Search Form

— Abah Guru Sekumpul

“Selama manusia itu merasa mulia, tertutuplah kemuliaan Allah di batinnya. Selama dia melihat kehinaan, nah di situlah Allah menyampaikan, menjelaskan, membukakan tajalli akan kemuliaan-Nya.”

— Abah Guru Sekumpul

“Apa yang ada di dunia ini hanyalah kiriman dari Allah sebagai tanda mata supaya kita senantiasa mengingat Allah dan rindu ingin bertemu Allah. Ini yang dinamakan musyahadah.”

— Abah Guru Sekumpul

“Orang yang bershalawat berarti orang itu telah menyebut kekasih Allah. Maka orang itu sama saja berdzikir atau menyebut Allah tanpa hijab.”

— Abah Guru Sekumpul

“Sebuah ilmu, jika tidak menyampaikanmu kepada adab (akhlak), maka ilmu itu adalah penghalang.”

— Abah Guru Sekumpul

“Bukan harta yang banyak, bukan pangkat yang tinggi, bukan punya banyak istri, anak buah, keluarga, pengikut dan murid. Bukan pula banyak punya kitab, banyak wirid, bukan! Yang selamat itu hati yang bersih.”

— Abah Guru Sekumpul

“Istiqamahlah dalam dzikrullah karena istiqamah itu adalah karomah.”

— Abah Guru Sekumpul

“Kita takkan pernah bisa berkawan selama kita masih memandang dosa daripada kawan kita. Oleh sebab itu, pandanglah diri kita dahulu sebelum memandang diri orang lain.”

— Abah Guru Sekumpul

“Sabar itu dingin hatinya, diam lidahnya. Artinya ikhlas dengan segala ujian Allah.”

— Abah Guru Sekumpul

“Orang yang membaca shalawat, maka ia akan merasakan surganya dunia sebelym merasakan surganya akhirat, dan shalawat itu penerang hati.”

— Abah Guru Sekumpul

“Ciri orang yang cinta adalah yang didengarnya cuma ucapan kekasihnya, yang disebut cuma nama kekasihnya.”

— Abah Guru Sekumpul

“Tanda orang yang telah dipilih Allah untuk menjadi baik adalah dia baik sangka kepada seluruh makhluk dan buruk sangka kepada dirinya sendiri.”

— Abah Guru Sekumpul

“Kalau ada Majelis Shalawat, ikuti duduk di situ. Karena dengan shalawat, semua jadi berkah. Hidup berkah, pekerjaan pun berkah.”

— Abah Guru Sekumpul

“Rezeki itu disebut berkah bila ia mendekatkanmu kepada Allah. Sementara yang menjauhkanmu dari Allah adalah rezeki yang tidak berkah.”

— Abu Hazim ra.

“Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh yg busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yg curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Allah karena cinta kepada-Nya.”

— Abul Khair Al-Aqtha' qs.

“Seseorang tidak akan mencapai kemuliaan kecuali dengan rajin beribadah, berakhlak mulia, melaksanakan kewajiban-kewajiban, dan bergaul dengan orang-orang saleh.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Tidak ada derajat yang lebih tinggi selain daripada prasangka baik, karena dalam prasangka baik terdapat keselamatan dan keberuntungan.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Akhlak lebih didahulukan daripada ilmu, karena ilmu tanpa akhlak maka ilmu itu tidak menjadi berkah.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Jadilah engkau ulama. Kalau tidak bisa, berkhidmalah pada ulama. Kalau tidak bisa, maka dekatilah ulama. Kalau tidak bisa, maka sayangilah ulama. Kalau tidak bisa, maka cintailah ulama. Kalau tidak bisa, jangan jauhi ulama. Kalau tidak bisa, jangan musuhi ulama.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Kunci segala rahasia bersumber pada bacaan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Akhlak lebih didahulukan daripada ilmu. Karena ilmu tanpa akhlak, maka ilmu itu tidak menjadi berkah.”

— Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al-Maliki

“Perbanyaklah ibadah saat mudamu. Walaupun banyak godaan dan cobaan saat kau berusaha menjalaninya, paksalah dirimu untuk taat walau berat. Karena jika kau tua, kau hanya mau, tapi kadang tak mampu.”

— Abuya Uci Turtusi

“Ketika hidup di dunia, kalau ingin tenang harus menerima qadla dan qadar Allah SWT.”

— Aisyah Al-Bauniyah

“Ingatlah Allah dengan hati kalian. Sebab, satu-satunya ingatan yang bertahan secara permanen adalah mengingat Allah dengan hati. Adapun mengingat dengan lidah, mustahil bertahan secara abadi.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Cinta itu sebenarnya bukanlah nafsu belaka, melainkan sebuah ikatan.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Jadilah orang yang rahmat kepada sesama. Karena sebab sifat kasih sayang (rahmat) itulah yang menjadikan semua orang menyukaimu dan kamu menyukai siapapun.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Apabila seseorang menegur kamu dengan penuh hikmah dan kamu terasa marah dengan tegurannya, ketahuilah bahwa sudah ada sebesar-besarnya takabbur dalam hatimu.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Engkau berangan-angan menemukan cinta sejati dalam hidup ini. Ketahuilah di hatimu sudah ada Rasulullah yang telah lama melakukannya kepadamu.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Menghadapi kebencian dengan kebencian hanyalah menambah kegelapan dunia. Saat dunia sekitarmu terasa sempit karena kebencian, luruskanlah dengan cinta.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Jangan biarkan sehari pun berlalu di bulan suci Ramadhan dan kamu tidak meminta pengampunan dari Allah.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Menjaga perasaan orang lain adalah bagian dari karomah yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang beriman.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Ketika kamu mampu menyayangi seseorang tanpa syarat dan tanpa sebab, maka kamu akan mulai memahami betapa kasih sayang Allah kepadamu pun tanpa syarat.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Ketika aku mendengar orang berbicara atas nama Islam dengan bahasa yang kasar dan caci maki, aku bersyukur pada Allah tidak memahami Islam lewat lisan mereka.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Kekuatan adalah engkau tetap menebar cinta di saat sikap orang yang ada di sekitarmu mendorong dirimu pada kebencian.”

— Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri

“Setiap yang kita pandang pada orang lain, itulah cerminan hati kita. Jika kita lihat orang lain buruk, maka hati kita yang kotor. Bencilah pada dosa, bukan pada yang berbuat dosa.”

— Firman Allah dalam Kitab Zabur

“Dan siapakah yg lebih kejam dari orang yg menyembah-Ku karena surga atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surga atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah?”

— Gus Dur

“Tuhan tidak perlu dibela. Dia sudah Maha Segalanya. Belalah mereka yang diperlakukan tidak adil.”

— Gus Dur

“Secara eksplisit Pancasila tidak menyebutkan landasan keagamaan dalam kehidupan bernegara. Tapi secara implisit ia mendukung pemerintahan yang menunjang kehidupan beragama.”

— Habib Ahmad bin Novel bin Jindan

“Kita tidak diizinkan oleh Allah SWT untuk suudzon kepada orang lain, kecuali kepada diri kita sendiri.”

— Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid

“Dekatilah orang saleh walaupun kita masih buruk. Dekatilah, sehingga kita malu untuk melakukan kejahatan.”

— Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid

“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah Raja sedangkan anggota badan ibarat Prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula semua Prajuritnya.”

— Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid

“Jika kita melihat banyaknya kekurangan pada diri kita, maka kita tidak akan melihat kemuliaan diri kita sendiri melebihi daripada orang lain.”

— Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid

“Dokter hari ini mengobati manusia dengan obat dan ramuannya, tetapi Rasulullah Saw mengobati hati manusia dengan doanya, ajarannya dan kedudukannya di sisi Allah.”

— Habib Husein Ja'far Al-Hadar

“Sedekah termulia adalah sedekah barang yang kau cintai pada mereka yang membencimu.”

— Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan

“Allah Maha Mengetahui kalau manusia itu mudah jenuh. Maka Allah jadikan ibadah dan ketaatan itu luas dan beragam.”

— Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan

“Cirinya ahlussunnah, bukan tukang caci maki. Sebab, itu bukan sunnahnya Nabi. Itu sunnahnya iblis, sunnahnya syaithan.”

— Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan

“Ahlussunnah Wal Jamaah, di antara ciri yang terkuat yang mereka punya. Ahlussunnah Wal Jamaah bukan kelompok yang tukang mengkafirkan orang. Ambil ini. Sebab mengkafirkan orang, sunnahnya siapa? Kamu bilang Ahlussunnah, tapi mengkafirkan orang Islam. Sunnahnya siapa?”

— Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan

“Kalau kalian kurang dalam merindukan Nabi Muhammad Saw, ketahuilah bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah kurang dalam merindukan kalian, bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Jangan bosan bertobat, meskipun sering bermaksiat. Jangan berhenti bertobat meski kalian bermaksiat lagi dan lagi. Teruslah bertobat sampai kalian bosan bermaksiat.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Orang yang rindu pada Rasulullah SAW, maka ia telah dirindukan oleh Rasulullah SAW.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Sungguh, shalawat adalah ibadah yang paling mulia dan banyak dilalaikan kaum muslimin. Karena itu kita mesti mengingatkan diri kita, keluarga dan sahabat kita tentang ibadah ini.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Saat hamba-Nya terjebak dosa, Sang Maha Lembut tidak menutup pintu-Nya bagi hamba yang ingin kembali kepada kelembutan-Nya.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Jika engkau dalam kesedihan, ingatlah bahwa kesedihanmu itu tidaklah abadi. Dan jika engkau dalam kenikmatan, sadarlah bahwa kenikmatanmu itu tidaklah kekal.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Orang yang mencintai shalawat tidak ada yang wafat su’ul khatimah. Karena tidak bisa ia mencintai shalawat kecuali ia telah diizinkan oleh Allah.”

— Habib Munzir Al-Musawa

“Lemah lembut adalah pedang cahaya yang lebih tajam dari besi, pedang besi hanya merobek jantung dan membunuh, namun pedang cahaya menembus jiwa dan merubah hati yang benci menjadi cinta.”

— Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf

“Kenikmatan bukan tergantung banyaknya yang kita miliki. Tetapi tergantung berapa banyak yang kita syukuri.”

— Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad

“Akhlak yang mulia adalah merendahkan dirimu ketika memiliki kedudukan yang tinggi, menampakkan kecukupan ketika kamu berada di dalam kekurangan dan juga hidup sederhana ketika kamu memiliki kekayaan.”

— Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad qs.

“Cara untuk mendekati Allah Swt ialah dengan memandang orang-orang sholeh dan kita dipandang oleh mereka.”

— Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad qs.

“Jangan buat manusia menyesal ketika mengenalmu, tapi buatlah manusia menyesal ketika kehilanganmu.”

— Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad qs.

“Ketahuilah, mayoritas yang meninggal su’ul khatimah itu terjadi pada orang yang selalu meremehkan shalat fardhu, zakat wajib, orang-orang yang selalu mencari-cari aib-aib orang-orang islam, dan orang yang mendustakan serta ingkar kepada para wali Allah tanpa alasan yang benar.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Siapa membebaskan lisannya berkicau dan membiarkannya tanpa kendali, maka setan akan menyertainya dalam setiap jalan dan menggiringnya menuju tepi jurang kebinasaan. Bahkan akan menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Sesungguhnya sesuatu yang dicintai kekasih adalah kekasih. Utusan Kekasih adalah seorang kekasih, dan pecinta kekasih adalah juga kekasih.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Jiwa manusia itu ibarat cermin yang memantulkan bayangannya. Kebaikan akan membuat jiwa itu bercahaya, sedangkan keburukan akan membuatnya gelap.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Kamu harus meyakinkan hatimu bahwa apa pun yang telah ditetapkan Allah adalah yang paling tepat dan paling bermanfaat untukmu.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia akan memberi wawasan pada hamba tersebut untuk melihat kesalahan yang ada dalam dirinya.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Sejauh apapun kau berandai-andai di dunia ini, tidak ada kemungkinan yang lebih indah dari apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Mencintai itu tidak cukup dengan tidak melukai hati orang yang dicinta, tapi juga harus bersabar saat dilukai orang yang dicinta.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Sebagian orang tak percaya pada Tuhan di dunia ini disebabkan oleh orang-orang yang membuat tampilan negatif pada agamanya dengan akhlak buruk dan kebodohan mereka.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Jika Allah menunda pengabulan doamu meski kau senantiasa berdoa, jangan berputus asa. Allah menjamin akan menerima semua doa sesuai yg dikehendaki-Nya untukmu pada waktu yg ditentukan-Nya; bukan menurut kehendakmu dan bukan pula pada waktu yg kau tentukan.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Wahai anakku! Ilmu tanpa amal itu sebuah kegilaan dan amal tanpa ilmu tidak akan terwujud.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Ketahuilah wahai kekasih, manusia tidaklah diciptakan dengan main-main ataupun serampangan. Namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Begitu banyak orang yang merasa begitu puas menghitung biji tasbih setiap kali menyebut nama Allah, tetapi mereka tidak punya tasbih untuk menghitung ucapan sia-sia yang tak terbilang banyaknya.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Lidah itu sangat ringan tapi bisa mengangkatmu ke derajat yang paling tinggi dan bisa menjatuhkanmu ke derajat yang paling rendah.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Hakikat bagaikan pondasi, syariat bagaikan atap, pagar keliling bagaikan akhlaqul karimah.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Demi Allah, seandainya jenazah yang kalian tangisi bisa berbicara sekejap lalu menceritakan pengalaman sakaratul mautnya pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut dan mulai menangisi diri kalian sendiri.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Orang yang memperjuangkan agama dengan cara yang salah lebih berbahaya daripada orang yang memusuhi agama secara terang-terangan.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah dzikir. Mencari ilmu adalah jihad.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Takabur ada lima : pertama karena keturunan; kedua karena harta; ketiga karena kekuasaan; keempat karena kecantikan; kelima karena pengikut. Yang terakhir ini banyak diderita oleh para ulama.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Adalah (memperoleh) seorang anak merupakan alasan paling fundamental dari disyariatkannya sebuah pernikahan. Sebabnya agar dunia ini tidak kosong dari manusia.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Tidak perlu bandingkan dirimu dengan orang lain. Cukuplah bandingkan kepintaran dirimu dengan ayam yang berkokok di pagi hari. Lihatlah siapa yang terlebih dahulu bangun untuk mengingat Tuhannya. Maka itulah yang lebih pintar.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Bila kamu merasa benar-benar penat karena tidak memiliki uang, maka datanglah ke kuburan. Yakinlah, mereka hanya memiliki satu keinginan, yaitu kembali ke dunia untuk beribadah kepada Allah.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Keteladanan dengan tindakan lebih berpengaruh kuat daripada kata-kata belaka.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Ikhlas itu bahwa engkau menjadikan segala amalmu hanya untuk Allah Swt dan hatimu tidak merasa senang dengan pujian manusia dan engkau juga tidak peduli dengan kecaman mereka.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Jagalah rahasia temanmu, tutupilah keburukannya dan diamlah jangan memperbesar kesalahannya yang sedang dibicarakan orang lain.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Sungguh mengherankan seseorang yang begitu perhatiannya atas penampilan dhohirnya yang merupakan pandangan makhluk. Tetapi tidak memperhatikan hatinya yang merupakan pandangan Sang Khaliq, Allah Swt.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Saat manusia dikuasai oleh nafsu, derajatnya jadi lebih rendah daripada binatang. Saat manusia berhasil menguasai nafsu, derajatnya melesat melampaui malaikat.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Kesulitan dan penderitaan yang muncul karena membina anak dan istri sejajar dengan derita jihad di jalan Allah.”

— Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali qs.

“Katakanlah dalam hatimu, pagi ini aku akan beribadah, meskipun berat. Siapa tahu nanti malam aku mati.”

— Imam Abu Hanifah ra.

“Sayangilah aku, sebab aku menderita di tengah-tengah ahli dunia, obati diriku wahai Dzat yang Maha Penyayang.”

— Imam Abu Hanifah ra.

“Membaca kisah perjalan hidup orang-orang hebat, lebih aku sukai daripada mempelajari sebagian besar ilmu fikih.”

— Imam Abu Hasan Al-Asy'ari ra.

“Sabar adalah perbendaharaan surga yang tidak diberikan Allah kecuali bagi hamba yang mulia di sisi-Nya.”

— Imam Al-Bushiri qs.

“Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh akan menambah kebijaksanaanmu dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu.”

— Imam Al-Mawardi

“Barangsiapa yang takabbur dengan ilmunya dan mengangkat-angkat dirinya sendiri, maka Allah akan hinakan dia dengannya. Sebaliknya, barangsiapa yang merendah diri dengan ilmunya, Allah akan memuliakannya dengan ilmunya itu.”

— Imam Al-Mawardi

“Sabar terhadap sesuatu yang dibenci akan mendapatkan sesuatu dicintai. Sabar dari sesuatu yang dicintai akan selamat dari sesuatu yang dibenci.”

— Imam Al-Mawardi

“Orang berjiwa besar merasa terhibur saat memberi, orang berjiwa kerdil merasa terhibur saat diberi.”

— Imam Al-Muhasibi qs.

“Orang yang bersikap qanaah adalah orang kaya meskipun dia kelaparan. Dan orang yang tidak pernah merasa puas adalah orang miskin, meskipun dia memiliki segalanya.”

— Imam Al-Muhasibi qs.

“Sesungguhnya terlarang bagimu untuk menganggap utama dirimu, juga terlarang untuk menganggap dirimu suci. Sebab, siapa tahu, barangkali engkau pada hari kiamat kelak berada di bawah telapak kaki orang-orang yang telah engkau remehkan di dunia.”

— Imam Al-Muhasibi qs.

“Tidak ada yang lebih berbahaya bagi seorang hamba setelah lidahnya selain pendengarannya sendiri. Sebab pendengaran adalah perantara paling cepat untuk mencapai hati dan memicu fitnah paling efektif.”

— Imam Al-Qurthubi qs.

“Barangsiapa yang membaca Al-Quran, maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun.”

— Imam Ath-Thabari qs.

“Sesungguhnya saya benar-benar heran kepada orang yang membaca Al-Quran, namun ia tidak mengetahui tafsirnya, maka bagaimana ia bisa merasakan kelezatan bacaannya?”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Sekalipun dunia kekal untukmu, tetapi kau tidak akan kekal untuknya. Lantas apa gunanya kau menghabiskan umur yang pendek itu hanya untuk mencarinya?”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Hari tanpa dosa adalah hari raya. Setiap hari seorang mukmin yang diisi dengan ketaatan, dzikir dan syukur adalah hari raya.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Pilihlah lelaki yang baik agamanya. Jika marah tidak menghina, dan jika cinta akan memuliakan.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Ketika dirimu melihat orang lain menyaingimu dalam urusan dunia, maka saingilah dia dalam urusan akhirat.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Engkau mengejar dunia dan segala kenikmatannya. Padahal dunia adalah hukuman bagi Nabi Adam.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Sungguh, memenuhi hajat seorang saudaraku lebih kucintai daripada ibadah satu tahun.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Jangan membenci musibah yang menimpamu. Karena apa yang kamu benci bisa jadi menjadi penyebab solusi bagimu dan apa yang kamu sukai bisa jadi menjadi penyebab kehancuranmu.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Barangsiapa tidak memiliki adab (tata krama), maka ia tidak berilmu. Barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran, berarti ia tidak memiliki agama. Dan barangsiapa tidak memiliki ketakwaan, berarti ia tidak memiliki kedudukan di dekat Allah.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Menyampaikan kebaikan itu lebih baik daripada diam, dan diam itu lebih baik daripada menyampaikan keburukan.”

— Imam Hasan Al-Bashri qs.

“Nikmat berumah tangga akan terasa dengan 3 cara ; menegakkan peribadatan kepada Allah, qanaah dengan apa yang dimiliki, dan mensyukuri pasangan hidup yang Allah berikan untukmu.”

— Imam Jalaluddin Al-Suyuthi qs.

“Mengatakan “aku tidak tahu” terhadap hal yang kurang pengetahuan tentangnya merupakan ciri dari kealiman seorang ahli ilmu.”

— Imam Malik bin Anas ra.

“Jika ada orang membela kebenaran namun dengan cara menghujat, mencerca, dan marah-marah, ketahuilah, niat orang itu telah cacat. Kebenaran tak perlu dibela dengan cara-cara seperti itu. Cukup senandungkan kebenaran itu, ia akan diterima.”

— Imam Syafi'i ra.

“Aku bukan termasuk orang-orang saleh, tapi aku mencintai mereka. Dengan mencintai mereka aku hanya berharap mendapat syafaat. Aku membenci orang yang perilakunya adalah maksiat, meski kadang aku dan mereka sama saja.”

— Imam Syafi'i ra.

“Orang yang hebat adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan kesusahannya sehingga orang lain mengira bahwa ia selalu senang.”

— Imam Syafi'i ra.

“Aku lihat qanaah adalah puncak kekayaan, maka kupegang teguh sifat ini. Maka aku merasa kaya meski tanpa harta, dan aku berjalan di antara manusia bagaikan seorang raja.”

— Imam Syafi'i ra.

“Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, maka dia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

— Imam Syafi'i ra.

“Engkau tak akan pernah mampu membuat semua orang suka padamu, cukup perbaikilah hubunganmu dengan Allah dan tidak usah pedulikan ucapan manusia.”

— Imam Syafi'i ra.

“Orang paling tertipu adalah: yang merendah di hadapan orang yang tidak menghargainya, yang mencintai orang yang tidak bermanfaat baginya, yang bangga dengan pujian orang yang tidak mengenalnya.”

— Imam Syafi'i ra.

“Apabila engkau memiliki seorang sahabat yg membantumu dalam ketaatan kepada Allah, maka genggam eratlah ia, jangan engkau lepaskan. Karena mendapatkan seorang sahabat yg baik adalah perkara yg sulit, sedangkan melepaskannya adalah perkara yg mudah.”

— Imam Syafi'i ra.

“Banyak orang mengatakan, mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya yang sangat menyiksa itu adalah mencintai orang yang tidak mencintaimu.”

— Imam Syafi'i ra.

“Tiada kesusahan yang kekal, tiada kegembiraan yang abadi, tiada kefakiran yang lama, tiada kemakmuran yang lestari.”

— Imam Syafi'i ra.

“Termasuk menghinakan ilmu adalah melayani perdebatan setiap orang yang mendebatmu dan menjawab semua orang yang berbicara tentangmu.”

— Imam Syafi'i ra.

“Nasihati aku ketika sendiri, jangan nasihati di kala ramai. Karena nasihat di kala ramai itu bagai hinaan yang melukai hati.”

— Imam Syafi'i ra.

“Dua tangan yang menengadah di malam hari tak akan pernah kembali dalam keadaan hampa.”

— Imam Syafi'i ra.

“Seburuk-buruk bekal menuju alam akhirat adalah permusuhan dengan sesama hamba Allah.”

— Imam Yahya bin Muadz qs.

“Aku heran pada orang yang bersedih karena berkurang hartanya, kenapa ia tak bersedih karena berkurang usianya?”

— K.H. Ahmad Dahlan

“Coba kau pikir, mana yang paling mendekatimu selain kematian?”

— K.H. Ahmad Dahlan

“Carilah sekuat tenaga harta yang halal, jangan malas. Setelah mendapat, pakailah untuk kepentingan dirimu sendiri dan anak istrimu secukupnya, jangan terlalu mewah. Kelebihannya didermakan di jalan Allah.”

— K.H. Ali Maksum

“Siapapun yang ingin menasehati orang lain, selayaknya dia memiliki pengetahuan ulama, siasat para raja dan hikmah orang-orang yang bijak.”

— K.H. Zainuddin MZ

“Apabila kita mempunyai anak perempuan, sudah sampai usianya untuk memasuki ambang pintu pernikahan dan dia sudah minta untuk dinikahkan, maka segeralah orang tua (untuk) menikahkannya atau mengawinkannya.”

— KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy

“Supaya hati kita mudah tersentuh kepada Gusti Allah, melihat apa saja bisa dikembalikan kepada Gusti Allah. Yang sayang terhadap manusia.”

— KH. Ahmad Bahauddin Nursalim

“Jadilah sosok laki-laki yang berakhlak baik, agar nanti jika putrimu mendapatkan pertanyaan, “Tipe suami idamanmu seperti apa?” Dia tanpa ragu menjawab, “Seperti ayahku.””

— KH. Ahmad Bahauddin Nursalim

“Untuk memperbaiki manusia itu butuh proses. Tidak bisa langsung dihabisi. Jika tugas kenabian hanya untuk menghabisi keburukan, tentu bermitra dengan Izroil jauh lebih efektif daripada bermitra dengan Jibril.”

— KH. Ahmad Bahauddin Nursalim

“Punya istri cerewet jangan dicerai, itu bisa jadi sebab Allah SWT menjadikanmu wali.”

— KH. Ahmad Zuhdiannoor

“Janganlah sampai masuk ke dalam diri kita ini sihir dunia. Awal daripada sihir dunia itu adalah menganggap bahwa miskin itu hina, dan kaya itu mulia.”

— KH. Ahmad Zuhdiannoor

“Salah satu langkah untuk selamat di dunia dan akhirat ialah dengan melihat kekurangan diri.”

— KH. Ahmad Zuhdiannoor

“Sangatlah wajar jika orang yang bercinta selalu memberi yang lebih untuk kekasihnya. Begitulah Allah Ta’ala memberikan yang lebih kepada Rasulullah.”

— KH. Ahmad Zuhdiannoor

“Selama rasa kurang masih masuk ke dalam hati, maka berapa pun uang yang didapat, tidak akan membuatnya bahagia. Karena sesungguhnya uang itu bukanlah jawaban hidup.”

— KH. Ahmad Zuhdiannoor

“Ibarat kopi kalau di dalam teko yang keluar pasti air kopi. Teh di dalam teko yang keluar pasti air teh. Seperti itu juga apabila hatinya bersih, pasti yang diomongkan kebaikan orang. Apabila hatinya kotor, pasti yang dibicarakan kekurangan atau aib orang yang diomongkan.”

— KH. Maimoen Zubair

“Nak, kalau kamu jadi guru, dosen atau Kyai, kamu harus tetap usaha. Milikilah usaha sampingan agar hatimu tidak selalu mengharap pemberian ataupun bayaran dari orang lain. Usaha dari keringatmu itu berkah.”

— KH. Maimoen Zubair

“Seberapa paham kamu terhadap Al-Quran, itu seberapa dekat kamu terhadap Tuhan (Allah Swt).”

— KH. Maimoen Zubair

“Jika tidak bisa membanggakan gurumu, setidaknya jangan membuatnya kecewa.”

— KH. Maimoen Zubair

“Sebaik dan sesempurna apapun manusia, pasti akan ada orang yang membencinya.”

— KH. Maimoen Zubair

“Orang itu harus tahu perbedaan. Harus tahu titik persamaan. Lalu puncaknya adalah bagaimana mempersatukan.”

— Kitab Syarah Al-Hikam

Sayyidi Syaikh Abu Yazid al-Busthami ketika ia diperlihatkan oleh Allah alam malakut dan makhluk² yg ada di langit, kemudian ditanya: “Adakah sesuatu yg menyenangkan engkau?” Jawabnya: “Tidak”. Maka dikatakan kepadanya: “Engkau hamba Allah yg sesungguhnya.”

— Kitab Syarah Al-Hikam

“Jangan mengira seolah-olah Allah lupa dengan hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Allah supaya memberikan hajat kebutuhanmu.”

— Maulana Syaikh Nazim Al-Haqqani

“Allah jadikan bumi sebagai tempat sujudmu dan langit sebagai tempat naiknya amal salehmu. Jangan kau jadikan bumi sebagai tempat keangkuhanmu dan langit sebagai tempat naiknya dosa-dosamu.”

— Maulana Syaikh Nazim Al-Haqqani qs.

“Setan berkata, “Jangan membaca shalawat. Jangan membaca maulid.” Karena setan tahu, siapapun yang membaca shalawat akan seperti seekor singa.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Salah satu tanda kemuliaan seorang wanita adalah dipersunting oleh lelaki saleh, terlebih dari lelaki saleh yang memiliki misi dan visi dakwah kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Saya itu orang yang paling tidak suka, ada murid yang melupakan gurunya. Kunci futuh (terbukanya ilmu) itu guru, meskipun gurumu kalah alim dibandingkan kamu.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Musik itu cuma pendorong, bukan sebagai media. Kalau medianya thariqah ya dzikir. Jelas itu! Karena musik bukanlah sarana (alat) untuk wushul (sampai kepada Allah) bagi thariqah apapun, sekalipun thariqahnya Syaikh Jalaluddin Ar-Rumi.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Setiap orang mempunyai mahkota, dan mahkota paling hebat adalah akhlak, kerahmatan, senyum, wajah cerah. Kemudian melihat setiap individu umat dengan kasih sayang, bukan dengan pandangan permusuhan.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Ibadah adalah suatu kewajiban seorang hamba kepada Tuhan. Adapun problem yang kita hadapi merupakan pendorong atau pengingat supaya kita meningkatkan kedekatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Sangat mengherankan, manusia mengeluh penyakit jasmani, namun ketika mereka terjangkit penyakit rohani, mereka tenang-tenang saja. Padahal jasmani akan rusak setelah mati, sedangkan ruh akan kekal selamanya.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Dzikir dalam thariqah bukan sekedar bacaan untuk mencari pahala, tetapi meraih buahnya, yaitu selalu mengingat Allah SWT. Buah ini akan mewarnai kehidupan individu atau pribadi yang menjalankan thariqah tersebut.”

— Mawlana Habib Luthfi bin Yahya

“Ziarah mengajarkan kita malu. Para wali yang sudah meninggal beberapa ratus tahun lalu saja masih bisa memberi manfaat terhadap orang yang masih hidup. Sedangkan yang masih hidup malah membuat susah kehidupan di sekitarnya.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Angkatlah kata-katamu, bukan suara. Hujanlah yang menumbuhkan bunga-bunga, bukan guntur!”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Nafas seorang pemilik seruling, adakah ia milik seruling?”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Di mana pun, jalan untuk mencapai kesucian hati ialah melalui kerendahan hati.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Segala sesuatu menjadi lebih jelas ketika ditafsirkan, kecuali rindu.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Ketika kau mencari Cinta dengan sepenuh hati, kau akan menemukan gemanya di alam semesta.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Ada kesendirian yang lebih berharga dari kehidupan. Ada kebebasan yang lebih berharga dari dunia. Lebih berharga dari hidup dan dunia adalah saat ketika seseorang sendirian dengan Tuhan.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Dalam diri manusia terdapat cinta, rasa sakit, rindu dan keinginan. Sekalipun seratus ribu dunia menjadi milik mereka, niscaya mereka tidak akan puas dan tenang.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Ketika aku paham syari’at, amalku begitu kuat. Ketika aku mengenal hakikat, diriku hina setiap saat. Dan ketika aku merasakan iman, hatiku, terguncang begitu dahsyat.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

Seorang pria berjalan melewati pengemis dan bertanya, “Tuhan, mengapa Kau tidak melakukan sesuatu untuk orang² ini?” Tuhan menjawab, “Aku sudah berbuat sesuatu, Aku menciptakanmu”.

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Saat kau mampu menyaksikan kelemahan diri sendiri dalam perintah dan larangan, saat itu kau akan tahu kuasa ilahi.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Selamat tinggal hanya untuk mereka yang mencintai dengan mata mereka. Karena, bagi mereka yang mencintai dengan hati dan jiwa tak ada perpisahan.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Aku pernah mempunyai seribu keinginan. Tetapi dengan satu keinginan untuk mengenal-Mu, semuanya lenyap.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Jika orang salah memahamimu, tak perlu khawatir, memang suaramulah yang mereka dengar, tapi apa yang terlintas di dalam batin mereka adalah pikiran mereka sendiri.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Jadilah seperti matahari, dalam memberi dan membagi kasih sayang. Dan jadilah seperti malam, untuk menutupi aib orang lain.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Ini jalanmu, dan milikmu sendiri, orang lain mungkin berjalan bersamamu, tapi tidak ada yang bisa berjalan untukmu.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Capailah kesempurnaan dirimu sendiri, sehingga kamu tidak jatuh ke dalam kesedihan dengan melihat kesempurnaan pada orang lain.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Segala sesuatu menunggu pada waktunya. Tak ada mawar yg mekar sebelum waktunya. Matahari juga tidak terbit sebelum waktunya. Tunggu apa yg menjadi milikmu pasti akan datang kepadamu.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Ketahuilah bahwa roda pemutar langit digerakkan oleh gelombang cinta. Jika bukan karena cinta, semesta akan membeku.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Andai saja engkau mengetahui rencana² indah Allah di balik takdir²-Nya, maka engkau tak akan bisa berhenti untuk tersenyum.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Hanya dengan takut pada Tuhan, melalui agama dan kesalehan, kau akan meraih kebahagiaan dari dua dunia.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Apa itu racun? Apa saja yang melebihi kebutuhan kita, itulah racun.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Dalam setiap agama ada cinta, namun cinta tidak memiliki agama.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Jadikanlah kebaikanmu seperti hujan, yang tidak peduli pada siapa ia jatuh.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Semua orang mendengar suaraku, hanya Engkau yang mendengar hatiku.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Riba diperbolehkan dalam perkara cinta. Orang yang memberimu satu cinta, maka balaslah cintanya dengan berlipat ganda.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Mencintai itu manusiawi. Merasakan sakit adalah manusia. Namun tetap mencintai meski sakit adalah malaikat yang murni.”

— Mawlana Jalaluddin Rumi qs.

“Jangan pernah memaksa siapapun untuk memeluk jiwamu, sebab cinta seperti halnya agama, tiada paksaan di dalamnya.”

— Nasruddin Hoja

“Seorang wali terkadang kehilangan kesadarannya karena kecintaannya kepada Allah sangat kuat, sehingga kekuatan fisiknya tidak mampu menahan beban kecintaan yang sangat mendalam di dalam hatinya.”

— Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur

“Jika sudah niat mewakafkan diri untuk kepentingan agama, maka teman, uang, dan bantuan Allah SWT akan datang.”

— Prof. Dr. M. Quraish Shihab

“Cintailah segala sesuatu. Cintailah diri anda, keluarga anda, dan sahabat anda. Cintai pekerjaan anda, tanah air anda, agama anda, dan bahkan cintailah musuh anda.”

— Rabiah Al-Adawiyah qs. qs.

“Allah senantiasa memanggil orang-orang yang lari menjauhi-Nya. Akankah Dia menolak orang yang datang mendekat kepada-Nya?”

— S.S. Abu Ja'far bin Sinan qs.

“Kamu bisa langsung membenci seseorang karena satu dosa yang masih kamu kira. Tetapi kamu tidak membenci dirimu sendiri, padahal kau saja yakin dosamu sudah pasti ada.”

— Salamah bin Dinar ra.

“Kebanyakan kita berkeinginan tidak mati kecuali setelah bertobat. Namun pada kenyataannya banyak dari kita terus menunda tobat hingga tiba-tiba datanglah saat kematian.”

— Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad qs.

“Allah Ta’ala mempunyai orang² yg senantiasa berhari raya, karena hati dan ruh mereka senantiasa dekat dengan Allah Ta’ala. Sebab pengertian hari raya menurut mereka, adalah ketika seseorang sedang berada di sisi Allah Ta’ala dan ketika menjauhi segala dosa dan maksiat.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Khalik Fajduani Al-Khalidi qs.

“Bersyukur adalah melihat segala sesuatu hanya dari Sisi positifnya.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Khalik Fajduani Al-Khalidi qs.

“Tidak ada yang perlu dipertahankan. Uang, materi, lembaga, konsep, jabatan, status, popularitas, bahkan nama baik pun, tidak perlu dipertahankan, yang perlu dipertahankan adalah “Apa aku sudah benar-benar Baik?'”‘

— Sayyidi Syaikh Abdul Khalik Fajduani Al-Khalidi qs.

Orang Ikhlas: “Ketika dia ada, tidak dianggap orang. Tapi begitu dia tidak ada, maka dicari-cari orang, karena orang merasa kehilangan dia.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani qs.

Mayoritas kalian menginginkan dunia, hanya sedikit yg menginginkan Akhirat, dan sangat jarang sekali di antara kalian yg menginginkan Wajah Tuhan Pemilik dunia dan Akhirat.

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Mata hati melihat kandungan batin, sedangkan mata kepala melihat bentuk luar.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Barangsiapa yang menghiasi hatinya dengan lampu shalawat (banyak bershalawat), maka dia akan mampu melihat segala hakikat Tauhid, berkat cahaya terang shalawat tersebut.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Bila engkau hanya mengucapkan satu doa dalam sehari, maka pastikan kalimat doa itu adalah terima kasih.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Aku memeriksa seluruh amal, aku tak menemukan yg lebih utama lagi selain memberi makan, dan tak ada yg lebih mulia daripada akhlak mulia. Aku ingin jika seluruh dunia ada dalam genggamanku, niscaya aku akan memberikannya kepada orang yg lapar.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Terkadang yang membuatmu gelisah bukanlah musibah yang menguji, tapi bahasa rindu Allah yang gagal kau pahami.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Permulaanmu adalah sperma yang kotor dan akhirmu adalah bangkai yang terbuang.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Siapa saja yaang berdzikir kepada Allah dengan hatinya berarti dialah yang disebut pedzikir sejati. Siapa saja yang tidak berdzikir dengan hatinya, dia tidak disebut pedzikir. Lisan adalah pelayan sekaligus pengikut hati.”

— Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Jailani qs.

“Barangsiapa yang ditawan oleh kerinduan (terhadap Allah), maka dia akan dipenjara di dalam penjara cinta-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Ilmu yg bermanfaat ialah ilmu tentang Allah, sifat²Nya, asma-Nya, dan ilmu tata cara beribadah kepada-Nya dan bersopan santun di depan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Tidak ada nikmat di dunia ini yg menyamai/menyerupai nikmat surga, kecuali nikmat yg dirasakan oleh ahli dzikir, dalam perasaan hati.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Sebagai hamba Allah kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepada-Nya, yg kita tuju juga hanya Allah, bukan karena pahala surga-Nya, atau siksa neraka-Nya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah lebih dari yg diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya, panca indranya dan kesehatannya dan lain²nya.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Jika kau mengerti bahwa kau tidak mungkin ada tanpa adanya bantuan Allah, berupa nikmat penciptaan dan pemenuhan semua kebutuhanmu, maka sudah semestinya kau sadar bahwa ketergantungan kepada Allah adalah hakikat atau substansi dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Kau harus sadar bahwa Allah yg mengujimu, bukan yg lain. Dia yg lebih mengetahui maslahatmu daripada dirimu sendiri. Kesadaran ini akan menjadi sebab kebahagiaan, kesenangan, hiburan, ketawakkalan, dan kesabaranmu.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Dengan ujian, biasanya seorang hamba akan meraih ketundukan hati, sabar, ridha, tawakkal, zuhud, dan ingin bertemu Allah. Bagaimanapun, sebiji sawi amalan hati lebih baik daripada segunung amalan anggota tubuh. “

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Cahaya matahari akan hilang di malam hari. Cahaya bintang dan bulan akan hilang di siang hari. Namun, cahaya hati yg bersumber dari penyaksian terhadap sifat² Allah yg Qadim tidak akan pernah hilang dan redup.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Amal yg paling dicintai Allah adalah yg paling sering dilakukan walaupun sedikit. Jika amal itu sering dilakukan, bantuan Allah pun akan sering diberikan.”‘

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Allah memerintahkan hamba²Nya untuk mengamati dan merenungkan ciptaan-Nya. Di akhirat, mereka akan melihat-Nya langsung tanpa hijab dengan cahaya mata kepala mereka. Itu tak mustahil terjadi.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Di dunia, mereka melihat-Nya tampak di alam semesta dengan cahaya mata batin mereka karena Allah menampakkan Diri kepada mereka dari balik hijab mereka sendiri, yaitu alam semesta tersebut.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Kemampuan seorang hamba melihat Tuhannya bergantung pada kadar penampakan-Nya di hadapan mereka.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Allah memerintahkanmu di dunia ini untuk memperhatikan ciptaan-Nya agar dengan mata batinmu kau melihat-Nya tampak di sana.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Namun, jika semua ciptaan itu menghalangi pandanganmu kepada-Nya, sebenarnya kau telah melihat-Nya dari balik hijab. Itulah karunia dan perhatian Allah untukmu karena di dunia pun Dia tidak menghijabmu dari memandang-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Allah membatasi shalat dengan waktu tertentu agar tekadmu adalah bagaimana mendirikan shalat dengan baik, bukan bagaimana shalat itu terlaksana begitu saja.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Shalat juga merupakan pembuka pintu sesuatu yg tak pernah kau miliki, yaitu berupa makrifat dan rahasia² Ilahi.”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Pencipta sesungguhnya dari amal para hamba adalah Allah semata, sedangkan hamba hanya berusaha. Lantas, apakah pantas ia meminta pahala atas amal yg sebenarnya tidak dilakukannya?”

— Sayyidi Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi qs.

“Siapa yg melihat kesombongan Tuhannya, ia tidak akan sombong lagi. Siapa yg melihat kekayaan-Nya, ia tidak akan merasa kaya lagi. Siapa yg melihat kuasa-Nya, ia tidak akan merasa memiliki kekuasaan dan kemampuan apa².”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Seandainya aku tahu ada ilmu lain yang lebih tinggi dari tasawuf, tentu aku akan pergi mencarinya, sekalipun harus dengan merangkak.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Tanda Allah sedang tidak peduli kepada seseorang adalah ketika Allah jadikan dia disibukkan dengan hal-hal yang tidak berguna.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Bahwa seseorang tidak akan merasakan manisnya keimanan sebelum tertimpa musibah dan sakit, dan ia bersikap ridha dan sabar terhadapnya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Allah menanam kebaikan ke dalam hati seorang hamba sebanyak ia mengingat kepadaNya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Ikhlas itu rahasia Allah dan hamba-Nya. Tidak diketahui malaikat untuk ditulis. Tidak pula diketahui setan untuk dirusak. Tidak diketahui nafsu untuk digoda.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Ada empat perkara yg dapat mengangkat seorang hamba untuk menuju kedudukan tertinggi meskipun amal dan ilmunya sedikit, yaitu kemurahan hati, kerendahan hati, kedermawanan, dan keluhuran budi pekerti.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Si sufi seperti bumi, sekalipun kotoran najis ditimpakan kepadanya bunga mawar tetap tumbuh darinya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Seandainya aku tahu ada ilmu lain yang lebih tinggi dari tasawuf tentu aku akan pergi mencarinya, sekalipun harus dengan merangkak.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Ada empat perkara yang dapat mengangkat seseorang hamba untuk menuju kedudukan tertinggi meskipun amal dan ilmunya sedikit, yaitu kemurahan hati, kerendahan hati, kedermawanan, dan keluhuran budi pekerti.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Ilmu itu ialah mengenal Tuhanmu dan tidak melampaui kedudukan dirimu (yakni menyadari kehambaanmu).”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Hakikat syukur adalah tidak menggunakan nikmat-nikmat Allah Swt untuk berbuat maksiat kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Apabila jiwa terbiasa berbuat baik, maka kebaikan itu menjadi salah satu akhlaknya dan menenangkannya karena menjadi perkara yang dapat dilakukannya dan merupakan baju yang dikenakannya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Pada dasarnya perumpamaan karunia Allah SWT atas makhluk-Nya seperti hujan dari langit-Nya, yang jika Dia menurunkannya maka hiduplah tanah-Nya yang telah mati.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Ketahuilah bahwa kamu terhijab dari dirimu sendiri dan kamu tidak akan mencapai Dia melalui dirimu sendiri. Melainkan kamu hanya mencapai-Nya melalui diri-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Dan tiada sesuatu pun yang lebih unggul dibandingkan ketulusan karena tiada tujuan akhir dalam ibadah seorang hamba atau dari sudut pandang makhluk melebihi ketulusan.”

— Sayyidi Syaikh Abu Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi qs.

“Dan ketahuilah bahwa Allah SWT jika menginginkan seorang hamba pasti Dia mudahkan jalan baginya, memberinya beban berat, mempercepat keberangkatannya, mengantarkannya ke tempat atau kedudukan yang penuh keutamaan, dan menganugerahkan keberuntungan melimpah.”

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Beliau pernah ditanya, “Dengan apakah Anda mencapai ma’rifat ini?”Jawabnya, “Dengan perut yang lapar dan tubuh yang jelek.””

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Aku bermujahadah selama tiga puluh tahun. Tidak ada yang lebih memberatkan diriku, kecuali ilmu dan melaksanakannya. Kalau bukan karena adanya perbedaan pandangan antar Ulama, tentu aku masih muncul. Sedangkan perbedaan di antara para ulama merupakan rahmat, kecuali dalam masalah tauhid.”

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Jika kamu melihat seseorang yang telah diberi keramat sampai ia bisa terbang di udara sekalipun, maka janganlah tertipu dengannya, sehingga kamu dapat menilai kesungguhannya dalam melaksanakan perintah dan larangan Allah, dalam menjaga batas-batas hukum Allah, dan dalam melaksanakan syariat Allah.”

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

Meskipun berbeda satu sama lain dalam praktik² peribadatan dan disiplin² asketik, para Sufi sepakat dalam dasar² dan cabang² hukum keagamaan dan Tauhid. Syaikh Abu Yazid berkata: “Perbedaan di antara ulama adalah rahmat, kecuali yang menyangkut keterlepasan (tajrid)* dari Tauhid.”*Yaitu, pelepasan ikatan semua sifat fenomenal dari Keesaan Tuhan.

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yg diliputi oleh ‘ujub, sombong, itu berubah menjadi maksiat yg besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.”

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Aku baru sadar, kukira aku bisa mencintai-Nya. Ternyata cintaku kepada-Nya selama ini akibat Cinta-Nya kepadaku.”

— Sayyidi Syaikh Abu Yazid Al-Busthami qs.

“Jika ada seseorang yang memberimu sebuah kenikmatan, segeralah bersyukur pada Allah karena Allah yang melembutkan jiwa dan hati mereka padamu.”

— Sayyidi Syaikh Abul Hasan As-Syadzili qs.

“Para sufi tidak pernah iri dan dengki terhadap takdir orang lain karena mereka benar-benar sadar, apapun yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya merupakan pilihan yang terbaik bagi mereka.”

— Sayyidi Syaikh Abul Hasan As-Syadzili qs.

“Hanya ada dua macam karamah di alam nyata ini. Pertama, karamah iman dengan bertambahnya keyakinan kita dan syuhud (penyaksian) kita kepada segala perbuatan, sifat Allah dan Dzat-Nya. Kedua, karamah amal dengan mengikuti perbuatan dan akhlak Rasulullah Saw sambil menjauhi kesaksian palsu dan tipu daya keji.”

— Sayyidi Syaikh Ahmad Farki Al-Khalidi qs.

“Memuliakan yang satu sama dengan memuliakan yang banyak. Memuliakan yang banyak sama dengan memuliakan yang satu.”

— Sayyidi Syaikh Ahmad Farki Al-Khalidi qs.

“Janganlah kita eksklusif atau tertutup, bergaullah kita dengan baik di masyarakat;Jangan sombong dan banyak beramal;Boleh banyak bekerja dan mencari dunia demi agama.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Keberadaan benda tak akan menghijabmu dari Allah. Namun, yang membuatmu terhijab dari-Nya adalah ilusimu bahwa yang lain ada di samping-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kerapkali Allah membuka pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan pintu penerimaannya. Namun terkadang Dia menakdirkanmu sebuah dosa, dan itu menjadi wasilahmu sampai ke hadirat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi Allah memberimu kesenangan dunia, namun menghalangimu dari taufik-Nya. Bisa pula Dia menghalangimu dari kesenangan dunia, namun memberimu taufik-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang membuatmu sakit ketika tidak diberi adalah karena engkau tidak memahami hikmah Allah di dalamnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya, Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain untuk kepentinganmu sendiri.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa Allah-lah yang memberi ujian. Dzat yang menetapkan takdir atasmu adalah Dzat yang selalu memberimu pilihan terbaik.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Cinta adalah, ketika Tuhan berkata kepadamu, “Aku telah menciptakan segalanya untukmu”. Dan kamu berkata, “Aku telah meninggalkan segalanya untuk-Mu”.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Siapa yg meminta pertolongan kpd Allah, namun belum terlihat bentuk pertolongan itu. Ketahuilah bahwa permintaan secara terus-menerus itulah yg Allah inginkan darinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangsiapa yang tidak mengetahui nilai sebuah kenikmatan ketika ada, maka ia akan mengetahuinya ketika sudah tidak ada (lenyap).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ya Allah, puaskanlah aku dengan aturan-Mu daripada aturanku sendiri, dan dengan pilihan-Mu daripada pilihanku sendiri. Dan, dudukanlah aku di tempat² kebutuhanku yg sebenarnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bila ada hal yang menyakitkanmu, sejatinya itu pesan Allah agar engkau tak tergantung padanya dan pada apapun, kecuali pada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika kau ingin dibukakan pintu rojaâ’/asa/harapan, lihatlah karunia-Nya kepadamu. Namun, jika kau ingin dibukakan pintu khouf/takut, lihatlah amal yg kau persembahkan untuk-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidaklah engkau mencintai sesuatu kecuali menjadi hamba baginya, dan Allah tidak suka kau menjadi hamba bagi selain-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Siapa yang merasa dirinya tawadhu, berarti ia sombong, karena tawadhu tidak muncul dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa mulia, berarti kau telah sombong.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan berputus asa terhadap diterimanya amal yang kau lakukan dengan tidak khusyuk. Boleh jadi Dia menerima amal meski buahnya tak kau rasakan secara langsung.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika bukan karena medan nafsu, tentu tak akan ada perjalanan orang² yg menuju Allah, karena tak ada jarak antara dirimu dan diri-Nya yg harus kau tempuh.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sedih karena kehilangan kesempatan berbuat ketaatan namun tanpa disertai upaya untuk bangkit mengerjakannya merupakan salah satu tanda ketertipuan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Makanlah hidangan paling enak, reguklah minuman paling nikmat, berbaringlah di atas kasur terbaik, kenakanlah pakaian dengan bahan paling lembut. Jika satu hari kamu melakukannya lalu berucap syukur “alhamdulillah,” maka setiap tubuhnya ikut menyatakan syukur.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana bisa kamu mendapatkan hasil yang luar biasa, sedangkan kamu melakukannya dengan biasa-biasa saja?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Karamah yang sebenarnya adalah meninggalkan sikap ikut mengatur rencana Allah Swt, dan menyerahkan segala aturan dan rencana kepada ketetapan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Shalat adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu kegaiban.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Usahamu untuk mencari-cari kekurangan yang tersembunyi di dalam dirimu lebih baik daripada usahamu untuk menyibak tirai gaib yang terhijab bagimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik di matamu karena persahabatanmu dengan orang yang lebih buruk daripada dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang membuatmu kecewa ketika tidak diberi adalah karena engkau tidak memahami hikmah Allah di dalamnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti Dia hendak memberimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Allah yg mendhahirkan segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg tampak-dhahir pada segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg terlihat dalam tiap sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yg tampak pada segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana akan dapat dibayangkan, bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia ada dhahir sebelum adanya sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih tampak jelas dari segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Yang Esa nan tidak ada di sampingnya sesuatu apa pun.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Hendaklah orang yg diberi keluasan rezeki (yaitu orang yg telah sampai kepada Allah) memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yg disempitkan rezekinya (yaitu orang yg tengah menuju kepada Allah) hendaklah memberi nafkah dari harta yg diberikan Allah kepadanya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang Maha Haq (Allah) tidaklah terhijab. Yg terhijab adalah pandanganmu sehingga kau tak bisa melihat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Keluarkanlah sifat² kemanusiaanmu yg berlawanan dengan kehambaanmu agar engkau mudah menyambut panggilan Yang Maha Benar (Allah) dan menjadi dekat kehadirat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Pokok dari semua maksiat dan kelalaian serta syahwat itu, karena ingin memuaskan nafsu. Sedangkan pokok dari segala ketaatan, kesadaran dan kesopanan akhlak budi, ialah karena ada pengekangan (penahanan) terhadap hawa nafsu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Berteman dengan orang bodoh yg tidak puas dengan keadaan dirinya, lebih baik bagimu daripada berteman dengan orang berilmu yg puas dengan keadaan dirinya. Di mana letak berilmunya orang berilmu yg puas dengan dirinya itu? Di mana pula letak bodohnya orang bodoh yg tidak puas terhadap dirinya itu?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sinar mata hati membuatmu menyaksikan kedekatan-Nya denganmu. Penglihatan mata hati membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-Nya. Hakikat mata hati membuatmu menyaksikan keberadaan-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula keberadaanmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Telah ada Allah, dan (sebelum adanya makhluk) telah ada Allah, dan tiada sesuatu di samping-Nya, dan DIA kini sebagaimana ada-Nya semula.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Keanehan yg sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yg lari dari Allah yg sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas daripadanya, dan berusaha mencari apa yg tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yg buta, tetapi yg buta ialah mata hati yg di dalam dada.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yg lain, berarti sama dengan himar [keledai] yg berputar di sekitar penggilingan, ia berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba² itu pula tempat yg ia mula² berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju kepada Pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan bersahabat dengan seseorang yg tidak membangkitkan semangat taat kepada Allah, amal kelakuannya dan kata²nya tidak membimbing engkau ke jalan Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik di matamu karena persahabatanmu dengan orang yg lebih buruk daripada dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya Ahwal, dan baiknya Ahwal itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada maqam inzal (apa yg diperintah oleh Allah).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sebagian dari pada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih [susah] karena tertinggalnya suatu amal [perbuatan] kebaikan [kewajiban], juga tidak menyesal jika terjadi berbuat pelanggaran dosa.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak ada dosa kecil jika kau dihadapkan pada keadilan-Nya dan tidak ada dosa besar jika kau dihadapkan pada karunia-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak ada amal kebaikan yg dapat diharapkan diterima oleh Allah, melebihi dari amal yg terlupa olehmu adanya dan kecil dalam pandanganmu kejadiannya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sesungguhnya Tuhan memberikan kepadamu warid (yaitu ilmu pengertian atau perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa benar² akan kebesaran karunia Allah), hanya semata-mata supaya engkau mendekat dan masuk kehadirat Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah memberikan warid itu untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman materi, dan membebaskanmu dari perbudakan hawa nafsu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah memberikan kepadamu warid untuk mengeluarkanmu dari penjara wujudmu dan membawamu ke angkasa penyaksianmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Nur (cahaya) tauhid itu sebagai pasukan (tentara) yg membantu hati, sebagaimana gelapnya syirik itu sebagai pasukan (tentara) yg membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah menolong hamba-Nya, maka dibantunya dengan pasukan (tentara) nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Nur yg diberikan Allah di dalam hati itu bisa membuka arti sesuatu yg samar/rahasia. Dan bashirah (mata hati) bisa menentukan hukum sesuatu sesuai apa yg dilihatnya, sedangkan hati yg melaksanakan atau meninggalkan sesuatu, sesuai apa yg telah dilihat oleh bashirah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali di atas bibit tamak (kerakusan).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tiada sesuatu yg dapat menuntun/memimpin engkau (pada kehinaan) seperti angan² (bayangan yg kosong).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yg tidak engkau butuhkan, dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yg engkau inginkan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangsiapa yg tidak suka menghadap kepada Allah dengan halusnya pemberian karunia Allah, maka akan diseret supaya ingat kepada Allah dengan rantai ujian (musibah).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangsiapa yg tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu, dan barangsiapa mensyukuri nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yg kuat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Berhati-hatilah bila kebaikan Allah selalu kau dapatkan bersamaan dengan maksiat yg terus kau lakukan! Berhati-hatilah! Bisa jadi, itu adalah awal kehancuranmu yg berangsur-angsur.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jarang sekali terjadi karunia besar dari Allah (warid) itu kecuali datang secara mendadak (tiba²), supaya tidak ada orang yg mengaku bahwa ia dapat karena telah mengadakan persiapan untuk menerima karunia itu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangsiapa yg selalu menjawab segala pertanyaan, dan menceritakan segala sesuatu yg telah dilihat (mata hatinya), dan menyebut segala apa yg ia ingat (ketahui), maka ketahuilah bahwa yg demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sesungguhnya Allah menjadikan akhirat untuk tempat pembalasan bagi hamba yg mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yg akan diberikan kepada mereka, juga karena Allah sayang akan memberikan balasan pahala mereka di tempat yg tidak kekal.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangsiapa yg dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di dunia ini, maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Allah di akhirat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikankah dimana Dia menempatkanmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika Allah memberi rezeki kepadamu berupa perasaan puas melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup dengan Allah dalam hatimu, sehingga benar² tidak ada sandaran bagimu kecuali Allah. Maka ketahuilah bahwa Allah telah melimpahkan kepadamu nikmat lahir bathin.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sebaik-baik yg harus engkau minta dari Allah, ialah bisa mengerjakan apa² yg Allah perintahkan kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Permintaan orang yg sudah makrifat kepada Allah, hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam menunaikan hak² kewajiban terhadap Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan (qobdh). Dan Allah telah menjadikanmu sempit supaya kau tidak hanyut (terlena dalam kelapangan (basth). Dan Allah melepaskanmu dari keduanya, supaya kau tidak tergantung kepada sesuatu selain Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Di dalam keadaan lapang (bashtu), hawa nafsu dapat mengambil bagiannya karena gembira, sedang dalam keadaan sempit (qobdhu) tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Terkadang Allah memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Allah menahan tidak memberimu perkara yg hakikatnya baik padamu (taufiq dan hidayah-Nya). Dan terkadang Allah menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Apabila Allah telah membukakan pengertian (faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi pemberian.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata hati memperlihatkan peringatan/akibatnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yg tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yg bisa rusak.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Menyingkat/melipat jarak yg hakiki ialah jika engkau bisa menyingkat jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu dari pada dirimu sendiri.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Cukuplah menjadi balasan Allah atas ketaatanmu jika Allah ridho menjadikan engkau ahli taat beribadah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Cukuplah sebagai balasan dari Allah pada orang² yg beramal, apa yg telah dibukakan Allah dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan taat dan apa yg di berikan Allah pada mereka berupa kesenangan berdzikir, kepuasan berkhalwat, menyendiri dengan Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barang siapa menyembah Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat² Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Allah kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Allah dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu) itu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab wushul (sampaimu) kepada Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Maksiat (dosa) yg menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah, itu lebih baik dari perbuatan taat yg membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ada dua nikmat yg tidak ada satu makhlukpun yg terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan (diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.” (diberikan kebutuhan hidup)

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Pada mulanya Allah memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yg kedua: melengkapi kebutuhan² wujudmu yg terus-menerus (bantuan/pertolongan Allah).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab²/kejadian yg menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yg tersembunyi bagimu dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidak bisa dihilangkan dengan sesuatu yg sementara.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat² dimana engkau merasa dan mengakui kefakiran/kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Apabila Allah telah menjemukan kamu dari makhluk, maka ketahuilah bahwa Allah akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk (atsar)Nya, dan menerangi hati (sirr) dengan Nur sifat-Nya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sirr.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Maha Suci Allah yg telah menutupi rahasia² keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat² yg umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Allah dengan menunjukkan kepada manusia sifat² kehambaan dan kerendahan mahluknya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintaan yg telah engkau minta kepada Allah. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu, tuntut dirimu yg belum bisa bertata krama (supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban²mu terhadap Allah).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Apabila Allah telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut perintah-Nya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepada-Nya, maka berarti Allah memberi kepadamu nikmat karunia yg sebesar-besarnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak semua orang yg telah tampak jelas kekeramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya (dari penyakit² hati dan hawa nafsu).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebaik-baik yg harus diperhatikan oleh seseorang yaitu perkara yg apabila hilang tidak ada gantinya (wirid).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Datangnya bantuan/pertolongan dari Allah itu menurut kadar kesiapannya, dan terbitnya/cahaya ilahi itu menurut/tergantung pada bersih/jernihnya hati.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang yg lupa/lalai dalam tauhidnya (bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Allah), jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yg harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yg sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yg akan ditakdirkan Allah bagi dirinya hari itu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam ciptaan-Nya (memikirkan makhluk di dunia ini sehingga menjadikan ingat pada Allah). Dan kelak di akhirat, Allah akan mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan Dzat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah mengetahui bahwa engkau tidak sabar ingin menyaksikan Allah, maka Allah memperlihatkan kepadamu yg bersumber dari-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kerinduan yg berupa ingin melihat Allah itu, termasuk karunia yg agung dari Allah, dan ini termasuk maqam ihsan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, Dia membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Karena Allah mengetahui bahwa engkau rakus, Dia membatasi ketaatan itu hanya pada waktu² tertentu. Agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat. Karena tidak semua orang yg shalat dapat menyempurnakan shalatnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Shalat adalah tempat munajat dan kerinduan. Di dalamnya ruang rahasia meluas dan cahaya bersinar.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangan (shalat). Dia juga mengetahui kebutuhanmu terhadap karunia-Nya sehingga melipatgandakan pahala-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika kau meminta balasan atas sebuah amal, sebenarnya kau dituntut untuk tulus di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat dari siksa-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Apabila Allah hendak memperlihatkan karunia-Nya kepadamu, Dia akan mencipta (amal), lalu menisbatkannya kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tiada terhingga keburukanmu jika Allah membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu, jika Allah memperlihatkan kemurahan-Nya atas dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa, sedangkan kebiasaanmu belum luar biasa?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah melarangmu mengakui hak orang lain yg bukan milikmu. Lalu, mungkinkah Dia membolehkanmu mengakui memiliki sifat-Nya, padahal Dia Tuhan Pemelihara alam semesta?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tiada sesuatu yg lebih menuntutmu, kecuali kebutuhan mendesak. Tidak ada pula yg dapat mempercepat tibanya pemberian selain rasa hina dan butuh.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang harus diperhatikan bukan sekedar meminta, melainkan bagaimana kau di anugerahi adab yg baik.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya dan watakmu dengan watak-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika kau yakin bahwa kau hanya akan sampai kepada-Nya setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua hasratmu, kau selamanya tak akan sampai kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika taat, kau lebih membutuhkan belas kasih-Nya daripada ketika melakukan maksiat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang yg menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup/tirai Allah yg diberikan kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya layak diberikan kepada Dzat Yang Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yg menaruh hormat dan berterima kasih kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sahabat sejatimu adalah yg bersahabat denganmu dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak lain Ia adalah Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yg tidak mengharap keuntungan darimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Andaikan cahaya keyakinan menerangi dirimu, tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya, dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia Maha Tersembunyi. Dia menutupi keberadaan segala sesuatu karena Dia Maha Tampak.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah memperbolehkan kamu melihat alam sekitarmu (makhluk), tetapi Allah tidak mengizinkan engkau berhenti pada benda² di alam ini (makhluk). Sebagaimana firman Allah; Katakanlah: perhatikanlah apa² yg di langit. Semoga Allah membuka kefahaman padamu, Allah tidak berfirman: Perhatikan langit² itu. Supaya tidak menunjukkan padamu adanya benda² itu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Alam ini ada dengan penetapan Allah dan ia lenyap dengan keesaan Dzat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang² memujimu atas apa yg mereka sangka ada pada dirimu. Karena itu, celalah dirimu atas apa yg kau ketahui ada pada dirimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Seorang mukmin, jika dipuji, akan malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yg tidak ia dapati pada dirinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yg meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang².”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika kau mendapat pujian, sedangkan kau tidak layak atasnya, pujilah Allah sebagai Dzat yg memang layak menyandangnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Apabila kau gembira ketika diberi karunia oleh-Nya dan kecewa saat ditolak-Nya, simpulkanlah bahwa itu adalah bukti dari kekanak-kanakanmu dan ketidaktulusan penghambaanmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika kau terjatuh pada dosa, janganlah hal itu membuatmu putus asa untuk beristiqamah bersama Tuhanmu karena bisa jadi itulah dosa terakhir yg ditetapkan atasmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tempat terbitnya cahaya Ilahi adalah hati dan relung batin.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Cahaya yg tersimpan di dalam qalbu bersumber dari cahaya yg datang dari perbendaharaan ghaib.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Maha Suci Allah yg tidak membuat penanda atas para wali-Nya, kecuali dengan penanda atas Diri-Nya. Dia juga tidak mempertemukan dengan mereka, kecuali orang yg Dia kehendaki untuk sampai (wushul) kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Adakalanya Allah memperlihatkan rahasia malakut-Nya, namun Dia menghijabmu dari mengetahui rahasia para hamba-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Siapa yg mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Tuhan maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Andil nafsu dalam perbuatan maksiat tampak jelas, sedangkan andilnya dalam perbuatan taat samar tersembunyi. Mengobati yg tersembunyi itu amatlah sulit.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Hilangkan pandangan makhluk padamu dengan pandangan Allah. Lupakan sambutan mereka dengan menyaksikan sambutan-Nya padamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang membuat Allah terhijab darimu adalah karena kedekatan-Nya yg amat sangat kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Dia terhijab lantaran sangat jelas dan Dia tersembunyi dari pandangan makhluk lantaran cahaya-Nya yang agung.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana mungkin permintaanmu yg datangnya kemudian menjadi sebab bagi pemberian-Nya yg sudah ditentukan sebelumnya?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Perhatian Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yg timbul dari dirimu. Di manakah kau ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu, padahal di zaman azali belum ada keikhlasan amal ataupun ahwal. Bahkan, belum ada apa² selain banyaknya karunia dan pemberian semata.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Segala sesuatu tergantung Kehendak-Nya, bukan Kehendak-Nya bergantung pada segala sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barangkali, pada saat sulit, kau mendapatkan tambahan karunia yg tidak kau temukan dalam puasa dan shalat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ragam ujian merupakan hamparan anugerah.” Dengan datangnya kefakiran, hakikatnya Allah mendudukkan kamu di hadapan-Nya, dan cukuplah bagi kamu apa yg ada dari macam² anugerah dari Allah.

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tampakkan sifat²mu, niscaya Dia akan membantumu dengan sifat²Nya. Tampakkan kehinaanmu, niscaya Dia membantu dengan kemuliaan-Nya. Tampakkan kelemahanmu, niscaya Dia membantu dengan kekuasaan-Nya. Tanpakkan ketidakberdayaanmu, niscaya Dia membantu dengan daya dan kekuatan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi, karamah diberikan kepada orang yg belum benar beristiqamah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Di antara tanda Dia menempatkanmu pada satu kedudukan adalah ketika Dia menempatkanmu di dalamnya disertai buah yg nyata.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Siapa yg berbicara (mengajar) karena memandang kebaikan dirinya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Namun, siapa yg berbicara karena memandang anugerah Allah padanya, ia tidak akan berhenti ketika berbuat salah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Cahaya orang bijak mendahului ucapan mereka. Ketika cahaya terpancar, nasihat itu pun akan sampai.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Setiap ungkapan yg terucap dibungkus oleh corak qalbu yg menjadi tempat keluarnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Barang siapa sudah mendapat izin dari Allah untuk mengajar (menerangkan ilmu makrifat), maka keterangannya itu bisa difahami oleh pendengarnya, dan isyarat petunjuknya bisa diterima dengan jelas.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi cahaya hakikat meredup apabila kau belum diberi izin untuk menampakkannya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kata²/keterangan orang yg menerangkan (ilmu makrifat), itu ada kalanya muncul karena luapan perasaan dalam hatinya yg tidak dapat ditahan, atau karena tujuan memberi petunjuk pada murid. Yg pertama itu hal keadaan seorang salik, sedang yg kedua hal keadaan orang yg sudah matang dan mendalam dalam makrifatnya kepada Allah (ahli tahqiq).”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Keterangan (kata² yg berhubungan dengan ilmu makrifat), itu bagaikan makanan bagi yg mendengarkan (membutuhkannya), dan engkau tidak mendapat apa² kecuali apa yg engkau makan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bisa jadi, yg menjelaskan perihal maqam adalah orang yg belum sampai kesana. Bisa jadi pula, yg menjelaskannya adalah orang yg telah sampai kesana. Semuanya samar, kecuali bagi orang yg memiliki ketajaman bashirah/mata hati.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak semestinya seorang salik mengungkapkan karunia (warid) yg diperolehnya. Hal itu bisa mengurangi pengaruh warid dalam qalbu dan menghalangi ketulusannya kepada Tuhan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika ada dua hal yg tidak jelas bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yg paling berat bagi nafsu, lalu ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yg benar.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Di antara tanda mengikuti hawa nafsu adalah sigap melakukan amalan sunnah, namun malas menunaikan amalan wajib.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah membatasi ketaatan dengan ketentuan waktu agar sikap suka menangguhkan tidak merintangimu untuk mengerjakannya. Namun, Allah memperluas waktunya agar tetap ada peluang bagimu untuk memilih waktu yg lebih tepat, dan lebih baik.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah mengetahui kurangnya semangat hamba dalam beribadah.Oleh karena itu, Dia menggiring mereka untuk menunaikan sejumlah ketaatan dengan rantai kewajiban. Dan, Tuhan kagum melihat kaum yg digiring ke surga dengan rantai tersebut.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika Dia mewajibkanmu untuk berkhidmah kepada-Nya, sebenarnya Dia mewajibkanmu masuk ke dalam surga-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Terkadang kegelapan (macam²nya syahwat, maksiyat dan dosa) itu terjadi padamu, untuk mengingatkan kamu atas kebesaran anugerah nikmat yg diberikan Allah kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang yg tidak mengetahui nilai nikmat tatkala mendatanginya akan sadar tatkala sudah lepas dari dirinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan sampai nikmat yg berlimpah membuatmu lalai dalam menunaikan kewajiban bersyukur karena hal itu dapat merendahkan derajatmu dihadapan Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kelezatan hawa nafsu yg sudah bersarang di qalbu merupakan penyakit kronis.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tiada yg bisa mengusir syahwat dari hati, kecuali rasa takut yg menggetarkan atau rasa rindu yg menggelisahkan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sebagaimana Allah tidak menyukai amal yg tak sepenuhnya untuk-Nya, Dia juga tidak menyukai hati yg tidak sepenuhnya untuk-Nya. Amal yg tidak sepenuhnya untuk-Nya tidak Dia terima dan hati yg tak sepenuhnya untuk-Nya tidak Dia pedulikan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ada cahaya yg hanya diperkenankan sampai ke lahiriah qalbu dan ada cahaya yg diperkenankan untuk masuk ke dalamnya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Adakalanya cahaya mendatangimu, namun qalbumu dipenuhi gambaran makhluk sehingga cahaya² itu kembali ke tempat semula. Kosongkan qalbumu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Dia akan mengisinya dengan sejumlah makrifat dan rahasia/asror.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan salahkan lambatnya kedatangan karunia Allah. Namun, salahkanlah dirimu yg lambat menghadap kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Usiamu yg berlalu tidak dapat digantikan dan apa yg kau raih darinya tidak ternilai harganya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidaklah kau mencintai sesuatu melainkan kau menjadi hamba baginya dan Allah tidak ingin kau menjadi hamba bagi selain-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya. Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain hanyalah untuk kepentinganmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketaatan seseorang tidak menambah kemuliaan-Nya dan pembangkangan seseorang tidak mengurangi kemuliaan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sampaimu kepada Allah (wushul) adalah sampaimu kepada pengetahuan tentang-Nya karena mustahil Allah disentuh atau menyentuh sesuatu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kedekatanmu dengan-Nya adalah ketika kau menyaksikan-Nya mendekatimu, karena mana mungkin kau bisa mendekati-Nya?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana mungkin Allah terhijab oleh sesuatu, sedangkan Dia tampak, ada, dan hadir pada sesuatu yg dijadikan hijab.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan putus asa terhadap amal yg kau kerjakan dengan tidak khusyuk; apakah diterima atau tidak. Bisa jadi, Dia menerima amal yg buahnya tidak kau dapatkan secara langsung.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan membanggakan datangnya warid yg buahnya tidak kau ketahui karena tujuan bergumpalnya awan bukanlah turunnya hujan, melainkan tumbuhnya buah-buahan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jangan sekali-kali mengharapkan kekalnya warid yg telah selesai membentangkan cahayanya dan menyingkapkan seluruh rahasianya. Semua yg kau butuhkan ada pada Allah dan kau tidak memerlukan yg lain.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum bertemu dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum sampai kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Walaupun bentuknya beragam, nikmat terwujud lantaran penyaksian dan kedekatan dengan Allah. Sebaliknya, meski bentuknya beragam, siksa terwujud lantaran keberadaan hijab-Nya. Jadi, sebab siksa adalah keberadaan hijab dan sebab kesempurnaan nikmat adalah dengan memandang wajah-Nya yg mulia.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bila hati masih merasa risau dan sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Di antara bentuk kesempurnaan nikmat atasmu adalah ketika Dia memberi sesuatu yg mencukupimu dan menahan sesuatu yg akan mencelakakanmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tatkala berkurang apa yg membuatmu senang maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah mengetahui bahwa kau sulit menerima nasihat begitu saja. Oleh karena itu, Dia membuatmu bisa merasakan pahitnya musibah agar kau mudah meninggalkan dunia.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah sengaja menjadikan dunia sebagai tempat perubahan dan sumber kekeruhan agar kau tidak terpaut dengannya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ilmu yg bermanfaat adalah yg cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai qalbu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ketika kau sedih lantaran tidak disambut oleh manusia atau dicela oleh mereka, kembalilah pada pengetahuan Allah tentang dirimu. Jika pengetahuan-Nya tidak juga membuatmu puas, deritamu lantaran tidak puas dengan pengetahuan-Nya jauh lebih menyakitkan daripada derita karena disakiti manusia.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah menjadikan setan sebagai musuhmu agar kau benci kepadanya dan berlindung kepada-Nya. Dia juga tetap menggerakkan nafsumu supaya kau selalu menghadap kepada-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika kau mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa kepadamu, jangan kau lalai terhadap Dzat yg menggenggam nasibmu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Yang membuatmu keluar dari sifat angkuh adalah penyaksianmu terhadap sifat agung Tuhan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang mukmin disibukkan dengan memuji Allah sehingga lupa menyanjung diri sendiri. Ia juga disibukkan dengan menunaikan kewajiban kepada Allah sehingga tidak ingat kepada kepentingan dirinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Pecinta bukanlah orang yg mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya, pecinta adalah yg mau berkorban untukmu, bukan yg menuntut pengorbanan darimu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Jika bukan karena medan nafsu, tentu tak akan ada perjalanan orang² yg menuju Allah karena tak ada jarak antara dirimu dan diri-Nya yg harus kau tempuh, juga tak ada permusuhan antara kau dan Allah yg harus diselesaikan.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yg tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Alam dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tak dapat menampungmu dari sisi ruh.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang yg berada di alam ini dan masih belum mengetahui dunia ghaib berarti terkungkung oleh sejumlah hal yg mengitarinya dan terkepung oleh kerangka dirinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kau tunduk kepada alam selama belum melihat Penciptanya. Jika kau telah menyaksikan-Nya maka alam akan tunduk kepadamu.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Dia menunjukkan wujud Nama-Nya lewat keberadaan makhluk-Nya. Dia menunjukkan Sifat²Nya lewat keberadaan Nama-Nya. Dia menunjukkan wujud Dzat-Nya lewat keberadaan Sifat²Nya. Pasalnya, tidak mungkin sifat tersebut ada dengan sendirinya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Orang² yg ditarik kepada-Nya (majdzub) akan diperlihatkan kepada kesempurnaan Dzat-Nya, kemudian dibawa untuk menyaksikan Sifat-Nya, lalu digiring untuk bergantung kepada Nama-Nya, selanjutnya dikembalikan lagi untuk menyaksikan makhluk-Nya. Adapun para salik, mereka mengalami kondisi sebaliknya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Akhir perjalanan para salik adalah awal perjalanan kaum majdzub (yg ditarik kepada-Nya). Sementara itu, awal perjalanan salik adalah akhir perjalanan kaum majdzub. Hal itu tidak berarti bahwa keduanya sama. Bisa saja keduanya bertemu di jalan. Yg satu sedang naik, sedangkan yg lain sedang turun.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Kadar cahaya qalbu dan rahasia jiwa hanya diketahui dalam selubung malakut, sebagaimana cahaya langit hanya tampak di alam dunia ini.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Buah ketaatan yg dirasakan di dunia adalah kabar gembira bagi orang² yg beramal tentang adanya balasan ketaatan di akhirat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Bagaimana kau dapat menuntut imbalan atas amal, padahal Allah yg menyedekahkan amal itu kepadamu? Bagaimana kau dapat meminta ganjaran atas keikhlasan, padahal Allah yg menghadiahkan keikhlasan itu kepadamu?”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Ada orang yg berdzikir agar terang hatinya, lalu dia pun menjadi pedzikir. Ada orang yg terang hatinya, lalu dia pun menjadi pedzikir. Ada pula yg dzikir dan cahayanya sama sehingga dengan dzikirnya itu ia mendapat petunjuk dan dengan cahayanya itu ia melangkah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Dzikir yg terlihat bersumber dari penyaksian batin dan hasil berpikir.” Dzikir yg lahir tak lain bersumber dari musyahadah /penyaksian terhadap Tuhan secara batin dan hasil tafakkur tentang-Nya.

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Allah membuatmu menyaksikan-Nya sebelum memintamu menyaksikan-Nya. Maka dari itu, seluruh anggota tubuh pun mengakui Ketuhanan-Nya dan semua hati serta relung batin menyadari keesaan-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tidak sedikit umur yg panjang, namun kurang manfaat. Tidak sedikit pula umur yg pendek, namun penuh manfaat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Siapa yg usianya diberkahi maka dalam waktu singkat, ia mendapat anugerah Allah yg tidak bisa diungkap dengan kata² dan tidak bisa dijangkau dengan isyarat.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Sungguh amat disayangkan bila kau terbebas dari kesibukan, namun tak juga menghadap kepada-Nya atau bila kau hanya mendapat sedikit rintangan, tetapi tak juga beranjak menuju-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tafakkur adalah petualangan hati di medan ciptaan Allah.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tafakkur adalah lentera hati. Jika lenyap, hati pun gelap.”

— Sayyidi Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari qs.

“Tafakkur itu dua macam: tafakkur yg timbul dari pembenaran atau iman dan tafakkur yg timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yg pertama milik mereka yg bisa mengambil pelajaran, sedangkan yg kedua milik mereka yg menyaksikan dan melihat dengan mata hati.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Akhir dari naluri (insting) adalah awal pengetahuan (knowlegde). Akhir dari pengetahuan adalah awal dari ilmu pengetahuan (science). Akhir dari ilmu pengetahuan adalah awal dari filsafat (philosophy). Dan akhir dari filsafat adalah awal dari Firman Tuhan.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Ingatlah: Metafisika yang betul berdiri di atas fisika. Suprarasional yang betul berdiri di atas rasional. Thariqat yang betul berdiri di atas syari’at.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Tidaklah cukup kalau hanya berguru kepada yang menunjuki adanya Tuhan. Tapi bergurulah pada yang bisa menuntun kita ke Hadhirat-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Kalau tanpa unsur-unsur energi metafisis, agama akan merupakan kebudayaan manusia belaka, yang pasti lambat laun akan hancur berantakan, dan akhirnya lenyap dari muka bumi antara lain dilanda taufan teknologi modern yang dahsyat dewasa ini.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Ath-thariqah dalam tasawuf Islam adalah suatu metodologi di dalam al-Qur’an yang isinya berdzikir akan Nama Allah dalam bergabung dengan ruh Rasul (unsur Muhammad). Di mana tersimpan, tersembunyi ‘Wasilah’ yang tak ada taranya sehingga langsung membawa amal dzikrullah kita ke Hadhirat Allah SWT sehingga tiba di maqam ihsan.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Beribadatlah sebagaimana Nabi/Rasul Beribadat. Berprinsiplah dalam mental sebagai pengabdi. Berabdilah dalam mental sebagai pejuang. Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit. Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Yakinlah engkau akan hasil absolut dari tiap-tiap usaha spiritual. Tetapi haruslah cukup engkau bersabar untuk menantikan hasil-hasilnya. “

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Tujuan pokok ilmu tasawuf ialah mampu sampai ke Hadhirat Ilahi dan meraih ridha dan kasih-Nya.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Insafilah: segala otak, akal, fikiran adalah baharu. Tak mungkin sampai pada Yang Qadim, walaupun dengan segala panca indera yang ada.”

— Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs.

“Hampirilah Tuhan dengan sifat-sifat lemah, hina-dina dan papa.”

— Sayyidi Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi qs.

“Seorang Mukmin tidak akan merasakan lezatnya iman kecuali apabila melaksanakan apa yang menjadi hak Allah dan hak hamba-hamba-Nya.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Allah akan menguji masa mudamu dengan mengirimkan seseorang yang membuatmu jatuh hati kepadanya, seolah-olah ia membawa hakikatnya cinta. Tapi nyatanya membuatmu bermaksiat kepada-Nya.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Mata yang memandang rendah orang lain, adalah mata yang tidak layak untuk memandang Rasulullah.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika kau punya masalah yang tidak bisa kau selesaikan dengan akal, maka sering-seringlah melihat wajah orang shaleh, pasti Allah SWT akan memberimu jalan keluar.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Aku menemui ketenangan di dalam dua perkara. Pertama, ketika bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dan kedua, ketika aku memandang wajah sekalian para wali Allah SWT.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Istiqamah tidak dapat sempurna, kecuali dengan hubungan kepada para ahli Istiqamah. Begitu juga kemuliaan, tidak dapat diraih kecuali dengan bersambung dengan para ahlinya.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika Allah menciptakan Dunia ini untuk kalian, maka Dia (Allah) akan menciptakan engkau tanpa kematian.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika engkau mencintai Allah SWT, maka menjadi lapanglah rasa cintamu kepada makhluknya. Dan jika rasa cintamu kepada Allah SWT tiada (sempit), maka sempit pulalah rasa cintamu kepada makhluknya.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Air laut di dunia tidak dapat memadamkan api neraka jahanam walaupun pada batu kecil di dalamnya, tapi setetes air mata yang tumpah karena takut pada Allah dapat melindungimu dari api neraka.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Tersenyumlah, tidak ada yang perlu engkau sesali, karena Tuhanmu ada. Rezekimu telah ditentukan dan umurmu telah digariskan. Indahkan saja dirimu, niscaya engkau akan menyaksikan keindahan itu di sekelilingmu.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Ilmu apapun boleh dipelajari untuk sebuah kemajuan, tetapi kesemuaannya itu harus menjadikan orang tersebut tetap bertaqwa kepada Allah.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Semua orang mencari ketenangan, akan tetapi tidak ada yang namanya ketenangan di dunia ini, kecuali ketenangan di dalam ibadah dan berdzikir serta taat kepadaNya.

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika engkau ingin mengubah jalan hidupmu tapi tak tahu dari mana engkau akan mulai, maka mulailah dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Janganlah bercita-cita agar menjadi lebih mulia dari orang lain, tapi bercita-citalah agar engkau lebih mulia daripada masa lalumu.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Bukan hakmu untuk mengutuk orang yang belum diberi hidayah sepertimu. Tetapi berdoalah agar mereka diberi hidayah lebih mulia dari apa yang Allah telah berikan kepadamu.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Sesungguhnya bumi ini tercipta karena Cahaya Nabi Muhammad, maka jika seseorang ingin aman dari bala bencana, mala petaka, musibah dan lainnya, hendaknya ia bersholawat kepada Nabi Muhammad.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Darimana datangnya keras hati itu? Dari keburukan yg tersebar, dari keburukan yg disebarkan, dari keburukan yg dilihat, dari keburukan yg didengarkan dan dibicarakan.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Orang yang menyebarkan shalawat diantara umat manusia (mengingatkan orang bershalawat kepada Rasulullah), dia akan menjadi orang yang paling dekat dengan Rasulullah.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Ujian laki-laki adalah menahan pandangan, ujian perempuan adalah menahan untuk dipandang. Karena laki-laki ingin sekali untuk memandang dan perempuan ingin sekali dipandang.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Sifat malu itu baik. Maka, akan lebih baik jika ada pada perempuan.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Apabila kita mendoakan orang lain, maka akan hadir malaikat yang mendoakan hal yang sama untuk kita.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Nikahilah wanita penuntut ilmu. Jika ia bukan penuntut ilmu, maka nikahilah wanita yang mencintai ilmu. Jika ia bukan wanita yang mencintai ilmu, maka nikahilah wanita yang membantumu menuntut ilmu. Begitu pun sebaliknya.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika kau sedang ada masalah yang tak bisa diselesaikan secara akal, maka seringlah memandang orang saleh, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Jika hati kita berat untuk memuliakan orang lain, sekurang-kurangnya jagalah lisan kita dari menghina orang lain.”

— Sayyidil Habib Umar bin Hafidz

“Kalau tidak ada NU, mungkin Ahlussunnah Wal Jamaah di Indonesia hilang.”

— Sayyidina 'Umar bin Al-Khaththab ra.

“Menarik diri dari khalayak ramai (‘uzlat) adalah sarana untuk menghindarkan seseorang dari pergaulan yang buruk.”

— Sayyidina 'Umar bin Al-Khaththab ra.

“Pada akhirnya takdir Allah selalu baik, walau terkadang perlu air mata untuk menerimanya.”

— Sayyidina 'Umar bin Al-Khaththab ra.

“Terkadang, orang dengan masa lalu paling kelam akan menciptakan masa depan yg gemilang. Tinggal seberapa tangguh dia berjuang.”

— Sayyidina 'Umar bin Al-Khaththab ra.

“Wanita bukan pakaian yang bisa kau pakai dan kau lepas semaumu. Mereka terhormat dan berdaulat atas hak mereka.”

— Sayyidina 'Umar bin Al-Khaththab ra.

“Aku tidak pernah khawatir apakah doaku terkabul atau tidak. Yang aku khawatirkan adalah ketika aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa lagi.”

— Sayyidina Abdullah bin Mas'ud ra.

“Kita-kita hanyalah seorang tamu dan hartanya adalah barang pinjaman. Seorang tamu pasti akan pergi dan barang pinjaman akan dikembalikan kepada pemiliknya.”

— Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.

“Tidak ada yang mengenal Allah kecuali Allah.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Jadilah manusia paling baik di sini Allah. Jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Aku pernah merasakan kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Jika kamu ingin menguji karakter seseorang, hormati dia. Jika dia memiliki karakter yang bagus, dia akan lebih menghormatimu. Namun, jika dia memiliki karakter buruk, dia akan merasa dirinya paling baik dari semuanya.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Ketika terbukti salah, orang bijak akan mengoreksi dirinya sendiri dan orang bodoh akan terus berdebat.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Cinta itu tidak dapat dinanti. Ambil dia dengan penuh keberanian atau lepaskan dengan penuh keridhoan.”

— Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.

“Ada empat tanda riya’ pada seseorang, yaitu malas saat sendirian, semangat di tengah orang banyak, semakin giat jika dipuji, dan semangatnya berkurang jika dicela.”

— Sayyidina Husayn bin 'Ali ra.

“Barang siapa memperhatikan dengan seksama pilihan yg dibuat oleh Tuhan baginya, tidaklah menginginkan apa-apa kecuali apa yg Tuhan telah pilihkan baginya.”

— Sayyidina Ja'far ash-Shodiq ra.

“Barangsiapa yang mengenal Allah, dia akan meninggalkan segala sesuatu yang lain (selain Allah).”

— Sayyidina Ja'far ash-Shodiq ra.

“Tiada pengabdian yang benar tanpa pertobatan, karena Tuhan telah menaruh pertobatan di depan pengabdian.”

— Sayyidina Uwais Al-Qarni qs.

“Betapa aku cemburu pada orang yang pandai menyembunyikan kebaikannya. Dunia tak melihatnya, namun surga merindukannya.”

— Sunan Bonang

“Orang yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhan, asal-usul semua kejadian. Inilah jalan makrifat sejati.”

— Sunan Bonang

“Kata-kata yang kau gunakan untuk terlalu memaksakan kemauan, serta untuk menegaskan bahwa pendapat sendiri yang benar, dapat menyeret ke arah kesesatan, akibat mendewa-dewakan pendapat sendiri.”

— Sunan Bonang

“Jika kau ingin menemukan-Nya, maka kau harus menghancurkan nafsu-nafsumu.”

— Sunan Gunung Jati

“Jika sering disakiti orang, hadapilah dengan kecintaan, jangan dengan aniaya.”

— Sunan Kalijaga

“Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.”

— Sunan Kalijaga

“Bila kita merasa tidak mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka cukup bagi kita berupaya untuk tidak merugikan orang lain.”

— Sunan Kalijaga

“Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.”

— Syaikh Abdullah Al-Abhari qs.

“Barangsiapa yang memberi seorang fakir, janganlah karena kefakirannya. Jika karena begitu, berikanlah sebatas keperluannya.”

— Syaikh Abdullah Al-Abhari qs.

“Bila anda mencintai Saudara demi Allah swt. maka pergaulan dunia harus diminimalkan.”

— Syaikh Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini qs.

“Hendaklah engkau selalu menampakkan rasa bahagia dan gembira setelah mendengar adanya perkembangan² baru yg bermanfaat bagi umat Islam, seperti turunnya hujan, turunnya harga serta kemenangan yg diperoleh atas kaum kafir dan orang² zalim.”

— Syaikh Abdullah bin Alwi al-Haddad al-Husaini qs.

“Hal terpenting bukanlah mengakui dirinya lalai saat dirinya memang lalai, akan tetapi merasa dirinya lalai dalam keadaan dirinya giat beribadah.”

— Syaikh Abdullah bin Bayyah

“Orang yang hendak mendakwahkan agama wajib meneguk makna kasih sayang sebelum ia tampil di hadapan manusia.”

— Syaikh Abdullah Bin Khubaiq qs.

“Senang mendengarkan kebatilan dapat melenyapkan manisnya taat dalam hati.”

— Syaikh Abdurrahman Ad-Darani qs.

“Jika dunia telah menempati hatinya, maka akhirat akan pergi darinya.”

— Syaikh Abdurrahman Ad-Darani qs.

“Setiap sesuatu ada karatnya, dan karat cahaya hati adalah perut yang kenyang.”

— Syaikh Abdurrahman Ad-Darani qs.

“Semua yang menyibukkanmu, baik keluarga, harta, maupun anak, yang membuatmu melupakan Allah, semua itu adalah keburukan bagimu.”

— Syaikh Abdurrahman Ad-Darani qs.

“Sebaik-baik perbuatan adalah yang berlawanan dengan hawa nafsu.”

— Syaikh Abdurrahman Ad-Darani qs.

“Setiap sesuatu ada tandanya, dan tanda kehinaan (di akhirat) adalah tidak pernah menangis (karena takut kepada Allah).”

— Syaikh Abu 'Abdallah Muhammad bin 'Ali Al-Tirmidzi qs.

“Seseorang yang tidak mengenal sifat keabdian (‘ubudiyyat), dia semakin tidak mengenal sifat ketuhanan (rububiyyat).”

— Syaikh Abu 'Abdallah Muhammad bin Idris Al-Syafi'i qs.

“Bilamana engkau melihat seorang ulama menyibukkan dirinya dengan kepentingan-kepentingan pribadi (rukhas), tidak ada hal yang baik yang dapat diberikan olehnya.”

— Syaikh Abu 'Abdur Rahman Hatim bin 'Ulwan Al-Ashamm qs.

“Nafsu terdiri dari 3 macam: Nafsu dalam makan, nafsu dalam berbicara, dan nafsu dalam melihat. Jagalah makananmu dengan berpasrah kepada Tuhan, jagalah mulutmu dengan berkata benar, dan jagalah matamu dengan mengambil pelajaran (‘ibrat).”

— Syaikh Abu 'Ali Al-Fudhayl bin 'Iyad qs.

“Barang siapa yang mengenal Allah sebagaimana Dia seharusnya dikenal, berarti dia beribadah kepada-Nya dengan segala kemampuannya.”

— Syaikh Abu 'Ali Al-Fudhayl bin 'Iyad qs.

“Dunia adalah rumah sakit jiwa, dan orang² yang ada di dalamnya adalah orang² gila, memakai belenggu² dan rantai² (nafsu).”

— Syaikh Abu 'Ali Hasan bin Muhammad Al-Daqqaq qs.

“Seorang hamba dengan sebab ketaatannya akan bisa masuk Surganya Allah, dan dengan sebab adab dalam ketaatannya dia bisa wushul/sampai kepada Allah.”

— Syaikh Abu 'Ali Hasan bin Muhammad Al-Daqqaq qs.

“Barang siapa akrab dengan sesuatu selain Tuhan, lemah keadaan ruhaninya, barang siapa berbicara tentang sesuatu selain Tuhan, palsu dalam pembicaraannya.”

— Syaikh Abu 'Ali Hasan bin Muhammad Al-Daqqaq qs.

“Apakah pasrah kepada Tuhan itu?”Syaikh menjawab: “Mencegah diri dari menginginkan surban² orang lain.”Seraya mengucapkan kata² ini, beliau melemparkan surbannya di depan orang yg bertanya itu.

— Syaikh Abu 'Ali Muhammad bin Al-Qasim Al-Rudbari qs.

“Dia yg berkeinginan (murid) menginginkan bagi dirinya sendiri hanya apa yg Tuhan inginkan baginya, dia yg diinginkan (murad) tidak menginginkan sesuatu di dunia ini maupun di akhirat kecuali Tuhan.”

— Syaikh Abu 'Ali Syaqiq bin Ibrahim Al-Azdi qs.

“Tuhan telah membuat orang saleh hidup dalam kematiannya, dan telah membuat orang durjana mati selama hidupnya.”

— Syaikh Abu Abbas Al-Mursi qs.

“Kalau saja satu detik Rasulullah hilang dalam hati dan pikiranku, aku malu menganggap diriku sebagai muslim.”

— Syaikh Abu Bakar Asy-Syibli

“Syukur adalah melihat siapa yang memberi, bukan melihat apa yang diberi.”

— Syaikh Abu Bakr Muhammad bin 'Umar Al-Warraq qs.

“Ada 3 golongan manusia: ulama, sultan (umara), dan darwisy (fuqara). Bilamana ulama telah rusak, ketakwaan dan agama tak berguna lagi; bilamana sultan telah rusak, penghidupan rakyat terganggu; dan bilamana darwisy telah rusak, akhlak manusia menjadi bejat.”

— Syaikh Abu Hafsh 'Amr bin Salim Al-Nisyapuri Al-Haddadi qs.

“Kemurahan hati itu adalah berbuat keadilan dan bukan menuntut keadilan.”

— Syaikh Abu Hamid Ahmad bin Khadruyah Al-Bakhi qs.

“Jalan sudah terbentang, dan kebenaran sudah jelas, dan penggembala telah menyerukan panggilannya; sesudah itu jika seseorang kehilangan dirinya sendiri, ini karena kebutaannya sendiri.”

— Syaikh Abu Hamzah Al-Bazzar qs.

“Barangsiapa yang mengetahui jalan kebenaran, maka ia akan mudah menempuhnya. Tidak ada pemandu (guide) yang mengantarkan kepada Allah Swt. kecuali dengan mengikuti perilaku, perbuatan, dan sabda-sabda Rasulullah Saw.”

— Syaikh Abu Hamzah Al-Bazzar qs.

“Barangsiapa yang mempunyai tiga hal ini, ia akan selamat dari bencana-bencana, yaitu: Perut yang kosong disertai sikap batin yang qana’ah, kemiskinan yang disertai sikap zuhud, dan ketabahan yang disertai keabadian zikir.”

— Syaikh Abu Mahfuzh Ma'ruf bin Firuz Al-Karkhi qs.

“Ada tiga tanda kesalehan:Menjaga iman;Berdzikir dengan ikhlas;Memberi tanpa diminta.”

— Syaikh Abu Muhammad 'Abdallah bin Khubayq qs.

“Barangsiapa ingin hidup dalam kehidupannya, jangan membiarkan ketamakan bersarang di hati.”

— Syaikh Abu Muhammad 'Abdallah bin Khubayq qs.

“Tuhan menciptakan kalbu² manusia untuk menjadi rumah² zikir kepada-Nya, namun mereka telah menjadi rumah² hawa nafsu; dan tiada yg dapat membebaskan mereka dari hawa nafsu kecuali rasa takut yg mencekam atau keinginan yg membara.”

— Syaikh Abu Muhammad 'Abdallah Muhammad bin Al-Fadhl Al-Balkhi qs.

“Orang yg paling mengenal Tuhan ialah orang yg paling berjuang keras untuk memenuhi perintah²-Nya, dan mengikuti sedekat²nya Sunnah Nabi-Nya.”

— Syaikh Abu Nu'aim Al-Asfihani

“Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah setelah kesyirikan adalah merendahkan orang lain.”

— Syaikh Abu Qasim Al-Qusyairi qs.

“Barangsiapa mengetahui bahwa Allah-lah yang memberi rezeki, maka menjadi ringanlah kesedihan di hatinya meskipun banyak keluarga yang ia tanggung.”

— Syaikh Abu Sa'id bin Abi Al-Khair

“Jalan terpendek, terbaik, dan termudah menuju Dia adalah memberi kenyamanan kepada orang lain.”

— Syaikh Abu Sa'id Bin Al-A'rabi qs.

“Orang yang paling rugi adalah orang yang menampakkan perbuatan-perbuatan baiknya di hadapan manusia, dan menampakkan terang-terangan di hadapan Allah.”

— Syaikh Abu Shaleh Hamdun bin Ahmad bin 'Umara Al-Qashshar qs.

“Hatiku masih terikat dgn dunia, maka dari itu kata²ku tak akan membekas di hati orang. Berbicara kosong akan merendahkan harkat ilmu kalam dan menghina hukum suci. Yg boleh berkhutbah hanyalah dia yg diamnya menganiaya agama, dan yg bicaranya akan menyingkirkan kezaliman.”

— Syaikh Abu'l Fayd Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri qs.

“Hendaklah engkau bergaul dengan orang yang melihatnya saja mengingatkanmu kepada Allah, kemuliannya berkesan dalam batinmu, perkataannya menambah ilmumu, dan perbuatannya menjadikanmu zuhud di dunia.”

— Syaikh Abu'l Fayd Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri qs.

“Ahli makrifat (‘arif) bertambah miskin setiap hari, karena dia semakin mendekati Tuhannya setiap saat.”

— Syaikh Abu'l Fayd Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri qs.

“Jangan takut terhadap kebencian orang yang membencimu. Jangan mementingkan diri sendiri. Sebab, dinding yang sangat tebal untuk menyaksikan-Nya adalah karena terlalu melihat diri sendiri.”

— Syaikh Abu'l Fayd Dzun Nun bin Ibrahim Al-Mishri qs.

Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat adalah merupakan permohonan yang senantiasa dipanjatkan dalam doa kita. Bahagia yang dimaksud tentu bukan kebahagiaan semu dan fana, namun kebahagian yang hakiki. Ajaran agama adalah petunjuk dan pedoman untuk meraih kebahagiaan abadi tersebut.Syaikh Ismail Haqqi Al-Khalwati dalam kitab Ruhul Bayan Fi Tafsir Al-Qurâ’an menyebutkan nasehat Syaikh Dzu Nun Al-Mishri tentang tanda-tanda kebahagiaan.Syaikh Dzu Nun Al-Mishri mengatakan:”Tanda-tanda orang yang mendapat kebahagiaan adalah: mencintai orang-orang saleh dan dekat dengan mereka, rajin membaca Al-Qurâ’an, selalu ibadah malam, duduk bersama ulama, dan mempunyai hati yang lembut penuh kasih.”Pikir-pikirkanlah!Renung-renungkanlah!

— Syaikh Abul 'Abbas Ahmad bin Masruq qs.

“Jika seseorang mendapatkan kegembiraan dalam selain Tuhan, kegembiraannya membuahkan kesusahan, dan jika seseorang tidak akrab dengan pengabdian kepada Tuhannya, keakrabannya membuahkan kesepian (wahsyat).”

— Syaikh Abul 'Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Asyqani qs.

“Setiap orang memiliki keinginan yg tidak mungkin bisa dicapai, dan aku juga memiliki keinginan yg tidak mungkin bisa dicapai, yg sebenarnya aku tahu tidak pernah akan bisa direalisasikan, yakni agar Tuhan membawaku ke non-eksistensi yg tidak akan pernah kembali ke eksistensi.”

— Syaikh Abul 'Abbas Qasim bin Al-Mahdi As-Sayyari qs.

“Pengesaan (al-tawhid) itu begini: bahwa tidak ada yang terlintas pada pikiranmu kecuali Tuhan.”

— Syaikh Abul Hasan Ahmad bin Muhammad Al-Nuri qs.

“Orang yang menganggap segala sesuatu sebagai ditentukan oleh Tuhan, maka dia berpaling kepada Tuhan dalam segala sesuatu.”

— Syaikh Abul Hasan Muhammad bin Isma'il Khayr Al-Nassaj qs.

“Tuhan telah melapangkan dada orang² yg bertakwa dengan cahaya keyakinan, dan telah membuka mata orang² yg memiliki keyakinan dengan cahaya kebenaran iman.”

— Syaikh Abul Husin Bin Bunan qs.

“Jauhilah moral yang rendah sebagaimana kamu menjauhi hal yang haram.”

— Syaikh Abul Husin Bin Bunan qs.

“Setiap orang sufi hatinya selalu damai dan tenang menetapi amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan tanda kedamaian hatinya jika ia telah meyakini kekuasaan Allah dari kemampuan dirinya.”

— Syaikh Abul Sari Manshur bin 'Ammar qs.

“Semua manusia bisa diringkas ke dalam dua ciri khas: 1) Manusia yg mengenal dirinya, dan yg urusannya adalah peniadaan nafsu diri dan disiplin; 2) Manusia yg mengenal Tuhannya, dan yg kesibukannya ialah mengabdi, menyembah, dan mencari ridha-Nya.”

— Syaikh Ahmad Al-Adami qs.

“Barangsiapa menetapi hukum-hukum syariat, Allah akan memberikan cahaya ma’rifat di hatinya, dan tiada kedudukan yang paling mulia selain mengikuti perintah, perilaku, dan perangai baginda Rasulullah Saw.”

— Syaikh Ahmad Al-Adami qs.

“Kelalaian yang paling besar adalah kelalaian seorang hamba kepada Tuhannya Yang Maha Mulia dan Maha Agung, kelalaian terhadap perintah dan larangan-Nya, dan kelalaian terhadap hukum-hukum Allah.”

— Syaikh Ahmad Al-Adami qs.

“Semua pertanyaan carilah jawabannya di padang ilmu. Jika tidak kamu temukan jawabnya, carilah di medan hikmah. Jika kamu tidak menemukan juga, maka timbanglah dengan tauhid. Jika kamu tidak memperolehnya dalam tiga tempat ini, maka lemparkanlah pertanyaan ini ke muka setan.”

— Syaikh Ahmad Al-Anthaki qs.

“Jika kamu ingin memperbaiki hatimu, jagalah lidahmu.”

— Syaikh Ahmad Al-Anthaki qs.

“Allah berfirman:”Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cobaan).”(QS. At-Taghabun:15)Namun, kita selalu mencari fitnah itu.”

— Syaikh Ahmad Al-Jariri qs.

“Barangsiapa yang dikuasai oleh hawa nafsunya, maka ia menjadi tawanannya, terbelenggu dalam penjaranya, dan Allah menutupi hatinya untuk mencari kemanfaatan, sehingga ia tidak dapat menikmati kelezatan firman Allah dan tidak dapat mengambil buahnya, meski berulang kali membacanya.”

— Syaikh Ahmad ar-Rifa'i qs.

“Tak seorang hamba pun yg berdzikir secara hakiki, melainkan akan lupa pada selain Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala sebagai ganti segalanya.”

— Syaikh Ali Al-Ashbihani qs.

“Segera menaati perintah Allah adalah suatu tanda mendapatkan taufik-Nya, berdiam diri dari perselisihan adalah tanda hati-hati, menjaga rahasia adalah tanda waspada, dan menampakkan tuduhan adalah kebodohan. Barangsiapa yang tidak benar dasar-dasar keinginannya, ia tidak akan selamat pada dampak-dampak akhirnya.”

— Syaikh Ali Jum'ah

“Tanpa shalawat kepada Nabi, kau akan selalu dalam kebimbangan dan kemuraman.”

— Syaikh Fakhruddin Ar-Razi

“Orang-orang kaya memiliki kebiasaan meyakini bahwa mereka lah orang-orang terbaik karena mampu meraih segala bentuk kebaikan dengan harta mereka. Itulah sebabnya, mereka menjadi pribadi yang menyukai pujian dan sanjungan.”

— Syaikh Fakruddin Ar-Razi qs.

“Termasuk pekerti yang baik adalah perhatian untuk memberi kebaikan pada orang lain lebih tinggi daripada memberi kebaikan untuk diri sendiri.”

— Syaikh Hamzah Al-Khurasani qs.

“Barangsiapa mengingat akan kematian, maka Allah akan menjadikan ia senang mencari pahala dan benci terhadap dosa.”

— Syaikh Hatim Al-Asham qs.

“Tiada waktu pagi datang melainkan setan mencercaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggoda, ” Apa yang akan kamu makan? Apa yang akan kamu pakai? Di manakah kamu akan tinggal? ” Saya tidak ingin hanyut oleh jebakan itu, maka saya cukup menjawabnya, “Saya akan makan kematian, mengenakan kain kafan, dan tinggal di liang kubur.””

— Syaikh Hatim Al-Asham qs.

“Pernah suatu hari saya ditanya, “Tidakkah kamu menginginkan sesuatu?” Maka saya jawab, “Saya ingin selalu sehat dari pagi hingga malam.” Ditanyakan lagi, “Bukankah kamu selama seharian sehat?” Saya jawab, “Sehat menurutku adalah tidak menjalankan dosa dari pagi hingga malam.””

— Syaikh Hatim Al-Asham qs.

“Barangsiapa memasuki mazhab kami ini, hendaklah bersedia menerima empat hal kematian: Mati putih karena lapar, mati hitam karena menanggung penderitaan dari manusia, mati merah karena berbuat ketulusan untuk melawan hawa nafsu, dan mati hijau karena fitnah.”

— Syaikh Hisyam Kabbani

“Cinta tidak akan datang dengan paksaan. Tetapi cinta hanya akan datang dengan kelembutan.”

— Syaikh Hisyam Kabbani

“Adab yang baik adalah tersenyum di hadapan saudaramu, tertawa juga menunjukkan adab yang baik. Bukannya terlalu serius dan menunjukkan kebencian kepada orang lain, tidak. Bergembiralah dan cintai setiap orang.”

— Syaikh Ibnu Abi Ad-Dunya

Kamu tidak boleh lepas dari majelis dzikir (baik dzikir hati maupun pengetahuan) dan berbaik sangka kepada Allah, cukuplah dua hal itu untuk keberuntungan dan kesuksesanmu.

— Syaikh Ibnu Al-Jauzi qs.

“Aku heran dengan orang yang sibuk melakukan kepura-puraan untuk merebut hati manusia dan lupa bahwa hati mereka ada di tangan Allah.”

— Syaikh Ibnu Khaldun

“Diantara tanda sebuah negara akan hancur adalah semakin besar dan beragam jenis pajak yang dipungut ke rakyatnya.”

— Syaikh Ibnu Khaldun

“Hendaklah engkau bersikap moderat dalam segala hal. Tak ada apapun yang lebih jelas manfaatnya, lebih khas keamanannya, dan lebih mencakup keutamaannya, ketimbang sikap moderat.”

— Syaikh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

“Boleh jadi saat engkau tidur, tetapi puluhan doa naik untukmu. Doa dari si faqir miskin yang engkau tolong, dari si sedih yang kau hibur, dari si lapar yang kau beri makan dan dari si miskin yang kau beri bantuan. Janganlah engkau meremehkan setiap perbuatan baik itu.”

— Syaikh Ibrahim Al-Khawwash qs.

“Obat hati ada lima: Membaca Al-Qurâ’an dengan merenungkan maknanya; Perut yang kosong; Bangun malam; Dzikir khusyuâ’ di waktu sahur; Dan berkumpul dengan orang-orang shaleh.”

— Syaikh Ibrahim Al-Khawwash qs.

“Bukanlah dikatakan seorang alim karena banyaknya riwayat. Orang alim adalah pengikut pengetahuan dan mengamalkan pengetahuan itu, di samping mengikuti jejak Sunnah-sunnah, walaupun ilmunya sedikit.”

— Syaikh Izzuddin Ibn Abdussalam qs.

“Kau tak boleh menampakkan aib-aibmu dan mengumumkan dosa-dosamu. Sesungguhnya menampakkan dosa itu dimurkai oleh Allah yang Maha Mengetahui segala yang gaib.”

— Syaikh Izzuddin Ibn Abdussalam qs.

“Orang yg selama di dunia berusaha mencari kenikmatan makrifat dan ahwal serta nikmat penglihatan (musyahadah) dan kedekatan di akhirat, maka mereka sebaik-baik pencari. Sebab tujuan pencarian mereka adalah yg paling utama dibanding semua pencarian lain.”

— Syaikh Izzuddin Ibn Abdussalam qs.

“Sifat paling utama manusia adalah pengetahuan. Pengetahuan yg paling utama adalah mengenal Tuhan, karena pengetahuan ini memerintahkan segala kebaikan dan mencegah dari segala penyimpangan.Setelah itu, mengetahui hukum² Al-Qur’an, janji bagi orang taat dan beriman serta ancaman bagi orang kafir dan gemar bermaksiat. Buah mengenal Tuhan yg Maha Kasih adalah ahwal (kondisi ruhani) yg luhur, perkataan yg bernilai, perbuatan yg diridhai, dan derajat di akhirat. Buah mengetahui hukum² Al-Qur’an adalah menjauhi kedurhakaan dan mengikuti yg diridhai Tuhan.”

— Syaikh Izzuddin Ibn Abdussalam qs.

“Tidak akan dapat kewalian orang yg tidak beradab dengan adab al-Qur’an dan tidak berakhlak dengan sifat Tuhan yg Maha Kasih sesuai dengan kemampuannya. Sesungguhnya Allah Maha Baik dan memerintahkan kebaikan. Dia Maha Memberi manfaat dan memerintahkan kemanfaatan.”

— Syaikh Muhammad Ats-Tsaqafi qs.

“Akan datang suatu masa di tengah-tengah umat Islam, di mana seorang mukmin tidak senang dengan kehidupannya, kecuali dengan bersandar kepada orang munafik.”

— Syaikh Muhammad Bin Al-Fadhal Al-Balkhi qs.

“Jika kamu melihat seorang murid memperbanyak masalah dunianya, maka hal itu adalah tanda kemundurannya.”

— Syaikh Muhammad Bin Al-Fadhal Al-Balkhi qs.

“Hilangnya Islam karena empat hal:(1) mempelajari agama tapi tidak diamalkan (2) mengamalkan agama tapi tidak didasari ilmu agama (3) tidak mau mempelajari kebodohannya tentang agama (4) tidak mendukung pendidikan agama.”

— Syaikh Muhammad Bin Al-Fadhal Al-Balkhi qs.

“Pernah ditanyakan tentang zuhud, jawabnya, “Memandang dunia dengan mata yang tidak pernah puas, namun ia menjauh dari kesenangan dunia untuk mencari kemuliaan.””

— Syaikh Muhammad Matwali Asy-Sya'rawi

“Kematian bukanlah musibah terbesar dalam hidup. Karena itu sunnatullah dalam kehidupan. Akan tetapi musibah terbesar itu adalah matinya rasa takut kepada Allah (di hatimu) padahal engkau masih hidup.”

— Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi

“Tidak perlu susah saat orang lain mengacuhkanmu atau berubah perilakunya kepadamu. Boleh jadi itu adalah pengabulan doamu di sebuah malam: “Ya Allah, hindarkan dariku keburukan yg telah Engkau takdirkan.””

— Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi

“Jangan bersedih ketika kamu merasakan kesempitan dunia. Teruslah berdoa, karena Allah suka mendengar suara doamu.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Maqam tertinggi dalam tingkatan iman adalah saat seseorang itu mabuk cinta dengan Allah tapi semakin beradab dengan makhluknya.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Gerak ketaatan ibadah kepada Allah adalah bukti makrifat seseorang, sebagaimana gerak tubuh yang menandai kehidupan.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Barang siapa sudi mengakui kekurangan dan kelemahannya, maka ia benar-benar menunjukkan tidak adanya sifat congkak dan sombong dalam hatinya.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Semakin tinggi ilmunya, semakin banyak melihat kebenaran orang lain. Semakin tinggi makrifatnya, semakin tidak melihat kesalahan orang lain.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Bersikap lemah lembut terhadap sesama melalui ucapan dan tindakan adalah sedekah.”

— Syaikh Nawawi Al-Bantani qs.

“Orang yang berilmu tidak akan merasa asing di manapun ia berada, sedangkan orang yang tidak berilmu akan merasa asing di manapun ia berada.”

— Syaikh Rohimuddin An-Nawawi

“Kedukaan & kesedihan yang dirasa di dunia ini sebenarnya hanyalah karena mata batinnya tidak menyaksikan Tuhan.”

— Syaikh Rohimuddin An-Nawawi

“Berlebihanlah dalam berbaik sangka kepada Allah, karena balasan dari baik sangka itu adalah akan mendapatkan apa yang telah kamu sangkakan.”

— Syaikh Ruwaim bin Ahmad qs.

“Di antara hakim yang bijaksana adalah memberikan kelonggaran hukum pada orang lain, mempersulit hukum pada dirinya sendiri. Memberikan kelonggaran hukum pada orang lain termasuk mengikuti ilmu, dan mempersulit hukum pada diri sendiri termasuk kebijakan seorang wara’.”

— Syaikh Ruwaim bin Ahmad qs.

“Abu Abduliah bin Khafif pemah berkata kepada Ruwaim, “Berilah saya wasiat!” Dia menjawab, “Masalah (tasawuf) tidak bisa dicapai kecuali dengan mencurahkan jiwa. Memasuki tasawuf harus dengan pencurahan jiwa. Jika tidak, janganlah menyelam dalam tasawufmu yang tiada guna.””

— Syaikh Ruwaim bin Ahmad qs.

“Jika Allah memberimu kemampuan untuk memberi nasihat dan mengamalkannya, lalu saya mengambilnya, hal itu adalah nikmat. Jika saya melaksanakannya, sedangkan engkau sendiri tidak mengamalkannya, hal itu adalah musibah bagimu. Jika kamu tidak punya nasihat juga tidak berbuat benar, hal itu adalah siksaan.”

— Syaikh Saadi Syirazi

“Lebih baik orang berdosa yang memikirkan Tuhan, daripada orang suci yang hanya menunjukkan kesucian.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Aku tidak menemukan penyakit dalam diri umat Islam yang lebih berbahaya dibandingkan lalainya mereka dalam mengintrospeksi diri mereka sendiri.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Seandainya Islam membicarakan suatu peristiwa, dan melalui peristiwa tersebut hendak memberitahu manusia tentang esensi dan keistimewaannya, Islam pasti mengatakan, “Sesungguhnya struktur penyusunnya adalah cinta.””

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Ketahuilah, sesungguhnya jika makanan adalah gizi yang harus ada untuk mempertahankan hidupnya badan, maka dzikir kepada Allah gizi yang harus ada untuk mempertahankan hati.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Betapa banyak para pendosa yang mendapatkan ampunan Allah, karena orang-orang mengetahui dosa dan keburukan mereka.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Islam tidak melarang soal percintaan. Yang dilarang adalah tindakan-tindakan negatif yang dilakukan atas nama cinta.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Jika kamu menjaga shalat, semua perkara menjadi mudah. Jika kamu mengabaikan shalat, setiap perkara yang kamu lakukan tiada nilainya.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Di dalam cobaan dan musibah pasti terkandung banyak hikmah. Salah satu yang terpenting adalah menarik hamba ke depan pintu Allah dengan mengenakan baju penghambaan.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Mencintai orang-orang saleh adalah jalan terdekat menuju Allah.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Saat kelak bertemu dengan Allah, pastikan hatimu bersih dari syirik dan cinta dunia, serta bersih dari benci pada sesama manusia.”

— Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

“Ketika hendak tidur, maka kita harus membayangkan bahwa kemungkinan tidur ini adalah tidur untuk selama-lamanya, tidur terakhir kita di alam dunia. Sebelum tidur kita bermuhasabah dan beristighfar kepada Allah.”

— Syaikh Sari As-Saqathi qs.

“Anakku, kalau Allah bersamamu, melihatmu dan menjadi saksi terhadapmu, apakah engkau masih mau bermaksiat?”

— Syaikh Sari As-Saqathi qs.

“Ya Tuhan, apa pun hukuman yang Engkau timpakan kepadaku, jangan hukum daku dengan kehinaan tertabiri dari-Mu.”

— Syaikh Sari As-Saqathi qs.

“Lisanmu adalah penerjemah qalbu, dan wajahmu cermin qalbumu, wajah akan mengeskpresikan isi qalbu.”

— Syaikh Sufyan Ats-Sauri qs.

“Kurangi rasa ingin tahumu terhadap kehidupan orang lain, niscaya ghibahmu juga akan berkurang.”

— Syaikh Sufyan Ats-Sauri qs.

“Mengharap ridha semua orang dan mengejar dunia adalah dua tujuan yang mustahil digapai.”

— Syaikh Syaqiq Al-Balkhi qs.

“Jika kamu ingin mengetahui kejujuran seseorang, lihatlah janji Allah dan apa yang dijanjikan manusia, apakah ia lebih mantap hatinya kepada janji Allah atau janji manusia?”

— Syaikh Syaqiq Al-Balkhi qs.

“Ketakwaan seseorang bisa dilihat dari tiga hal: Dalam kesukaannya menerima pemberian, keikhlasannya, dan pembicaraannya.”

— Syaikh Umar Al-Haddad Qs.

“Perbuatan dosa adalah pengantar kekufuran, sebagaimana demam adalah pengantar kematian.”

— Syaikh Umar Al-Haddad Qs.

“Jika seorang murid senang mendengar saja, ketahuilah bahwa ia masih banyak membuang waktu.”

— Syaikh Umar Al-Haddad Qs.

“Peradaban baik yang tampak merupakan suatu tanda kebaikan peradaban batin.”

— Syaikh Umar Al-Haddad Qs.

“Barangsiapa perbuatan dan tingkah laku ruhaninya tidak ditimbang dengan Kitab dan Sunnah di setiap saat, sementara ia tidak peduli terhadap bisikan² hatinya, maka janganlah digolongkan sebagai tokoh Sufi.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Mata ini tidak melihat apa-apa kecuali Dia. Kami adalah milik-Nya, karena Dia kami ada dan oleh-Nya kami diperintah. Dan, kami ada dalam kehadiran-Nya setiap saat, di segala keadaan.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Ketika kekasih-kekasih-Nya dan hamba-hamba-Nya yang saleh disebutkan, maka kasih sayang-Nya turun.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Belajarlah untuk memberi, baik kamu punya banyak atau sedikit, baik saat suka maupun duka.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Siapa saja yang ingin menjadi sufi, hendaknya menjadi perempuan dulu. Maksudnya, hatinya harus lembut dan didominasi kasih sayang.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Aku mabuk cinta. Kemana pun cinta bergerak, di situ aku mencinta. Cinta kepadaNya adalah agama dan keyakinanku.”

— Syaikhul Akbar Ibnu Arabi qs.

“Dari cinta kita berasal. Dari cinta kita terlahir. Di bawah payung cinta kita menyusuri jalan. Karena cinta kita akan pulang ke asal.”

— TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

“Tidak bisa sehat jiwa seseorang jika tidak disembuhkan dengan shalawat.”

— Waliduna Al-Malik

“Banyak yang menjadi kekasih Allah dengan dosanya. Mereka merasa hina dan senantiasa merintih akan dosanya. Banyak yang menjadi musuh Allah dengan amalnya. Mereka merasa mulia dan sombong dengan amalnya.”