Ekspresi Kasih Sayang Rasulullah Muhammad SAW

Facebook
WhatsApp
Copy Title and Content
Content has been copied.
2 min read

EKSPRESI KASIH SAYANG RASULULLAH MUHAMMAD SAW
(Menyikapi Tranformasi Rahmat Dengan Perspektif Tarekat)

Kitab: Bughyah Al-Salik wa Irsyad al-Halik

Rahmat dari Nabi Muhammad Saw. akan menyertai siapapun dan apapun yg selalu bersamanya. Bersyukurlah wahai orang² yg menyikapinya dengan benar, karena sungguh kalian akan mampu merasakannya di dunia dan akhirat.

Mengamalkan ajaran ini tidak mudah dan membutuhkan pembimbing agar diperoleh hasil yg optimal. Lembaga tarekat merupakan media yg tepat untuk mengamalkan ajaran ini dengan tepat, asalkan terpenuhi persyaratan²nya. Hal ini dapat kita saksikan pada pribadi abdi kinasih Allah pecinta Rasulullah Saw. yg selalu dalam sukacita walau derita dan bencana menimpa karena telah terukir asma Muhammad di hati mereka sebagai bukti bahwa Muhammad selalu bersama mereka.

Inilah refleksi dari firman Allah:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. (QS. Al-Anfal: 33)

Syaikh Bannani menjelaskan bahwa kebersamaan dengan Nabi Muhammad Saw. di dunia itu dengan mengamalkan syariat Beliau. Sedangkan kebersamaan dengan Beliau di akhirat adalah kebersamaan dengan Beliau dari sisi dzat (fisik). Oleh karena inilah Allah takkan menimpakan azab-Nya di akhirat nanti sebagai konsekuensi (wujud implementasi) atas janji-Nya yg nyata.

Apabila kita telah bersungguh² bersama Nabi dan memperoleh predikat salik washil maka di akhirat nanti neraka berkata:

جُز يا مُؤمِنُ، فَقَد أَطفَأَ نُورُكَ لَهَبِي

“Silahkan lewat, wahai mukmin, sungguh cahayamu yg berdimensikan nur Muhammad mampu memadamkan kobaran apiku.”

Yg demikian itu adalah perspektif hakikat yg sesungguhnya tak layak disampaikan kepada seorang pun karena rawan dijadikan pegangan. Dan kalian para murid jangan berpegangan pada “ibarat hakikat semacam ini” karena jika kalian (para murid) berpegangan pada ibarat ini, maka kalian termasuk golongan yg tertipu (tersesat).

Artinya ibrah ini benar secara hakikat namun untuk mendapatkannya harus mengarungi lautan syari’at dan ma’rifat. Perumpamaan mengarungi lautan itulah yg sudah terkenal dipakai untuk menggambarkan perjalanan (proses) tarekat.

Berlanjut pada bab berikutnya yaitu “sesuatu yg dituntut Allah dari hamba adalah ubudiyah & sesuatu yg kita cari dari-Nya adalah ridla-Nya”.

Maka ambillah baju ‘ubudiyah dengan Ikhlas, Tawadlu’ & Istiqamah. Ikhlas merupakan implementasi hubungan dengan Allah. Tawadlu’ merupakan implementasi hubungan (interaksi) dengan makhluk. Sedangkan Istiqamah merupakan perpaduan yg ideal hubungan dengan Allah sekaligus dengan makhluk…

Lautan syari’at yg luas itu esensinya terletak pada ikhlasnya. Lautan tarekat yg luas esensinya ada pada tawadhu’-nya. Sedangkan lautan hakikat yg luas esensinya terletak pada kemantaban istiqamahnya.

Al-‘Arif billah itu, pribadi yg mampu merefleksikan istiqamah, khusyu’ & istiqamah dengan seimbang.

Wallaahu a’lam

Stay inside the oasis.

Tetaplah berada di dalam oase.

Perbedaan Fungsi Antara Al-Qur’an & Dzikir

Syaikh Ahmad At-Tijani: Pendiri Tarekat Tijaniyah

Khauf – Takut Kepada Allah

Khatir, Waham & Ilmu yang Haqq

Teks Keputusan Muktamar “Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah?”

Kiamat

Satu Mursyid

Jalan Menuju Allah

Tarekat Qadiriyah di Indonesia

Dimensi Kemanusiaan Sufisme dan Thariqah

Wali Abdal dalam Kajian Tasawuf

Syaikh Ma’ruf al-Karkhi: Peletak Dasar Ajaran Cinta

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam

Yunus Emre: Satu-Satunya Saat Ketika Kau Tak Berdosa

Tarekat dan Politik: Amalan untuk Dunia atau Akhirat?

Adab dalam Berdzikir

Tarekat Sebagai Jaringan Sosial

Hadits: Doa Meminta Kenikmatan Memandang Wajah Allah

Ekspresi Kasih Sayang Rasulullah Muhammad SAW