Al-Habib Al-Imam Ahmad bin Hasan Al-‘Attas Huraidhah, Yaman, dalam karyanya yg berjudul Tadzkir An-Nas, hal. 177, mengutip perkataan Gurunya, Al-Habib Al-Imam Abu Bakar bin “Abdillah Al-‘Attas, “Sesungguhnya setiap tempat atau rumah yg ditinggalkan oleh penghuninya dalam keadaan sunyi tanpa seseorang, maka ia akan menjadi rumah jin. Namun bila rumah atau tempat tersebut biasa digunakan untuk membuat hidangan kopi panas, maka para jin tidak akan mau untuk mendekati maupun menempati rumah dan tempat tersebut.”
Kaitannya dengan hal itu, Ibnu Thayyib dalam tarikhnya mengatakan, “Kopi adalah obat untuk menghilangkan keresahan bagi kaum pemuda dan kenikmatan yg utama bagi para pencari ilmu. Kopi adalah minuman bagi para hamba yg dekat kepada Allah, di dalamnya penuh khasiat bagi para pencari hikmah di antara manusia.”
Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitami ra. juga memiliki komentar menarik tentang kopi, “Ketahuilah duhai hati yg gelisah, kopi in telah dijadikan oleh Ahli Shofwah (orang² yg bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan.”
Inilah mungkin di antara salah satu alasan, mengapa Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya hanya mau minum kopi dan tidak mau yg lainnya. Begitu bangun tidur, maka yg ditunggu oleh Beliau salah satunya adalah secangkir kopi panas yg beraroma khusus.
Ada beberapa catatan khusus tentang minuman kopi yg Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya konsumsi.
Yg pertama, kopi Beliau adalah kopi alami, tanpa campuran apapun, apalagi bahan kimia. Kopi beliau adalah siwalan, yg dibuat dan dikemas oleh seorang santri Beliau dan diantarkan secara berkala.
Kedua, tidak semua orang cocok dan menyukainya, sehingga bila tidak cocok, lalu mengkonsumsi, maka perutnya akan mulas.
Ketiga, karena kopi Beliau itu khusus dan tidak ada di pasaran, maka ke manapun pergi selalu dibawa oleh pendereknya, baik itu kopi yg sudah diseduh maupun yg masih berupa serbuk. Baik itu di kereta, di mobil, di atas kapal, di pesawat, atau ke manapun pergi selalu terbawa sehingga selalu dapat menikmatinya. (Wallahu a’lam)
Diambil dari buku Cahaya Dari Nusantara: Maulana Habib Luthfi bin Yahya hal. 57-58