Keutamaan Seorang Mursyid Thariqah

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
2 min read

KEUTAMAAN SEORANG MURSYID THARIQAH

Syaikh Ibrahim al-Bajuri qs., penulis kitab Jauharatut Tauhid pernah berkata:
Jadilah engkau orang yg berakhlak seperti akhlak manusia pilihan.

Melakukan Mujahadah (selalu berjuang melawan hawa nafsunya sendiri) di bawah bimbingan seorang Mursyid yg berma’rifat kepada Allah adalah lebih bermanfaat, sebagaimana dikatakan oleh sebagian kalangan, keadaan ruhani satu orang di hadapan seribu orang adalah lebih bermanfaat dari nasehat seribu orang untuk satu orang.

Pemuda tanpa akhlak adalah musibah bagi dirinya dan orang lain. Berapa banyak orang yg berilmu tapi tdk bisa menjadi perantara tersampaikannya kebaikan bagi orang lain.

Banyak orang di zaman ini yg menjadikan ilmu sebagai patung sesembahan.

Cukuplah bagimu Guru yg mengajarkan adab dan akhlak (Tasawuf).

FUNGSI SEORANG SYAIKH YANG MA’RIFATULLAH

Imam as-Sya’rani qs. berkata:
Pada awal mujahadahku melawan hawa nafsu, aku lakukan tanpa bimbingan seorang Syaikh.

Aku hanya membaca karya² kaum Sufi, seperti Risalah al-Qusyairiyah, Awarif al-Ma’arif, Al-Qut karya Abu Thalib Al Makki, Ihya Ulumuddin dan kitab² lainnya.

Setelah semua itu aku lakukan dalam waktu yg cukup lama, tampaklah bagiku sesuatu yg berbeda dengannya. Lalu aku meninggalkan caraku ini dan mengerjakan cara yg kedua yaitu berguru langsung dengan seorang Mursyid agar terwarisi apa yg ada di dadanya.

Demikianlah, aku dulu seperti orang yg masuk ke sebuah jalan tanpa mengetahui apakah jalan itu tembus atau tidak.

Apabila jalan itu tembus, maka dia akan keluar darinya. Dan apabila tidak, maka dia akan kembali.

Seandainya dia bertanya kepada orang yg mengetahui seluk beluk jalan itu sebelum melaluinya, niscaya semuanya akan menjadi jelas baginya, dan dia tidak akan keletihan melewatinya.

Inilah perumpamaan bagi orang yg tidak punya Syaikh atau mengambil langsung dari Seorang Syaikh Mursyid.

“Fungsi Syaikh adalah untuk meringkas jalan bagi murid.”

Jika seseorang berjalan tanpa seorang Syaikh, maka dia pasti tersesat. Dia akan menghabiskan umurnya tanpa dapat mencapai apa yg di harapkan dan di cita²kannya.

Perumpamaan seorang Syaikh atau Mursyid adalah seperti seorang penunjuk jalan bagi jamaah haji yg hendak pergi ke Mekkah di tengah kegelapan malam.

Apabila jalan kaum Sufi dapat dicapai dengan pemahaman tanpa seorang Syaikh, niscaya orang seperti Imam al-Ghazali qs. dan Syaikh Izzuddin ibn Abdussalam qs. tidak perlu berguru kepada seorang Syaikh.

Sebelum memasuki dunia Tasawuf, keduanya pernah mengatakan:

Setiap orang yg mengatakan bahwa ada jalan memperoleh ilmu selain apa yg ada pada kami (ilmu syari’at saja), maka dia telah membuat kebohongan kepada Allah Ta’ala.

Akan tetapi, setelah memasuki dunia Tasawuf keduanya berkata:

Sungguh kami telah menyia-nyiakan umur kami dlm kesia-siaan dan hijab (tabir penghalang antara hamba dan Allah).

Akhirnya, keduanya mengakui jalan Tasawuf, dan bahkan memuji-mujinya. Wallaahu a’lam

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Peran Politik Kaum Sufi

Syaikh Ahmad At-Tijani: Pendiri Tarekat Tijaniyah

Menjadi Sufi Yang Kaya Lahiriah Zuhud Batiniah

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari: Pengarang Al-Hikam

Syaikh Baha’uddin Naqsyabandi: Sang Imam Khwajagan

Nurun ‘ala Nurin

Ahli Musibah

Shuhbah Membangun Mahabbah

Kopi Panas dan Jin

Kiamat

Engkau Akan Bersama dengan Orang yang Kau Cintai

Ritual dan Ajaran Tarekat Khalwatiyah

6 Kategori Pejalan Ruhani

Memahami Konsep Wujud Menurut Syekh Nuruddin Ar-Raniri

Kisah Layla & Majnun

Tentang Futuwwah

Wali Abdal dalam Kajian Tasawuf

Keutamaan Seorang Mursyid Thariqah