW melawan diri sendiri  atas empat musuh: ego, dunia, hawa, dan setan. Setiap orang memiliki keempat musuh ini melekat pada dirinya, tanpa kecuali. Mursyid ini mengajari kalian untuk berjuang terhadap musuh ini dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sebagai tambahan, Mursyid at-Tazkiyya memiliki pengetahuan lengkap tentang empat madzhab pikiran dalam Islam. Dia harus tahu riwayat hidup dan semua hukum fiqih, pendapat jumhur ulama dan ajaran agama dari Imam Abu Hanifa, Imam Malik, Imam Syafi‘i, dan Imam Ahmad. Agar dapat membimbing murid, Mursyid tahap ini harus memiliki akses spiritual lengkap yang dibawa keempat imam legendaris ini, dan dia dapat mengikuti mereka tanpa salah sedikit pun; kalau tidak demikian, dia tidak akan dapat membimbing kalian.

Semua kualitas seorang Mursyid at-Tabarruk harus dipegang oleh seorang Mursyid at-Tazkiyya dan di atas itu dia harus memiliki ilmu dari empat madzhab, dan dia harus memiliki ijazahnya. Lembaga masa kini mengabaikan tradisi ini dengan memberikan gelar PhD (Doktor). Dari awal Islam sampai dengan tiga puluh hingga empat puluh tahun lalu, tidak terdapat PhD, hanya ada ijazah – izin. Syekh mengakui muridnya telah menyelesaikan pelajaran mereka di bawah bimbingannya, dan memberi wewenang kepada mereka untuk mengajar. Syekh harus menerima ijazahnya dari Syekh sebelumnya, mengikuti jejak mata rantai ke belakang yang berujung pada salah satu dari empat imam.

Sistem ini telah dimusnahkan habis dalam jangka waktu lima puluh tahun terakhir ini. Kini Islam dipelajari dalam sistem universitas yang tiada hubungannya dengan bagaimana Islam diajarkan selama empat belas abad. Itulah sebabnya ulama Islam masa kini tidak memiliki cahaya, tetapi hanya perhatian kepada kekayaan dan titel di mana ulama masa lalu sama sekali tidak memiliki perhatian terhadap hal itu. Ulama masa lalu duduk di sudut-sudut masjid, mengajari murid mereka tentang cinta, toleransi, dan barakah Islam. Ulama masa kini mengajari bagaimana puasa, bagaimana untuk menimbulkan kekacauan, menukil dan menempelkan dari al–Quran dan Hadits, mengajari murid mereka untuk menyebarkan kebingungan.  Mengapa muslim tidak berhasil? Karena mereka sangat jauh dari agama mereka.  Orang seperti kita, kita bukan pemimpin, dan kita bukan presiden. Kita tak dapat membuat perubahan. Mereka yang dapat melakukan perubahan jauh dari Islam; mereka adalah muslim dalam nama saja.

Mursyid at-Tazkiyya memulai dengan laa ilaaha ill-Allah. Apa yang pertama kali dibawa oleh Nabi SAW, Laa ilaaha ill-Allah. Ketika kalimat itu terbentuk dalam diri, bagaimana empat musuh itu dapat menyerang kalian? Bila kalian percaya akan hal itu, dan memegang teguh kepercayaan akan akhirat, kalian tidak dapat terlibat dalam kesalahan apapun. Kita mengucapkan (kalimat) itu hanya dengan lidah, namun tidak dengan perbuatan. Jika kita mengucapkannya dalam kebenaran dengan lidah dan perbuatan, Allah SWT dan Nabi-Nya akan mendukung kita.  Jangan mengira kita tidak akan menghadapi kesukaran. Apakah Nabi SAW menderita oleh umatnya? Beliau berkata, “Tiada seorang Nabi pun yang dilukai oleh umatnya sebagaimana aku dilukai oleh umatku.”  Beliau adalah Rasul terbaik, namun Allah SWT mengiriminya dengan kesukaran untuk melihat fondasinya dan taat asasnya.   Maka Laa ilaaha ill-Allah hanya terbentuk dalam diri Nabi SAW. karena beliau adalah pembawa kalimat tersebut yang paling sempurna.  Jika seorang dari ulama masa kini mengangkat satu kakinya dari bumi dan terbang, dia akan begitu sombong, dan umat akan mulai menyembahnya.   Nabi SAW pergi Isra dan Mi’raj. Dalam sebuah tubuh fisik yang dibuat sesuai dengan hukum alam (dunia) ini, beliau bergerak (dalam ruang) melawan hukum alam ini, ke Surga lalu kembali, dan beliau tidak pernah sombong.  Beliau adalah sosok pribadi paling sederhana.  Beliau tidak pernah mengangkat kepalanya. Kini jika seseorang terangkat bahkan bukan terangkat dari bumi, namun hanya terangkat ke sebuah kursi, dia menjadi begitu sombong sehingga dia bahkan tidak mau menerima tamu yang mengetuk pintunya.

Janganlah menolak untuk membuka pintumu!  Mursyid at-Tazkiyya adalah seseorang yang berlari mengejar Allah SWT.  Allah SWT mengiriminya hamba yang jujur, berlari menyertainya. Hal pertama yang diajarkan kepadanya adalah laa ilaaha ill-Allah, untuk membentuk tawhid sempurna dalam pengikutnya. Ketika itu sudah terbentuk, maka mereka dapat mengucapkan “Allah, Allah”.  Pada saat itu mereka melihat tanda-tanda Allah SWT di mana-mana.  Kemudian mereka dapat bersaksi: asy-hadu allaa ilaaha ill-Allah wa asy-hadu anna Muhammadan `Abduhu wa Rasuuluh. Pada saat itulah mereka melakukan syahadat yang benar.

Tugasnya adalah meletakkan `Asma al-Jalalah, “Allah, Allah” pada lidah kalian paling sedikit 24.000 kali.  Orang mungkin mengatakan bahwa itu akan mengambil waktu seharian. Cobalah itu esok, dan katakan padaku berapa lama itu mengambil waktu. Itu tidak akan lebih lama dari satu jam, tetapi lebih dekat kepada setengah jam. Dan setelah itu membaca 5000 shalawat Nabi SAW. Itu akan memakan waktu setengah jam. Jadi jumlah keduanya adalah satu jam!

Pada tahun 1996 Syekh saya, Syekh Nazhim Adil al-Haqqani QS (semoga Allah SWT mensucikan ruhnya) memerintahkan saya berkhalwat untuk empat puluh hari dalam sebuah masjid di Turki.   Beliau berkata, “Setiap hari ucapkan paling sedikit 48.000 kali “Allah, Allah” dan 24.000 kali shalawat dan sepuluh juz al-Quran. Jika kamu menyelesaikan itu, kamu dapat melanjutkan sampai kepada 124.000 kali “Allah, Allah” dan 48.000 shalawat dan dua puluh juz.  Jika kamu menyelesaikan itu, baca seluruh al-Quran dan 700.000 kali “Allah, Allah” dan 240.000 shalawat.”

Itu sangat melelahkan. Meskipun saya tidak pernah memenuhi bacaan harian tiga puluh juz al-Quran, saya mencapai 700.000 kali “Allah, Allah”, 48.000 kali shalawat dan lima belas juz. Ini adalah tambahan dari semua awrad lainnya.

Itu adalah Mursyid at-Tazkiyya.  Ketika mereka mengatakan, “Lakukan itu”, mereka mengirimkan dukungan.  Bila kalian berjalan pada Jalan Allah SWT, Dia mendekati kalian. Itu adalah sebuah hadits Qudsi, “Jika kalian mendatangi Allah SWT sejarak satu hasta, Dia datang kepada kalian sejarak sepuluh hasta, dan jika kalian datang kepada-Nya berjalan, Dia datang kepada kalian dengan berlari.”  Itu artinya Allah SWT mengirim bantuan-Nya, Kuasa-Nya, selama kalian memperlihatkan kemajuan.

Jika kita memperlihatkan kemajuan, Allah SWT akan mengirim bantuan Nya.  Semoga Allah SWT mengirimi kita bantuan-Nya.  Seorang Mursyid at-Tazkiyya telah memiliki semua karakteristik dari seorang Mursyid at-Tabarruk. Dia memiliki metodenya, jalannya, dan telah mewarisi rahasia dari Nabi SAW untuk melakukan proses penyucian kepada pengikutnya melalui perjuangan murid di dalam diri mereka.

Mursyid at-Tazkiyya harus menjadi seorang yang selalu melakukan sunnah dan syariat Nabi SAW dalam tingkatan yang tertinggi, memelihara al-‘aziima.  Dia sadar terhadap pemikiran apapun yang mendatangi pikirannya yang tidak sejalan dengan empat madzhab, dan dia menolaknya, karena dia telah dinaikkan pada level di mana seluruh hati dan pikirannya diarahkan oleh keempat madzhab, mengikuti sunnah Nabi SAW.

Dia telah mendapat izin untuk memberi instruksi dan membimbing pengikutnya untuk memanggil Rabb mereka dalam tahlil dua puluh empat ribu kali dan dengan mengucapkan dua puluh empat ribu “Allah, Allah” dan mengucapkan shalawat lima ribu kali. Ketika mereka mengatakan “Allah”, hati dan lidah bekerja bersama, seperti kombinasi raga dan ruh, kombinasi ruh dan pikiran, menggunakan bentuk fisik dan bentuk ruhaniah, menggabungkan dua elemen ini untuk membuat mereka menjadi pencari pada jalan ilahiah. Setiap kali seorang murid berkata “Allah” hatinya berirama dan lidahnya berirama secara bersamaan, terbang kepada Hadirat Ilahiah.

Hingga kini, murid Tarekat Naqsybandi berada pada tahap awal, jadi mereka masih pada tataran pertama.  Pada tataran itu mereka tidak dapat melihat pencerahan jenis itu yang terkuak di hadapan mereka. Hanya di bawah asuhan Mursyid at-Tazkiyya, seorang mubtadi‘ bergerak ke tataran musta‘i, di mana Syekh akan menaruh zikir pada lidahnya yang akan mengangkatnya ke Hadirat Ilahiah.  Mursyid at-Tazkiyya dapat memanggil Syekh Naqsybandi di mana pun, hidup atau mati.

Ketika dia memanggilnya,  Syekh itu akan segera datang melalui kekuatan spiritual Mursyid at-Tazkiyya. Berapa banyak Syekh telah mencapai tahap wali melalui Tarekat Naqsybandi? Mursyid at-Tazkiyya manapun yang memanggil, hidup maupun tidak, mereka harus datang dan memenuhi kebutuhannya. Dari kuasa yang diberikan Allah SWT kepada Nabi SAW, beliau selanjutnya memberikannya kepada Mursyid at-Tazkiyya, agar Mursyid itu mengetahui semua awliya Allah SWT di setiap abad, dengan namanya maupun ruhaniahnya. Lagi pula, Mursyid itu memiliki hubungan dengan mereka, karena dia memerlukan mereka dan mereka memerlukan dia.  Dia harus tahu keluasan ilmu mereka, dan dari pancuran (mata air) ilmu yang mana  mereka melepaskan dahaga mereka.  Pada setiap waktu khusus, dia harus tahu ilmu apa yang sedang diterima wali itu, dan untuk hikmah dan tujuan apa mereka menerima ilmu itu.

Sebagai tambahan, dia harus tahu setiap wali di antara mereka, dan dari Nabi SAW yang mana dia mewarisi ilmu rahasia itu, karena setiap wali berada dalam tapak tilas satu di antara seratus dua puluh empat ribu anbiya, menurut hadits al-‘ulama warits at al-anbiya.

Kekhususan Mursyid at-Tazkiyya lainnya adalah bahwa dia selalu sadar akan serangan dari empat musuh kepada setiap muridnya. Allah SWT mengaruniakan kepada mereka sebuah kekuatan untuk bersama setiap muridnya, untuk memastikan mana dari empat musuh yang sedang menyerang dan memperdaya mereka.  Pada saat demikian itu, dia akan menangkap musuh itu dan menghindarkan mereka dari penyerangan terhadap muridnya.

Dalam kawalannya, murid akan mencapai tahap zahid dalam hidup ini. Mereka menjadi seseorang yang mempersembahkan seluruh perhatiannya semata-mata untuk membangun masyarakat yang sempurna dan ideal, kelompok dalam masyarakat dan bangsa, di mana tidak seorang pun membeda-bedakan terhadap ciptaan Allah SWT.

Bilamana seorang dari muridnya merasakan kemalasan, kelelahan, penyesalan, depresi atau perasaaan negatif lainnya, hanya dengan satu kata Mursyid at-Tazkiyya dapat mengusir perasaan negatif itu dan membuat murid itu merasa lega dan santai. Itulah sebabnya jika duduk bersama Mawlana Syekh Nazhim QS, semua beban akan terbuang karena daya tarik yang datang dari matanya.

Mursyid at-Tazkiyya harus membentuk muridnya untuk berpegang teguh pada tahap tertinggi dari syariat dan sunnah Nabi SAW.  Itu berarti di samping semua kewajiban (fardhu), Syekh akan mendorong muridnya untuk menegakkan ibadah-ibadah sunnah. Sebuah contoh adalah tentang sebuah rukhsa – kalian mempunyai wudu dan mempertahankannya sampai salat berikutnya. Kalian tidak memperbaharui wudu pada saat itu. Namun tahap kedua dari azhiima adalah mengambil wudu pada setiap waktu salat; tahap tertinggi adalah untuk melakukan ghusl (mandi suci) pada setiap waktu salat.

Mursyid at-Tazkiyya harus memegang kuasa untuk memberi mimpi benar kepada murid.

Dalam pengalaman saya, banyak orang datang dan mengatakan, “Saya melihat seorang Syekh dalam mimpi saya.”  Dia tampak seperti ini (menggambarkan mimpinya) dan memberikan saya sebuah barang (cindera mata) dari Sayyidina Muhammad SAW.” Kemudian, mereka mengecek kepada Syekh secara berhadapan, atau mereka melihat fotonya di Internet, atau mereka melihat seorang murid Syekh itu dalam sebuah mimpi padahal dia tidak mengenalnya.

Kemudian mereka bertemu dengan Syekh itu, dan menyadari mereka melihatnya sebelum ini dalam sebuah mimpi.  Mursyid dapat mencapai (menghubungi) siapapun di dunia ini melalui mimpi dan penampakan.  Orang dapat menjadi pengikut melalui mimpi dan penampakan, membaktikan diri untuk mengikuti jalan ahlus-sunnah wal-jama‘ah pada level tertinggi, bahkan menerima perintah dari Syekh melalui mimpi dan penampakan. Begitulah kekuatan seorang Mursyid at-Tazkiyya.

Pada waktu itu, Mursyid at-Tazkiyya akan memberikan muridnya yaqaza, dan memelihara napasnya, keduanya – apakah meniup atau menghirup – harus dilakukan dengan pengamatan bahwa pada setiap saat,  Allah SWT dapat menghentikan murid itu dari meniup atau menghirup napasnya. Itu artinya bahwa pada setiap detik, dengan barakah Mursyid, yang diambilnya dari Nabi SAW, murid akan mengingat Rabbnya dengan setiap napasnya.  Kini bagi kebanyakan orang di antara kita, bernapas adalah sesuatu yang dilakukan  tubuh secara otomatis tanpa kesadaran kita. Kita bercakap dan kita bernapas, tanpa sadar. Kita tidak mengingatnya. Ketika kita menyelam dalam laut, barulah kita menyadari, untuk pergi ke permukaan dan mengambil sehirup udara.

Mursyid at-Tazkiyya akan membuat muridnya menyadari bahwa pada setiap saat dia diselamkan dalam sebuah samudra, bahwa energi yang mereka serap atau keluarkan, adalah melalui Qudra Allah SWT.   Maka mereka akan ingat pada setiap napas untuk mengatakan “Allah, Allah” ketika meniup dan menghirup, dan mengingat Allah SWT melalui sifat-Nya, “Hu, Hu, Hu” atau melalui Asma-Nya yang lain, tergantung pada waktu hari dan kondisi.

Setiap hirupan dan setiap tiupan adalah dengan satu Asma Allah SWT.  Dengan setiap hirupan terdapat sepuluh malaikat menyertai napas itu, dan sepuluh lagi dengan setiap tiupan.  Setiap malaikat diciptakan dengan cahaya yang berbeda dari Nuur Allah SWT.  Grandsyekh mengatakan bahwa sembilan per sepuluh dari cahaya itu adalah dari Sayyidina Muhammad SAW dan sepersepuluhnya adalah dari Nuur Ciptaan.   Kita tidak dapat berasal dari Nuur Allah SWT; itu tidak mungkin.  Kita adalah hamba Allah SWT dan tidak dapat berbagi Nuur-Nya.  Setiap hirupan dan tiupan adalah dengan sembilan per sepuluh Nuur Muhammad SAW dan sepersepuluhnya dari Bahr al-Qudra (Samudra Kekuatan). Awliya mengatakan bahwa manusia memiliki 24.000 napas dalam 24 jam.  Setiap hirupan dan tiupan harus dengan dzikirullah. Hanya Mursyid at-Tazkiyya yang dapat meletakkan itu pada lidah kalian.

Setiap napas adalah dengan dzikirullah, namun kalian lalai akan hal itu. Jika kalian mencapai tahap lebih tinggi, kamu akan memiliki kesadaran untuk setiap napas. Sekali kamu mencapai kesadaran tentang 24.000 napas, Mursyid akan menambah kesadaran itu menjad 700.000 kali per hari. Itu disebut sebagai kekuatan ta’i al-lisan. Mereka memekarkan waktu untuk membuat kalian memanggil Rabb kalian 700.000 kali, dengan memperpanjang waktu, tanpa membuat waktu itu lebih besar, tetapi dengan menambahnya dengan kekuatan lidah, sebagaimana Allah SWT dapat membuat seluruh dunia melalui lubang jarum tanpa membuat dunia lebih kecil atau lubang jarum lebih besar.  Itu adalah dari haqiqat at-ta’i – salah satu dari tujuh realitas (haqq) dalam diri manusia.

Hakikat mengerutkan jarak berada dalam hati manusia. Bagi seseorang yang telah mencapai tahap ini, mereka hanya perlu berkata “bismillah ir-rahmaan ir-rahiim”dan dapat berada di sebarang lokasi di bumi dalam sesaat. Bagaimana mereka melakukan hal itu?  Kini kalian bergerak dengan raga fisik kalian. Raga dibatasi oleh hukum fisika dunia, gaya berat, dsb. Ketika kalian bergerak, kalian bergerak dengan kemampuan itu. Kalian menggunakan sebuah kendaraan, seperti sebuah mobil, yang memiliki kekuatan fisik untuk membawa kalian. Untuk bergerak dengan lebih cepat kalian menggunakan sebuah pesawat terbang. Dia memiliki mesin yang lebih kuat yang akan membawa kalian.  Jadi mengapa kita terheran-heran, ketika kita dapat melintasi sebuah jarak yang – sebagai contoh, satu abad yang lalu akan memakan waktu tiga tahun untuk mencapainya, katakan dari Cina ke Mekah? Jika pada waktu itu kalian mengatakan, “Sesuatu akan membawamu lewat udara suatu hari nanti,” orang akan mentertawakan kalian.  Jadi awliya-ullah menemukan energi yang lebih kuat yang dapat membawa kalian, yaitu energi ruhaniah. Mobil dan pesawat menggunakan bahan bakar yang berasal dari kedalaman bumi. Itu adalah sesuatu yang diisolasi dari sekelilingnya sendiri dan dia menjadi energi, sedang sebelumnya dia adalah sesuatu yang lain, dan Allah SWT tahu  apa itu. Ruh terkait dengan surgawi. Jadi Allah SWT tahu energi apa yang ada di dalamnya. Jika seorang awliya mau bergerak, mereka membawa raga dan menaruhnya di dalam ruh dan kemudian bergerak dengan kecepatan ruh. Kemudian ketika mereka sampai di tujuan, mereka mengeluarkan raga dari ruh dan ruh memasuki kembali raga itu. Mengapa kita dapat menerima kenyataan dengan sebuah pesawat, tetapi tidak menerimanya pada kasus raga dan ruh?  Itu memerlukan landasan iman kepada hal yang ghaib (tak nampak). Awliya menggunakan kekuatan yang sama untuk mengerutkan jarak.

Energi dapat membawa apapun. Untuk mengangkat sebuah balok besi dua ton, kalian membawa sebuah crane, dan dengan sebuah mesin kecil, dia dapat mengangkatnya. Mengapa kita memandang bahwa kekuatan ruh  tidak berfungsi? Kalian dapat memanfaatkannya dengan menggunakan kekuatan yang dikembangkan oleh para wali.  Ta’i al-lisan adalah mirip dengan ta’i al-makan.  Jika kalian mau melakukan zikir 24.000 kali, kalian dapat dengan mengulang-ulang “Allah, Allah” dengan setiap hirup dan tiup. Jika kamu mau melakukan zikir dengan biji tasbih, kamu dapat mencapai – sebagai contoh, 200.000 dengan lidah normal. Tapi untuk mencapai 700.000 kali kalian memerlukan ta’i al-lisan. Dengan kekuataan Mursyid at-Tazkiyya, yang mendapatkannya dari Nabi SAW dia dapat membuat kalian mengucapkan “Allah, Allah” 700.000 kali  dalam satu jam; bagi beberapa murid dalam  setengah jam; untuk beberapa lainnya dalam 15 menit, dan untuk beberapa lagi  dalam satu menit.  Bagaimana itu mungkin? Bagaimana dapat lidah mencapai itu?

Di bawah lidah, Allah SWT menciptakan pembuluh darah arteri yang langsung menyambung kepada jantung.  Jika kegelapan dihapuskan dari lidah dan jantung, dengan jalan murid berlanjut dalam mengikuti  perintah Mursyid, kalian menjadi nurani, dan pada saat itu kalian bukan lagi raga atau lidah, namun kalian menggunakan Cahaya, yang terkait dengan Surgawi. Segala sesuatu yang menyangkut surgawi dapat melakukan apapun; tiada sesuatu yang tak mungkin, tiada lagi batasan.

Pikiran manusia terkait dengan keduniawian. Tetapi ketika orang menjadi nuriyaaniyuun, itu adalah makna dari hadith Qudsi, “Tidak surga tidak pula bumi dapat menampung Aku, kecuali hati hamba-hamba-Ku yang beriman.”  Hati dalam situasi seperti itu dapat melaksanakan keajaiban. Hati seperti itu dapat mencapai 7 juta  kali “Allah, Allah”, bahkan 70 juta kali. Itu semua diperkenankan bagi setiap manusia, jika dia mau mengikuti awliya-ullah.  Allah SWT berfirman, “Awliya-Ku berada di bawah kubah-Ku; tiada seorang pun tahu tentang mereka, kecuali Aku.” 

 

MURSYID AT-TASFIYYA

Mursyid at-Tasfiyya adalah Mursyid tahap ketiga, di atas tahap Mursyid at-Tazkiyya dan Mursyid at-TabarrukMursyid at-Tabarruk adalah keawliaan tahap pertama dalam Tarekat Naqsybandi. Tahap kedua adalah Mursyid at-Tazkiyya, harus mencakup semua aspek Mursyid at-Tabarruk dan begitu pula Mursyid at-Tasfiyya membawa semua yang dibawa Mursyid at-Tazkiyya dan Mursyid at-Tabarruk. Semua karakteristik tahap sebelumnya terefleksi pada Mursyid at-Tasfiyya ini.

Mursyid at-Tabarruk dan Mursyid at-Tasfiyya tidak memiliki perhatian kepada dunia ini:

Mereka itu zahid. Cukup bagi mereka makan sedikit, minum sedikit, dan hidupnya terdiri dari ibadah dan membimbing orang.  Mursyid at-Tasfiyya adalah zahid fid-dunya maupun zahid fil-akhira. Itu artinya surga bagi mereka bukanlah tujuannya. Banyak orang memohon surga abadi, jannat al-khuld.  Namun surga bukanlah tujuan seorang awliya-ullah; mereka harus sederhana. Sasaran mereka hanyalah Al-Khaliq. Apapun selain Allah SWT tiada artinya bagi mereka – maa siwallah. Semua yang diciptakan Allah SWT adalah maa siwahu. Allah SWT adalah Sang Pencipta dan semua lainnya adalah ciptaan-Nya. Awliya-ullah pada tahap itu tidak tertarik untuk mendapatkan apapun yang diciptakan Allah SWT.  Kecintaan mereka hanya kepada-Nya, dan bagi mereka akhirat tidak berbeda dengan dunia. Untuk kita, akhirat adalah harapan dan sasaran kita. Bagi mereka, Allah SWT adalah harapan dan sasaran mereka.

Nabi SAW berkata, “Setelah orang-orang diadili dan dikirimkan ke surga dan neraka, Allah SWT akan muncul bagi beberapa orang di surga [Dia akan menampakkan Diri, turun].  Harapan awliya ini hanyalah Allah SWT – tiada lainnya.  Seluruh perhatian melalui hatinya tidak dapat ditujukan kepada selain Allah SWT.   Jika sesaat pun Cahaya mereka tertuju kepada selain Allah SWT, mereka akan disingkirkan sepenuhnya dari Hadirat Ilahi. Dan jika Allah SWT mengungkapkan kepada wali itu apapun dari yang ghaib tahap tinggi, derajat, keadaan dan pengetahuan, dia tidak boleh melihatnya. Dia harus tetap mempertahankan konsentrasinya untuk mencapai pintu Rabbnya.

Salah seorang dari Mursyid demikian itu, Bayazid al-Bistami QS, yang lebih tinggi dari tahap itu, selalu melihat ke depan tidak pernah melihat ke belakang, ke kanan atau ke kiri. Dia mencapai tahap di mana dia mendengar suara dari arah Hadirat Ilahi.  Dia berkata, “Ya  Rabbi, bukalah untukku pintu-Mu.  Ini adalah harapan ku, ‘ishq – ku.  Bukalah untukku pintu-u.” Dan dia mendengar sebuah suara, “Ya Bayazid,  Pintu-Ku tidak dapat dibuka sampai kamu menjadi abdi dari abdi-Ku, mazballatan lil‘ibad untuk ciptaan lainnya – sebuah tong untuk sampah mereka. Barulah Aku akan membuka untukmu pintu-Ku.”

Grandsyekh tidak diminta untuk menjadi tong sampah bagi dirinya, namun menjadi tong sampah orang yang paling hina yang ditemuinya. Engkau dapat menjadi tong sampah bagi ayahmu, ibumu, isterimu, saudaramu atau temanmu, tetapi untuk seorang asing yang tak kamu kenal?  Dan saya yakin bahwa tidak seorang pun menerima menjadi tong sampah bagi ayah atau ibunya. Dia bahkan tidak setuju bahwa dia adalah sampah. Dia berpikir dia memiliki pikiran paling cemerlang dan semua lainnya adalah dungu, idiot.

Bahkan anak-anak ini sibuk ke sana ke sini berpikir bahwa mereka mempunyai intelegensi yang lebih tinggi dari orang dewasa.  Mereka ingin mendidik kita! Kita tidak akan masuk ke dalam cerita begitu, tetapi apa artinya “memikul beban abdi-Ku”. Mengapa Sayyidina Muhammad SAW datang sebagai seorang “rahmat bagi umat manusia”?  Karena beliau memikul beban umatnya.  Wa innaka la‘ala khuluqin ‘azhiim “Engkau adalah seorang dengan karakter lebih tinggi.” Itu adalah karakter (akhlaq) terbaik. Ketika Nabi Muhammad SAW dilukai, beliau tidak membalas, padahal beliau memiliki kekuatan untuk membalas, tetapi beliau tidak melakukannya, bahkan beliau memaafkan, wa innaka la‘ala khuluqin ‘azhiima, beliau adalah seorang yang paling rendah hati. Beliau adalah yang tertinggi, tetapi beliau memperlihatkan dirinya sebagai yang paling rendah.

Sekarang orang zaman ini secara salah mengatakan, ana basyaran mitslukum, bahwa Nabi SAW hanyalah raga, daging dan ruh. Faktanya adalah, Allah SWT membuatnya paling tinggi, namun Nabi SAW membuat dirinya pada tahap yang sama dengan semua orang.  Ketika menjadi manusia terhebat, beliau menundukkan kepalanya, dan beliau tidak menengadahkannya. Apakah kalian saling memikul beban? Tidak.  Jadi mengikuti jalan awliya-ullah, ketika dia melewati semua beban itu, Syekh Bayazid al-Bistami QS meminta kepada Allah SWT, “Jadikanlah tubuhku sebesar neraka, sehingga tidak seorang pun yang masuk neraka kecuali aku.” Dan dia sangat tulus dalam doa-nya itu. Dia seratus persen jujur dalam permohonannya itu.  Sasaran Mursyid at-Tasfiyya hanyalah Allah SWT, ilahi anta maqsuudi wa ridha’ ka matlubi. 

Ketika pintu itu terbuka bagi Mursyid at-Tasfiyya, pada saat itu Allah SWT akan mengungkapkan kepadanya segala sesuatu yang tertulis di Lauh al-mahfuzh. Ketika al-Quran diungkapkan kepada Nabi SAW, itu  dipindahkan dari Lauh al-mahfuzh ke Bayt al‘izza. Ketika seorang Mursyid mencapai tahap itu, dia akan dapat mengetahui rahasia al-Quran yang diungkapkan kepada Nabi SAW.  “Tasfiyya” berarti meninggalkan segala sesuatunya. Sebuah contoh, jika sebuah toko melelang barangnya karena mau tutup usaha, dan semua butir barang dalam toko itu diuangkan.  Ketika seorang hamba sejati Allah SWT mencapai tahap itu, Allah SWT akan membuka segala sesuatu kepadanya. Dia memberikan hamba itu kuasa untuk menarik para pengikutnya tanpa mengatakan sepatah kata pun – hanya melalui jazbat, daya tarik melalui mata.

Terdapat banyak awliya masa kini dan banyak yang telah meninggal dunia. Orang mengunjungi kuburan mereka dan merasakan jazbat mereka. Hal yang sama dapat pula terjadi kepada awliya yang masih hidup, yang dapat menarik kalian kepada mereka tanpa melakukan apapun, karena kuasa itu dikaruniakan Allah SWT melalui Nabi SAW, dan berada dalam hati mereka. Allah SWT memberikan Mursyid itu sebuah kekhususan untuk melihat kepada pengikutnya. Setiap hamba  telah dibentuk (molded), ketika dia dilahirkan ke dunia ini dan orang tuanya membesarkannya.  Mereka dibentuk dengan 800.000 kebiasaan (adab) buruk  yang berbeda-beda, yang tak dapat dihitung! Bukankah kalian tidak dapat menghitung 800.000 adab buruk? Tentu saja tidak dapat.

Terdapat 800.000 titik spiritual diletakkan pada selebar tubuh fisik, masing-masingnya memiliki karakteristik buruknya sendiri, nafsu buruk dari ego. Masa kini, praktisi pengobatan tradisional dan alternatif mengenali bahwa raga fisik memiliki tiga ratus enam puluh titik penyembuhan. Tetapi dalam realitas, terdapat 800.000 titik tekan spiritual di mana awliya-ullah membersihkan karakteristik buruk kita.  Tanpa membersihkan dulu 800,000 titik ini, seseorang tidak dapat dihadapkan kepada Sayyidina Muhammad SAW dan mengalami keadaan spiritualitas atau berkomunikasi dengan hati beliau, bahkan tasbih malaikat pun tidak dapat kita dengar.  Mursyid at-Tasfiyya dikaruniai kuasa untuk membersihkan 800.000 karakter buruk itu. Tujuh ratus amal terlarang  akan membawa kalian kepada 800.000 karakter buruk, dan awliya-ullah dapat menarik dan menolong mereka dari keburukan itu.

Dengan lidah kalian tidak dapat membuat klasifikasi karakter buruk ini (kosa katanya tidak cukup). Mursyid at-Tasfiyya mencabuti karakter buruk itu seperti sebuah saringan, mengayak biji-bijian sampai tinggal karakter baik saja.  Lagi pula, Allah SWT membuat Mursyid at-Tasfiyya untuk selalu hadir dengan para wali yang telah meninggalkan dunia fisik ini, begitu juga mereka yang masih tinggal di dunia ini. Semua wali terhubung dengannya setiap saat, memberinya masukan apa yang mereka miliki dan apa yang mereka kerjakan, karena dia adalah seorang yang tertinggi. Dia dapat memantau muridnya 12.000 kali sehari.  Setiap kali dia memandang muridnya dia mengiriminya kebijaksanaan, nasihat untuk mengerjakan kebaikan. Jangan mengira itu terlalu banyak! Mereka itu langka, seperti sebuah berlian.

Beberapa Muslim, khususnya yang dibesarkan di Amerika Serikat, tidak mengetahui apapun tentang awliya-ullah atau tentang keramat. Sungguh disayangkan, sebagian besar Muslim di seluruh dunia telah dicuci otaknya dari warisan Islam sejati dan ajaran tradisional dan praktek Islam oleh doktrin Wahhabi.  Semoga Allah SWT melindungi kita dari ideologi atau mentalitas yang demikian itu!

Begitulah kuasa dan jangkauan ilmu Mursyid at-Tasfiyya, bahwa dari setiap kata dalam al-Quran, sedikitnya dia dapat memungut sembilan belas makna. Sa-usliihi saqar. La-wahatan lil basyar. ‘Alayha tis‘at ‘ashar. “Segera kami akan melemparkan dia ke neraka. Di atasnya adalah sembilan belas. Dan kami tidak menempatkan kecuali malaikat yang menjaga neraka.” Sembilan belas ini adalah malaikat khusus, penjaga neraka. Mereka besar sekali dan sangat kuat.  Mursyid at-Tasfiyya juga memegang kunci bagi keajaiban pribadi untuk setiap murid. Untuk setiap murid terdapat sebuah rahasia dalam al-Quran yang disebutkan sebagai: as wa laa yaabis wa laa ratbin illa fii kitabin mubiin. Mursyid tahu mana dari kalimat dalam al-Quran yang didisain untuk menghentikan kalian dari terjerumus  ke dalam kegelapan dan dilemparkan ke dalam neraka, yang dijaga oleh sembilan belas malaikat.  Dia akan memberimu awrad (wirid) untuk dibaca setiap hari.

Mursyid at-Tasfiyya mengetahui awrad yang dibuat khas untuk diri kalian; untuk alasan inilah kamu memerlukan seorang wali. Jika seseorang merangkai sebuah kalimat dibuat dari kode yang salah, itu tidak akan efektif (memberi hasil). Mursyid at-Tasfiyya dapat merangkai bacaan dari al-Quran dan hadits Nabi SAW, untuk membersihkan kalian dari karakter buruk pribadi kalian yang akan membawa kalian ke neraka, jika mereka tidak dibuang.  Terdapat lima ratus ma‘muraat (perbuatan baik) dan delapan ratus perbuatan terlarang.

Mursyid at-Tasfiyya akan membimbing kalian kepada lima ratus perintah itu dan membimbing kalian untuk mencegah terjerumus ke dalam delapan ratus perbuatan terlarang, kesemuanya itu dengan satu kata tunggal yang ditugaskan bagi kalian untuk membacanya dari al-Quran; untuk setiap individu sebuah kata yang berbeda.

Karakter lain yang diberikan Allah SWT kepada Mursyid at-Tasfiyya di antaranya adalah bahwa dengan pengamatannya kepada alam semesta, dia akan menarik tiga puluh lima tanda yang berbeda-beda tentang Hu Ahad Allah SWT dari setiap planet.  Dari setiap sebarang planet dia memandang dengan pandangan spiritualnya, dia akan menurunkan tiga puluh lima tanda spiritual dari Hu Ahad Allah SWT.

Lebih jauh lagi, dia dapat menanam tanda-tanda yang berbeda-beda ini ke dalam lima tingkatan hati: qalb, sirr, sirr-as-sirr, khafa, dan akhfa.  Ketika kalian mengucapkan laa ilaaha ill-Allah – bacaan itu akan mengambil kalian lewat lidah dan hati, qawlan wa fi‘lan, di mana kalian akan dibuat mengamati HU Ahad Allah SWT. Allah SWT memberikan Mursyid at-Tasfiyya kuasa atas keajaiban penampakan spiritual ini yang lebih kuat dari penampakan mata fisiknya. Qutb zaman itu akan berada di bawah otoritasnya.

Allah SWT memberikan Mursyid at-Tasfiyya kuasa untuk membaca 700.000 kali “Allah, Allah” pada setiap tiupan napas dan setiap hirupan napas.  Dia memiliki ‘ilm al-yaqiin‘ayn al-yaqiinhaqq al-yaqiin, dan la rayba fiih.

Semua yang telah kita gambarkan tentang Mursyid at-Tasfiyya tadi hanyalah sekedar pandangan selintas saja dari maqam dan kuasanya.

 

MURSYID AT-TARBIYYA

23 Desember 2002 [DE1.14]

Tahap tertinggi dari irsyad bagi ulama dalam membimbing ummah adalah Mursyid at-Tarbiyya,  “al-‘ulama waritsat al-anbiya.” Semua ilmu awliya hanyalah setetes saja dari Samudra Ilmu Nabi SAW, yang dibukanya untuk semua awliya. Dari awal hingga akhir, semua itu hanyalah setetes dari Samudra, jadi bayangkan saja apa yang diberikan Allah SWT kepada Nabi SAW.

Tulisan serial ini adalah tentang awliya Tarekat Naqsybandi.  Mereka yang mendapat kesempatan untuk berjamaah dengan mereka memiliki kesempatan untuk mendapat manfaat dari mereka.  Mereka yang tidak memiliki kesempatan itu atau belum mengambil bay’at dengan salah satu mursyid demikian itu telah kehilangan kesempatannya.

Suatu kali Grandsyekh Syarafuddin QS membahas apa yang dikirimkan awliya.  Pada majelis itu terdapat ribuan, kadang-kadang ratusan ribu murid dalam jemaahnya. Satu malam mereka duduk dan seorang asing datang. Syekh Syarafuddin QS memandang kepada hatinya dan mengamati bahwa orang itu tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh manfaat ajaran luhur yang umumnya datang dalam majelis yang demikian itu.

Untuk mencegah agar majelis itu tidak mengalami penurunan derajatnya dan untuk tetap mempertahankan majelis itu pada level tinggi, beliau berkata, “Wahai anakku. Aku sedang memikirkan kamu.” Dia tidak mau menyia-nyiakan waktu murid dengan berbicara pada maqam yang rendah atau dengan mendapat pertanyaan (dari orang yang baru datang itu) yang akan mengganggu aliran informasi.  Syekh Syarafuddin QS memiliki  sebuah jubah sebagai hadiah dari Sultan Abdul Hamid.  Jubah itu didekorasi dengan tujuh ratus ribu keping emas, penuh dengan rajutan benang.  Beliau ingin menunjukkan kepada muridnya bahwa beliau tidak memiliki ikatan kepada jubah itu dibanding dengan nilai dari majelis itu, lalu beliau berikan jubah itu kepada orang asing tadi.  Orang asing itu sangat bergembira, dan pada saat yang sama khawatir bahwa Syekh itu akan mengambil jubah itu kembali, maka dia pamit secepatnya.  Itulah sebabnya suhbat seperti itu hanyalah bagi pengikut ahl as-sunnah wal-jama‘ah yang berpegang teguh pada setiap sunnah dan pemahaman hakikat spiritual.

Sebelumnya dijelaskan tentang tiga macam mursyid, yaitu: Mursyid tabarruk, tazkiyya, dan tasfiyya.  Tiga tahap yang berbeda ini dapat saja terjadi di tarekat mana pun.

 

Mursyid tarekat mana pun dapat mencapai tiga tahap ini.

Namun tahap Mursyid at-Tarbiyya hanya terdapat di Tarekat Naqsybandi.  Allah SWT telah menganugerahkannya kepada Tarekat Naqsybandi. Tahap apapun yang dicapai para Masyekh tarekat lainnya itu, mereka hanya mencapai tahap Mursyid at-Tasfiyya.  Namun mereka yang Naqsybandi dan telah mencapai tahap tarbiyya telah melewati tiga tahap yang digambarkan sebelumnya itu.  Mursyid at-Tarbiyya, pembimbing yang menaikkan murid, agar mencapai tahap itu dia harus mencapai tahap ijtihad absolut, al-ijtihad al-mutlaq. Bukan hanya dalam syariat, tetapi juga dalam haqiqat. Dalam bahasa Arab hal itu sama dengan tawkiil al-syamila, (the power of attorney).  Ada kuasa mewakili yang bersifat umum, khusus; ada pula kuasa mewakili yang lebih luas dan kuasa mewakili yang lengkap. Dan di atas semua itu, dalam tradisi Arab kita, terdapat wakilat syamila kamilat mutlaqa: kuasa mewakili yang umum, lengkap dan tak-berakhir.  Dalam Islam, Hukum Ilahiah yang kita ikuti (syariat) ditujukan kepada situasi kehidupan secara luas dan pikiran terbuka.  Kita dapat berpisah dan kemudian bercerai tanpa kembali kepada pasangan kita, tanpa berbicara kepadanya.  Kita dapat mengawini seseorang yang tidak hadir (in absentia), dan berkumpul dengan pasangan itu pada waktu kemudian.  Jadi Mursyid at-Tarbiyya ini diberikan kuasa umum, lengkap dan tak-berakhir dalam membuat putusan juristik syariat, maupun putusan dalam hal hakikat.   Ini adalah Mursyid yang dimaksud Allah SWT dalam firman-Nya, rijaalun sadaqu ma ‘ahadallahu ‘alayh; mereka mendapat kepercayaan penuh dari Allah SWT.

Grandsyekh, semoga Allah SWT mensucikan ruhnya, berkata bahwa terdapat sembilan awliya yang doa-nya akan diterima Allah SWT dan merubah apapun yang mereka minta dari (yang tercantum dalam) Lauh al-mahfuzh.  Mujtahid mutlak dalam syariat dan haqiqat.

Ketika Grandsyekh ditanya oleh Grandsyekh-nya, Syekh Syarafuddin QS, untuk menerima tahap irsyad seperti itu oleh Syekh-nya, beliau berkata, “Jika engkau bertanya, aku menjawab tidak.” Syekh Syarafuddin QS berkata, “Ini adalah perintah dari Nabi SAW.” Grandsyekh kemudian berkata, “Jika itu adalah perintah, ala raasii wal-ayn. Tetapi kalau itu hadiah (pemberian), maka aku tidak menerima tanggung jawab seperti itu. Aku tidak menerima, kecuali dengan satu syarat.” Malam itu dalam pertemuan awliya dalam majelis nabi-nabi, Grandsyekh Syarafuddin QS mendiskusikan situasi itu dengan Nabi SAW. “Dia tidak menerima, kecuali dengan satu syarat.”  Nabi SAW berkata, “Tanyakan apa syaratnya.” Hari berikutnya beliau mendatangi muridnya, dan mengikuti perintah Nabi SAW, Syekh Syarafuddin QS bertanya kepada Syekh `Abdullah QS apa syaratnya.  Syekh `Abdullah QS menjawab, “Dalam masa kini terdapat begitu banyak kegelapan, kebodohan, kelalaian, kebohongan, penghianatan, racun, dan penipuan. Dalam kegelapan seperti itu yang hadir pada masa kini, tidaklah cukup setahun atau limabelas tahun atau seratus tahun untuk mencapai keberhasilan spiritual tahap manapun.  Mereka bahagia dalam majelisku.  Tetapi begitu mereka berjalan keluar pintu, nafsu buruk akan menyeret mereka ke bawah lagi. Jadi mengapa membuang waktuku, jika lebih baik membaca awrad-ku sendirian.” Syekh Syarafuddin QS berkata, “Jadi apa yang engkau kehendaki?”

Syekh `Abdullah QS berkata, “Aku menginginkan sebuah hadiah dari Nabi SAW, bahwa barang siapa duduk dalam majelisku, mendengarkan pembicaraanku, tanpa melakukan apapun atas prakarsanya sendiri, Aku mohon izin untuk mengangkat dia kepada maqamku. Tidak hanya itu, jika Aku berbicara tentang wali yang manapun dalam majelisku, wali manapun yang Aku sebut, Aku menghendaki murid-muridku diberi izin untuk mendapatkan maqam wali itu. Jika tidak, Aku tidak memerlukan (jabatan tahap) itu.”  Kalian lihat tahap Mursyid at-Tarbiyya? Dia tahu bahwa kita tidak akan mendapatkan apapun dengan upaya kita sendiri. Seperti seorang ayah dengan anaknya, dia menanggung seluruh tanggung-jawab.  Bahkan ketika mereka telah dewasa dan hilir mudik di jalanan, orang tua akan berbuat terbaik untuk anak mereka.

Grandsyekh Syarafuddin QS berkata, “Aku akan tanyakan hal itu.” Dalam dewan al-awliya, Syekh Syarafuddin QS berkata, “`Abdullah Effendi QS menyampaikan syarat demikian.”  Nabi SAW berkata, ana raadi, anaa raadi, ana raadi – “Aku terima! Aku terima!  Aku terima!” dengan tangannya diletakkan di dadanya. Dan beliau menambahkan, “Tak seorang wali pun sebelum ini yang memohon  kepadaku seperti itu untuk murid-muridnya.”

Itu berarti Nabi SAW tidak menunggu kita untuk mengalami kemajuan dalam tarekat, karena beliau tahu kita tak dapat berbuat apa-apa pada waktu ini.  Kita adalah mujtahidin mutlaq, yang berarti tidak seorang pun dapat membuat sebuah deduksi (kesimpulan khusus) ketetapan juristik dari syariat atau haqiqat kecuali Mursyid at-Tarbiyya; dia adalah yang tertinggi. Di atas kuasa itu, dia harus jauh mendalami dan mendapatkan hakikat dan kepastian, dan mendapatkan pengakuan kebenaran bagi semua ilmunya dan mendapatkan konfirmasi atau pembuktian dari semua ilmunya yang berada dalam kawasan ‘ilm al-yaqiin, ‘ayn al-yaqiin and haqq al-yaqiin.

Tahap Mursyid ini mirip dengan saluran digital yang kini kita miliki (dalam bidan komunikasi), multipleks dari satu satelit, sinyal yang dapat dilihat dan didengar serentak, dan bukan maya namun sangat nyata, dengan kepastian lengkap.  Mursyid at-Tarbiyya itu tidak sedang mengalami imajinasi atau illusi, namun sesungguhnya hidup dalam waktu atau tempat itu, dengan memiliki kapasitas pendengaran dan penglihatan mutlak (paling tinggi) yang dapat dimiliki manusia.

Mursyid itu hadir di semua kenyataan sebagaimana dia hidup di masa lalu, masa kini dan bahkan di masa mendatang, sampai saat Hari Pengadilan. Allah SWT mengaruniakan kepadanya lima elemen yang berbeda dari Irsyad:

Asuhan Allah SWT (inayatullah)

Asuhan Nabi SAW, penampakan dan dukungan (inayat an-nabi)

Asuhan para pembimbing terdahulu dan penampakan (vision) (inayatan min al-Mursyidiin al-‘izham)

Asuhan grandsyekhnya (inayat al-Mursyid)

Asuhan dan penampakan dari dua malaikat di bahu kanan dan kiri (inayat Kiram Katabiin)

Mursyid ini diperkenankan mengetahui semua rincian dari Hari Perjanjian, ketika ruh ditanya, “Bukankah Aku Rabb-mu?” Mereka berkata, “Ya.” Allah SWT bertanya kepada ruh “Siapa Aku dan siapa kamu?” Ruh menjawab, “Engkau adalah Rabb kami dan kami adalah hamba-Mu.” Pada saat itu Allah SWT merencanakan semua hal yang semua orang harus lakukan dalam hidupnya sebagai tanggung jawabnya.  Itu adalah ‘alam al-miithaq – Dunia Perjanjian.  Pada saat itu, Mursyid at-Tarbiyya berada di sana dan mengetahuinya secara rinci dan ketika dia datang ke dunia dia masih ingat saat itu dan rinciannya.

Berapa orang Mursyid at-Tarbiyya yang ada sejak masa Nabi SAW hingga sekarang?  Allah SWT memberinya ilmu dari semua awliya-ullah, dari sejak saat Sayyidina Adam AS sampai kepada Hari Pengadilan, dengan nama dan ilmu mereka. Ini adalah kunci khusus seorang Mursyid at-Tarbiyya. Para Syekh adalah pewaris para Nabi. Bukan ulama masa kini – mereka itu juhala – lalai. ‘Ulama adalah salih dan bersungguh-sungguh, memiliki kedua ilmu, ‘ilm asy-syari`ah (hukum) dan ‘ilm al-haqiqat (spiritualitas).

Karakteristik lain yang diberikan Allah SWT kepada Mursyid at-Tarbiyya adalah perubahan apapun yang terjadi pada Lauh al-mahfuzh, dia tahu tentang itu. Sedang untuk 24.000 napas setiap murid, Mursyid itu akan tahu status muridnya dan maqam dari setiap napas ini.

Metabolisme, pernapasan, tahap kimiawi, reaksi syaraf, dan pembuluh kapiler terkecil, dia menyadari setiap perubahan di dalamnya.  Jika kalian menaruh pembuluh kapiler (yang lebih kecil dari sehelai rambut) dalam satu garis, mereka mencapai jarak dari bumi ke bulan. Terdapat tiga trilyun sel di dalam tubuh. Mursyid at-Tarbiyya itu mengetahui keadaan semuanya. Semua keterangan ini, kemampuan dan kuasa ini berasal dari setetes Samudra Nabi SAW.

Orang masa kini bermain-main di dunia ini. Itulah sebabnya ketika mereka mulai menyadari hakikat ini, mereka meninggalkan perhatian mereka terhadap dunia ini. Hanya satu kali menyelam ke dalam Samudra Hakikat ini telah mendatangkan kebahagiaan cukup bagi mereka, dalam hidup ini dan di Kehidupan Abadi.

Mursyid at-Tarbiyya harus tahu sumber kehidupan muridnya, ilmu muridnya di dunia, dan kondisi tubuh murid itu dari sejak diciptakan hingga pada Hari Pengadilan.  Dia harus mengetahui setiap huruf Arab, yang berada di Lauh al-mahfuzh, karena itu adalah lughat ahl al-jannat. Apapun yang tertulis di sana, dia harus tahu berapa huruf dituliskan dari awal hingga akhir.  Bukan hanya dua puluh tujuh huruf dari alfabet, namun setiap huruf sebagaimana muncul di Lauh al-mahfuzh, satu demi satu, dianggap sebagai sebuah huruf  tunggal (individual).

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Tarekat Chisytiyyah – Citarasa Spiritual Khas India

Kabar Gembira Bagi Mereka Yg Banyak Berdzikir

Ajaran dan Dzikir Tarekat Syattariyah

Tasawuf sebagai Legitimasi Politik dan Sumber Kesaktian

4 Tingkatan Mursyid

Dua Penjaga Manusia

Perbedaan Fungsi Antara Al-Qur’an & Dzikir

Membelah Lautan: Pentingnya Ber-Thariqah (Transkrip)

Kisah Mawlana Rumi Membeli Khamr

Husain bin Manshur al-Hallaj

Adab Murid Pada Guru Mursyid

Simbolisme Huruf dan Angka

Rasa Percaya Memang Tidak Bisa Dipaksakan

Intiqal, Ittihad, Hulul & Ittishal

Manaqib Syaikh Baha’uddin Naqshbandi

Memperbaiki Diri Melalui Mursyid Sejati Thariqah

Keutamaan Seorang Mursyid Thariqah

22 Jumadil Akhir: Haul Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (ra)

4 Tingkatan Mursyid