Syaikh Samman: Pendiri Tarekat Sammaniyah

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
3 min read

Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang tokoh pendirinya, yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani Al-Qadiri Al-Quraisyi. Ia adalah seorang fakih, ahli hadits, dan sejarawan pada masanya. Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari suku Quraisy.

Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri kepada Allah SWT yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Tarekat Khalwatiyyah. Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu di antaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxania (wilayah Asia Tengah saat ini). Karyanya yang paling terkenal adalah kitab Al-Insab. Ia juga mengarang buku-buku lain, seperti Mu’jamul Mashayekh, Tazyilul Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.

Syaikh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah. Baik kitab Manaqib Syaikh al-Waliy Al-Syahir Muhammad Saman maupun Hikayat Syaikh Muhammad Saman, keduanya mengungkapkan sosok Syaikh Samman. Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syaikh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar biasa. ”Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syaikh Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus,” kata Abdullah Al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, Syaikh Samman berada di kediamannya sendiri.

Adapun perihal awal kegiatan Syaikh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib, diperolehnya sejak bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Suatu ketika, Syaikh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu, datang Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang membawakan pakaian jubah putih. ”Ini pakaian yang cocok untukmu.” Syaikh Abdul Qadir al-Jilani kemudian memerintahkan Syaikh Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya. Konon, Syaikh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah Muhammad Saw. untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah. Wallahua’lam.

Hubungan Tari Saman Aceh dengan Sammaniyah

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah provinsi paling barat di bumi nusantara. Daerah ini dikenal sebagai ‘Serambi Makkah’-nya nusantara. Agama Islam yang masuk ke Indonesia dipercaya juga berawal dari wilayah ini. Tak heran bila nuansa keislaman sangat kental di provinsi paling barat di Indonesia tersebut. Sebagaimana disebutkan, Tarekat Sammaniyah pertama kali masuk ke Indonesia melalui Aceh dan dibawa oleh Syaikh Abdussamad Al-Falimbani sekitar abad ke-18, salah seorang murid Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Sammani Al-Hasani Al-Madani, pendiri Tarekat Sammaniyah.

Tarekat Sammaniyah mengajarkan dzikir dan wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah kepada murid-muridnya. Wirid dan dzikir itu biasanya diamalkan seusai melaksanakan shalat lima waktu dan dengan cara duduk bersila. Seiring dengan perkembangannya, dzikir dan wirid Sammaniyah terus berkembang. Di Sudan dan Nigeria (Afrika Utara), dzikir dan wirid Sammaniyah ini dilaksanakan dengan cara berdiri sambil memuji kebesaran Allah SWT. Tak hanya wirid seusai shalat lima waktu, zikir dan wirid Sammaniyah biasanya dilaksanakan pada peringatan hari besar Islam, seperti maulid Nabi Saw, Isra Mikraj, dan sebagainya.

Adakah hubungan antara dzikir Sammaniyah dan tari Saman di Aceh? Belum ada penjelasan yang paling sahih mengenai keberadaan masalah ini. Dalam beberapa literatur disebutkan, tarian Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syaikh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Siapakah Syaikh Saman Aceh ini? Hingga kini, penulis belum menemukannya. Tercatat, ia adalah seorang ulama yang menyebarkan Islam di Aceh.

Pengamat sejarah Gayo, Ir Wahab Daud, menjelaskan, tari Saman sangat identik dengan agama Islam karena tarian ini dikembangkan sebagai alat untuk mengembangkan agama Islam, khususnya di dataran tinggi Gayo Lues. Liriknya bermakna nasihat, petuah agama, petunjuk hidup, dan sebagainya. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan. Tari Saman biasanya diawali dengan salam pembuka dari syaikh (pemuka adat atau pimpinan dari tari Saman). Selanjutnya, disampaikan petuah-petuah tentang menjalani kehidupan umat manusia. Tarian ini dilakukan oleh sedikitnya delapan orang. Terkadang, dilakukan oleh 17 orang. Orang yang duduk pada posisi nomor sembilan (tengah) bertindak sebagai pimpinan (syaikh).

Pada mulanya, tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Melihat minat yang besar masyarakat Aceh pada kesenian ini, Syaikh Saman pun menyisipkan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga, tari Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu, latihan Saman dilakukan di bawah kolong meunasah (sejenis surau pada saat itu yang berbentuk panggung). Sehingga, mereka tidak akan ketinggalan untuk shalat berjamaah. Sejalan dengan kondisi Aceh yang berada dalam peperangan, syaikh pun menambahkan syair-syair yang menambah semangat juang rakyat Aceh. Tari ini terus berkembang sesuai kebutuhannya. Sampai sekarang, tari ini lebih sering ditampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan.

Tak ditemukan penjelasan lain dari Wahab Daud mengenai asal mula tari Saman. Pun, demikian dengan Mudha Farsyah, peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh. Ia hanya menyebutkan, tari Saman berasal dari Aceh Gayo yang diciptakan oleh Syaikh Saman, seorang ulama yang menyebarkan Islam di Aceh, khususnya Gayo. Penulis belum menemukan biografi Syaikh Saman, pendiri atau pencipta tari Saman ini.Tentu, akan sangat menarik dan semakin jelas bila ada riwayat hidup Syaikh Saman ini, kemudian asal mula diciptakannya tarian ini. Benarkah tarian ini memiliki hubungan dengan Tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Sammani Al-Hasani al-Madani? Apakah tari Saman memang merupakan budaya asli Aceh yang dikembangkan dari dzikir dan wirid? Wallahua’lam.

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Sungai di Surga (Al-Kautsar)

Habib Abu Bakar dan ilmu Fiqh Tahawwulat

Surga

Ajaran dan Dzikir Tarekat Syattariyah

Syaikh as-Sayyid Ahmad Al-Badawi

Yunus Emre: Satu-Satunya Saat Ketika Kau Tak Berdosa

Syaikh Fariduddin Attar: Penyair Sufi Yang Melegenda

Memperbanyak Dzikir

Belajar Menyadari

Tebusan

Khauf – Takut Kepada Allah

Hati-Hati dengan Prasangkamu Karena Mata Sering Kali Menipu

Sebaik-Baik Orang Adalah Yang Mengingatkan Pada Allah Ketika Melihat Dirinya

Tidak Ada Tasawuf Tanpa Syariah

Insan Kamil

Syaikh Baha’uddin Naqsyabandi: Sang Imam Khwajagan

Kabar Gembira Bagi Mereka Yg Banyak Berdzikir

Semua Indah pada Waktunya

Syaikh Samman: Pendiri Tarekat Sammaniyah