Dalam disiplin Tarekat, seorang murid Sufi, selain dilatih menegakkan Syari’at yg kokoh, juga dilatih:
1]. DZIKRULLAH terus-menerus hingga melanggengkannya. Tujuannya agar bisa menyadari dan merasakan kemanunggalan jiwa dengan Tuhannya dalam Cinta Hakiki, laksana garam yg telah kembali menyatu ke asalnya, yaitu lautan.
2]. TAFAKKUR: Agar mengerti asal-usul dan hakikat segala sesuatu, bahwa sesungguhnya tiada wujud hakiki selain Wujud Allah Ta’ala dan semua ciptaan, mau tidak mau, akan fana’ ke dalam Wujud Tunggal-Nya tersebut, laksana huruf lebur ke dalam titik ba’ yg tunggal.
3]. RABITHATUL-MURSYID (Menjalin ikatan batin yg kuat dengan Guru Mursyid atas dasar Cinta karena Allah dan Rasul-Nya): Dengan senantiasa menghormati dan mematuhi serta lebih mencintainya dibanding dirinya. Demikian itu karena didorong oleh keyakinan bahwa Guru Mursyidnya adalah Wakil Allah di bumi sekaligus Pewaris Sejati Nabi yg benar² sekemauan dengan Allah, laksana bayangan dengan obyek riil atau bagaikan wayang di tangan seorang dalang.
4]. TAHQIQ UBUDIYAH (Menyatakan sifat penghambaan murni dengan meyakini bahwa dirinya tak memiliki apa², semua yg ada diyakini sepenuhnya milik Tuhannya): Bermu’amalah (berpaktek sosial) sebaik mungkin tanpa menyalahkan, menyakiti, merugikan dan mendhalimi siapa pun. Serta membiasakan berperilaku Ketuhanan Yang Maha Esa dengan suka menolong dan melayani sesama makhluk secara ikhlas hingga benar² berhasil mencairkan ego, laksana gumpalan es yg cair menjadi air.