Membenarkan ilmu agama dari seorang Ulama Pewaris Nabi dapat mengangkat derajat kita di sisi Allah, bahkan sampai kepada derajat taqwa.
Seorang al-‘Arif billah pernah berkata tentang cara agar kita menjadi termasuk dalam golongan orang yang bertaqwa, “Carilah orang yang bertaqwa dan benarkan saja perkataannya!”
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sayyidi Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi (qs.) dalam kitabnya yang berjudul Tanwirul Qulub, mengenai hukum mempelajari tasawuf:
“Hukum mempelajari tasawuf adalah fardhu ‘ain, yaitu wajib bagi setiap individu orang muslim. Alasannya antara lain karena tidak ada seorang pun yang terlepas dari aib atau penyakit hati selain para nabi dan rasul. Salah seorang al-‘arif billah berkata, “Barangsiapa tidak ikut dalam jalan ini, yakni ilmu batin, aku khawatir dia tertimpa su’ al-khatimah. Tingkatan partisipasi terendah dalam ilmu ini adalah membenarkannya serta menyerahkannya kepada ahlinya.””
Apabila kita masih gagal dalam tingkatan partisipasi terendah ini, lalu apa yang dibanggakan dari rutinitas ibadah kita?
Tidak hanya dalam ilmu tasawuf, namun dalam ilmu lain, seperti Tauhid, khususnya ilmu Mengenal Allah (Ma’rifat), pembenaran atas ilmu yang diberikan oleh Ulama Pewaris Nabi dapat mengangkat derajat kita ke tempat yang tinggi di sisi Allah. Bahkan dalam video di bawah ini, Buya Arrazy berpendapat bahwa pembenaran ini dapat menjadikan kita seorang Wali kecil.